Kambek lagi bersama author kece satu ini #eaa #eaa
Cuman mau kasihtau aja kalo Alive yang rencananya aku buat konflik hebat, bakalan aku perpendek dan sedikit percepat. Mungkin dalam waktu dekat ini Alive bakalan selesai? Ya, doain aja.
----
Pasca kejadian tersebut, hari-hari Momo mulai tenang. Namun hal tersebut terasa percuma, karena dirinya tidak tenang. Ia jadi sedikit lebih lunak dan terbuka terhadap Bunga. Yah, meskipun terkadang ia bersikap dingin pada Bunga.
"Kenapa kau tidak mengajaknya bicara saja?" Bunga meminum es teh yang baru saja dipesan. Mereka sedang ada dikantin saat ini.
"Bagaimana mau mengajaknya berbicara, dia selalu mengacuhkanku." Tutur Momo. Bunga tertawa mendengarnya.
"Aku baru mengetahui sisi lain dari Juno. Astaga, aku jadi jatuh cinta padanya! Dia bahkan mau melakukan apapun supaya kau tidak membencinya." Cetus Bunga panjang lebar. Sementara Momo mengerutkan dahinya.
"Itu dulu, ia sudah tidak mengganggu lagi. Sudahlah jangan dipikirkan lagi." Ujar Momo.
Gadis itu menyeruput jus jeruknya. Kemudian ia merasa risih karena Bunga terus menggoyangkan lengannya.
"Ada apa sih!?"
"Ayo pergi sebelum Grace cs menghampiri kita." Ucap Bunga gemetaran.
Momo memutar bola matanya dan berdiri untuk meninggalkan kantin di ikuti Bunga. Hari ini adalah hari yang menguntungkan bagi semua murid karena sebagian besar guru mereka mengikuti rapat dinas. Otomatisnya begitu banyak kelas yang ditinggali tugas oleh gurunya.
Beruntungnya hampir semua guru di kelas Momo dan Bunga tidak datang. Hanya satu dipelajaran pertama.
"Kenapa tidak libur sekalian saja?!" Komentar Bunga yang hanya diangguki Momo.
"Momo!"
Gadis yang dipanggil itu menoleh dan mendapati gadis bersurai coklat gelap menghampirinya. Ia Gaby, salah satu murid yang masuk predikat perfect disekolahnya.
"Tenang, By, ada apa?" tanya Bunga.
"Itu... Momo, kau dipanggil Bu Rini diruang guru." Katanya, lalu segera berlari meninggalkan mereka. Momo mengerutkan dahi.
"Aku selalu mengerjakan tugas 'kan?" tanya Momo lebih ke dirinya sendiri.
---
Momo's
Ada sedikit perasaan aneh ketika aku dipanggil Bu Rini. Setahuku aku tidak pernah melewatkan tugas atau kelas Bu Rini. Setelah sampai di depan pintu ruang guru, aku menarik nafas dan membuangnya pelan. Semoga bukan hal buruk.
Aku mengetuk pintu dan membukanya. Menuju meja Bu Rini yang ternyata sedang berbicara dengan salah seorang murid.
"Oh, kau sudah datang." Ucap Bu Rini. Murid tersebut ikut menoleh dan membuat senyumku luntur.
Juno.
Firasatku benar-benar buruk. Sangat buruk. Berharap saja Bu Rini memarahiku karena tidak mengerjakan tugas daripada aku harus melakukan sesuatu yang menyangkut Juno.
"Begini, sebentar lagi akan diadakan acara lomba antar kelas. Ya, semacam classmeeting. Ibu mau minta bantuan kamu buat jadi penanggung jawab kelas kamu, karena kebetulan ketua kelas kelasmu sedang sakit. Bisa 'kan Momo?" Tanya Bu Rini panjg lebar.
Aku berpikir sejenak. Aku memang tidak pernah mengambil cuti di Cafe tempatku bekerja, mungkin aku akan mengambil cuti?
"Bisa, Bu." Jawabku. Bu Rini mengangguk tersenyum.
"Kamu bantu Momo ya, Juno."
Oh Neptunus. Batinku.
"Saya bisa sendiri 'kok, Bu." Ucapku.
"Bagus kalau begitu, tapi lomba yang diadakan tidak sedikit. Kamu yakin bisa mengontrol mereka? Terlebih murid disekolah kita tidak seperti sekolah lain, tiap kelasnya bisa sampai 40 orang lebih." Jelas Bu Rini yang berhasil membuatku diam.
Suara berat itu kembali menginterupsi.
"Sisanya biar saya yang urus, Bu." Ucap Juno. Bu Rini tersenyum mengacungi Jempol.
"Ya sudah, kalian berdua bisa keluar."
Aku berjalan cepat supaya bisa menghindar dari Juno. Tapi Juno tidak mungkin mengejarku. Tetap saja, untuk mengamakan diri saja. Sesampainya dikelas aku langsung berbasa-basi dengan Bunga.
---
Pulang sekolah, Momo mengunjungi Cafe tempatnya bekerja untuk meminta cuti. Bosnya malah memberi cuti sampai dua bulan. Momo sempat menolak karena cuti yang terlalu panjang, tetapi bosnya ini sedang berbaik hati. Mungkin sedang senang karena ia dan istrinya telah di karuniai seorang anak. Itu 'sih yang dicuri dengar oleh Momo dari pekerja-pekerja yang ada disini.
Momo kemudian pamit untuk mampir ke toko buku paman Sam. Seperti biasa, aroma kayu yang sudah termakan umur itu menguar sampai kemana-mana.
Namun senyumnya luntur ketika ia hendak menyapa pamannya. Ya, gadis itu melihat Juno lagi. Antara menyesal dan tidak, Momo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada lelaki itu, karena ia tidak menangkap ada dimana paman itu.
"Apa yang... Kau lakukan disini?" Gadis itu bertanya dengan sedikit gugup.
"Menunggumu." Itu jawaban paling aneh dari Juno yang didengar Momo.
"Aku tidak mengerti." Kini Momo sudah menetralkan diri.
"Buku ibuku." Juno bangkit berdiri menghadap Momo.
"Dimana paman?" Tanya Momo setelah mengangguk.
"Ada dibelakang. Kita pergi sekarang saja, aku sudah bilang pada paman." Jelas Juno.
Gadis itu hanya mengangguk dan mengikuti Juno. Momo tak ingin lagi memberontak atau semuanya akan bertambah buruk. Hari ini Juno membawa mobilnya. Selama perjalanan, mereka tidak berbicara. Bukan tidak berbicara, tak ada dari mereka yang mau membuka percakapan. Entah dapat keberanian dari mana, Momo membuka suaranya.
"Dimana motormu?" tanya gadis itu.
"Ada dibengkel." jawab Juno singkat. Gadis disebelahnya menghela nafas. Baru saja Momo mau membuka mulut untuk bertanya, Juno mendahuluinya.
"Kita sudah sampai." ucap Juno dan langsung turun dari mobil, diikuti juga oleh Momo.
"Kau tunggu disini saja, didalam sangat berantakan." jelas Momo yang hanya diangguki oleh Juno.
Dengan cepat Momo mencari dimana kedua buku itu disimpan. Saking terburu-burunya, ia hingga terpeleset. Untung saja lelaki itu ada diluar. Setelah menemukan buku tersebut, ia buru-buru keluar dan memberikannya pada Juno.
"Kau memiliki buku ini? Dari mana?" tanya Juno ketika melihat buku berjudul 'Yang Layu dan Yang bermekaran'
"Dari paman Sam." jawab Momo. Juno hanya mengangguk dan pamit untuk pulang.
"Hati-hati." itu adalah ucapan tak terduga yang didengar oleh Juno. Lelaki itu tidak tahu Momo mengatakannya secara sengaja atau memang gadis itu peduli dengannya atau semacamnya.
"Ya, tentu saja." jawab Juno.
Setelah mobil Juno hilang dibelokan, gadis itu berbalik hendak masuk. Namun suara itu kembali membuat hatinya dilanda rasa dendam. Gadis itu berbalik dan mendapati seorang bapak dengan jas dan tas kerjanya, memohon padanya untuk kembali tinggal bersama.
"Momo..." ucap orang itu yang tak lain adalah ayah Momo.
----
Ini part jelek banget, lagi nggak semangat nulis nihh aku... Oh iya guys maaf banget klo dihari libur gini masih telat update. Neva lagi happy banget alias yawla gara cerita The Fortless karya missdinda buat kalian yang suka action, mystery, thriller, cerita ini recomended. SANGAT!
Okey anyway by the way, semoga kalian nggak bosan nunggu chapter selanjutnya, kira-kira apa yang terjadi dengan Momo dna ayahnya? Tunggu chapter selanjutnya!

YOU ARE READING
Alive
Teen FictionMomo berharap bahwa kehidupan disekolahnya akan tenang. Tetapi nyatanya tidak. Yang mulanya menjadi bahan tertawaan satu orang, menjadi bahan tertawaan satu sekolah. Penyebabnya hanya lah seorang bernama Juno. Lelaki berdarah Amerika-Indonesia menye...