Bab 20

26 2 4
                                    

Gadis itu menatapnya tajam. Lelaki yang selama ini membuatnya tertekan kini berdiri dihadapannya, memohon supaya ia mau kembali.

"Saya sibuk, silahkan pergi." ucap Momo dingin.

"Ayolah, ayah sudah meminta maaf dan mau mencoba memperbaiki hubungan kita." jelas sang ayah.

"Saya tidak memiliki ayah." sahut Momo. Ia membuka pintu tempat tinggalnya, hendak masuk namun terhenti karena sebuahh kalimat yang begitu memohok hatinya.

"Lihat, kau semakin mirip dengan wanita jalang itu." tusuk ayah Momo.

"Dia bukan wanita jalang, dia Ibuku!!" jerit Momo. Suaranya langsung menjadi serak.

"Apa yang kau harapkan dari wanita seperti dia? Dia hanya seorang pelacur yang kehilangan harapan, beruntung aku mau bertanggung jawab atas kejadian itu."

"Berhenti!" seru gadis itu kembali. Dengan berani ia maju dan menampar wajah lelaki dihadapannya.

"Enyahlah kau! Ya, dia memang seorang jalang. Tapi setidaknya dia mau berubah hanya untukmu. Hanya untukmu!!" Momo menjerit hingga suaranya hampir habis.

Gadis itu melangkahkan kakinya menjauhi tempat tinggalnya. Ia butuh pelampiasan. Langit sedang mendung. Ia sama sekali belum mempersiapkan ide apa yang harus ia ajukan untuk lomba nanti. Bibir gadis itu bergetar, mencoba menahan tangis namun tak bisa. Air matanya jatuh bersamaan dengan gerimisnya hujan. Momo kembali mempercepat langkahnya hingga berlari. Gadis itu terisak.

Ia terus berlari tanpa tujuan sampai lelah. Gadis itu berjongkok karena sangat lelah berlari jauh. Meskipun suaranya hampir habis, gadis itu berteriak. Sangat kencang. Melampiaskannya di tengah hujan yang kini semakin deras. Teriakannya menyatu dengan dengan air hujan. Hingga seseorang menyentuh bahunya.

"Momo!?" seru gadis bersurai hitam, yang tak lain adalah Bunga. Gadis itu membantu Momo berdiri dan membawanya menuju kedai kopi ibunya.

Sesampainya disana, ibu Bunga terkejut melihat Bunga datang bersama Momo yang basah kuyup.

"Bawa dia masuk, ibu akan siapkan air hangat." ucap ibu. Momo menggeleng keras.

"Kau ini bisa terkena sakit jika tidak segera mandi atau ganti!" Untuk yang pertama kalinya Bunga berseru memarahi Momo.

Bagaimana tidak marah? Bunga khawatir bukan kepalang ketika melihat Momo berjongkok di pinggir jalan sedang berteriak seperti orang frustasi.

"Duduk diam disini atau kau ku tendang keluar lagi!" ancam gadis itu yang langsung mendapat ketokan dari ibunya.

Momo akhirnya menurut dan menunggu air hangat. Setelah itu ia segera mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang dipinjamkan oleh Bunga. Setelah selesai ia turun dan meminta pamit pulang namun Bunga melarang dengan alasan diluar masih hujan, Bunga meminta Momo untuk tinggal semalam. Ibunya mengangguk setuju dan membuatkan teh hangat.

"Sekarang ceritakan padaku. Semua termasuk cerita gelapmu." ujar Bunga ketika ibunya telah kembali menuju toko.

"Aku sedang tidak ingin membahasnya." gerutu Momo. Gadis itu telah pada posisi nyaman nya. Harus di akui bahwa kamar Bunga begitu nyaman. Memiliki satu bed cover berukuran king size yang begitu empuk dan nyaman. Selimutnya tebal dan hangat. Air Conditioner dan novel novel berjajar rapi di nakas panjang tempat tidur.

Bunga menatap Momo prihatin. "Berjanjilah padaku suatu saat nanti kau akan menceritakannya."

Kedua gadis itu tertidur ketika tengah malam. Yang satu memancarkan wajah khawatir, yang satunya lagi memancarkan wajah seolah tak ada harapan. Bunga dan Momo, bukan perpaduan yang serasi. Tapi apapun yang mereka hadapi menjadikannya lebih baik. Saling melengkapi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AliveWhere stories live. Discover now