Juno melihat anak baru itu sambil menyeringai. Setidaknya bukan hanya dirinya yang blasteran. Lagipula gadis itu menarik, pikirnya. Bukan menarik dari segi penampilan, tetapi menarik untuk di ganggu. Di lihat dari rambut pirangnya yang ia kuncir berantakan sampai seragamnya yang kebesaran. Kulitnya putih pucat dan untuk ukuran seorang gadis, ia bisa dibilang tinggi. Yang lebih asyik baginya adalah gadis itu satu kelas dengannya.
"Momo, 16 tahun." Ucap gadis itu, lalu duduk dari posisi berdirinya. Pak Jo hanya tersenyum menanggapi. Kemudian kelas kembali riuh ketika guru sekaligus wali kelas mereka tidak bisa mengajar karena keperluan penting. Meski ditinggali tugas, tak ada satupun yang mengerjakannya. Kecuali anak baru itu.
"Diamlah sebentar!" seru Juno, membuat semua teman satu kelasnya berhenti dari aktivitasnya. Meski begitu, Momo sama sekali tidak berhenti menulis jawaban dari soal yang diberikan Pak Jo.
"Hey, kau yang berambut pirang!" panggil Juno. Gadis itu menoleh dan menatapnya datar. Kacamata nya sedikit merosot ke bawah.
"Aku ingin melihat kemampuan apa yang kau bisa." Ucap Juno, membuat Momo mengernyitkan dahinya.
'Tidak ada yang beres.' Batin Momo.
"Bagaimana dengan bermain papan seluncur?" tanya Juno, membuat seisi kelas gaduh. Gadis itu berdiri dan menutup bukunya, lalu berbalik menghadap Juno.
"Tidak, terima kasih." Jawab Momo. Ia baru saja ingin melangkah keluar kelas ketika Juno menggeretnya ke lapangan. Momo terkejut dan mencoba memberontak, tapi tenaganya tak cukup kuat dengan Juno.
Sesampainya di lapangan, ia dikerubungi oleh anak satu kelasnya. Juno dapat melihat bahwa Momo mulai gusar. Juno tersenyum miring dan memperpendek jarak antara dirinya dengan gadis itu.
"Tak ada penolakan, pirang." Ujar Juno sambil menyodorkan papan seluncur miliknya, "Aku berbaik hati meminjamkan benda berharga ini."
Tetapi Momo tidak mengambil papan seluncur berwarna hitam polos itu. Sebaliknya, ia hanya menggeleng keras dan menatap Juno dengan pandangan sedatar mungkin, "Jika aku bilang tidak, maka tidak akan ku lakukan."
Juno hanya mengangkat bahu dan menaruh papan seluncur itu di depan kedua kaki Momo. Selanjutnya ia memaksa kaki Momo untuk naik diatas papan itu, "Jika aku bilang tak ada penolakan, maka tak ada penolakan."
Momo tetap pada pendiriannya. Ia sama sekali tidak melakukan apa yang dikatakan oleh Juno. Ia benci hal seperti ini. Tapi Juno mulai kesal dan mendorong papan seluncur itu. Membuat gadis itu terkejut dan ketakutan karena tidak pernah bermain dengan papan seluncur. Sehingga ia hilang keseimbangan dan jatuh, menimbulkan luka pada lutut dan sikunya. Yang paling parah adalah kacamatanya jatuh dan terinjak oleh kaki anak-anak yang berhamburan mengerubunginya.
Dan saat itu juga, Juno tak bisa berhenti melihat mata hitam legam tanpa kacamata itu.
♂

YOU ARE READING
Alive
Teen FictionMomo berharap bahwa kehidupan disekolahnya akan tenang. Tetapi nyatanya tidak. Yang mulanya menjadi bahan tertawaan satu orang, menjadi bahan tertawaan satu sekolah. Penyebabnya hanya lah seorang bernama Juno. Lelaki berdarah Amerika-Indonesia menye...