Bab 5

41 2 0
                                    

Juno tidak akan pernah tahu apa yang Momo pikirkan sampai- sampai gadis tidak peduli dengan keadaannya sendiri. Gadis itu satu kelompok dengan Grace, (orang yang menggila kita berhadapan dengan Juno) saat bertanding basket. Ketika anak lain akan berani berhadapan atau bahkan berkelahi mencari keadilan karena ulah Grace, Momo tidak melakukannya. Melainkan diam dan mengikuti apa yang dikatakan Grace.

"Ini buruk. Benar-benar sangat buruk." kata Bunga saat itu, yang Juno setujui juga.

Juno di perintah oleh guru untuk membawa Momo ke UKS, karena pada putaran pertama ia terjatuh lagi. Dan keadaan sangat canggung, sehingga Juno memutuskan untuk bertanya pada nya.

"Budak baru Grace ternyata." ucap Juno.

"Maaf?"

"Kau dijadikan budak baru oleh Grace? Maksudku, kenapa kau tidak melawannya saja? Kau tahu 'kan kalau kondisi kakimu sedang buruk."

"Ya, dan itu kesalahanmu."

"Nah, aku punya permintaan, maukah kau berhenti menyalahkanku?"

"Tidak, aku tidak bisa. Pada dasarnya, kau memaksa dan aku sudah katakan padamu bahwa aku tak akan melakukannya." jelas Momo.

"Hei, itu tak akan terjadi kalau kau patuh akan apa yang aku perintahkan!" air muka Momo berubah menjadi keras.

"Kau tak punya hak untuk membuatku patuh pada siapapun!" ucap Momo dingin. Juno mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih.

"Kau memang gadis berdarah dingin. Aku yakin kau pasti mendapatkannya dari ayahmu. Atau mungkin ibumu."

Kedua bola mata Momo membulat sempurna.

"Berhenti disini. Kau kembalilah ke lapangan dan aku bisa pergi ke UKS sendiri." ucap Momo sambil memalingkan wajahnya.

"Aku tak mau bunuh diri, oke? Biarkan aku menyelesaikan tugasku atau aku akan mendapat hukuman."

"Kau pandai berbohong, jadi bilang saja pada guru berkepala mulus itu 'Lapor, saya sudah menyelesaikan tugas saya mengantarkan gadis berambut pirang ke UKS dengan selamat' dan guru itu pasti percaya padamu." jelas Momo. Juno menghela nafas kasar.

"Terserah padamu saja, semoga beruntung." ucap Juno, lalu ia berbalik menuju lapangan.

Apa Juno salah bicara? Ya, ia merasa selama percakapannya dengan Momo berlangsung, ia memang salah berbicara.

"Jadi, apa yang terjadi ketika kau hanya berdua saja dengan si pirang?" tanya Ar, salah satu teman sepasukannya.

"Tidak ada yang special, ia sama saja seperti gadis yang lain."

"Benarkah? Sepertinya tidak. Hey, Jun, kau bisa gunakan dia sebagai alat balas dendam pada Sherrill. Buat dia menyesal karena telah bermain-main denganmu!"

"Momo bukan alat, Ar. Berhentilah mengoceh dan belikan aku minuman segar."

"Aku bukan budakmu! Bersyukurlah kau di beri kaki dan gunakan kaki mu untuk berjalan!" Ar berbalik setelah memaki Juno.

Juno hendak pergi mengembalikan bola ke gudang ketika melihat Bunga berlari masuk ke lapangan.

"Hei, Bunga!" serunya. Gadis itu menoleh takut.

"Kau habis menjenguk si pirang?"

"Y-Ya, kurang lebih begitu."

"Bagaimana keadaannya?" Bunga menaikkan kedua alisnya bingung.

"Sudah sedikit lebih baik. Sudah ya, aku pergi dulu." Gadis itu kemudian berbalik dan berlari terbirit-birit.

Juno mengepalkan tangan kanannya dan membatin heran.

Ini gila, aku mulai mengkhawatirkannya.

AliveWhere stories live. Discover now