Bab 7

28 2 0
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian Momo menangkap basah dirinya sedang manari jawa. Tak ada yang tahu bahwa Juno lihai dalam menari jawa. Momo adalah orang pertama. Sejak saat itu, Juno semakin sering menganggunya. Sementara Momo hanya diam dan tak pernah menanggapi.

"Hey, pirang! Tidak punya uang untuk pulang?" sambil tertawa, Juno menarik kuncir rambut gadis itu hingga rambut pirangnya tergerai melewati pundaknya.

"Kembalikan karet rambutku!"

"Merengeklah kalau kau mau karet rambutmu kembali."

Momo menghela nafas dan berbalik. Ia membiarkan karet rambutnya berada ditangan Juno. Sementara lelaki itu berlari mengejar Momo.

"Ayolah, aku hanya bercanda. Baik-baik, aku kan mengembalikan karet rambutmu dengan satu syarat."

Momo hanya diam dan menunggu kelanjutan kalimat Juno.

"Belajarlah tari jawa."

"Jika itu syaratnya, maka simpan saja karet rambutku."

Juno menahan pergelangan tangan Momo sebelum gadis itu bisa melarikan diri.

"Tolong jangan membuatku memaksamu."

"Jangan kekanak-kanakan, Juno, itu hanya karet rambut dan aku bisa membelinya di lain hari." tegas Momo.

"Oke, baiklah. Terserahmu saja."

Juno membalikkan badan nya dan menjauh dari gadis itu. Ia berkecamuk dengan pikirannya. Selalu bertanya mengapa ketika gadis lain rela uangnya hangus hanya untuk membeli hadiah untuknya, tetapi Momo tidak. Gadis itu lebih keras kepala, lebih cuek, lebih dingin dari yang ia kira. Tak hanya itu, Momo adalah gadis yang irit bicara. Ketika yang lain saling berkumpul untuk menggosipkan sesuatu, ia lebih memilih mendengarkan musik melalui ponselnya atau pergi dari kelas. Tak ada yang special. Hanya saja, ketika ia melihat mata hitam pekat nya tanpa kacamata, yang ada disana bukanlah kebahagiaan. Namun, kekelaman.

Ia sadar seharusnya ia berhenti mengganggu Momo sebelum ia kelewatan dan malah membuatnya sakit hati. Tapi ia sulit untuk berhenti.


AliveWhere stories live. Discover now