Bab 18

19 1 1
                                    

Maaf untuk yang sebesar-besarnya kalau aku telat update, yap setelah selesai tes dan puji Tuhan aku naik ke kelas 9 yay! Ini lanjutannya yaa

----

"Kau tadi sangat keren!!" seru Bunga. Gadis berambut hitam legam itu begitu excited melihat Momo dengan kerasnya berkata bahwa Juno tidak waras. Bunga tertawa terbahak di dalam kelas.

"Diamlah, aku jadi merasa punya fans." Ujar Momo.

Siang itu, setelah Bunga membujuk Momo untuk menemaninya ke toko buku dan disetujui oleh Momo, keduanya tanpa babibu langsung keluar kelas. Namun sayang, sepertinya acara mereka akan batal ketika Juno mencegatnya di pintu kelas.

"Aku ada janji mendadak dengan Pirang, apa kau keberatan?" tanya Juno pada Bunga. Karena takut, gadis itu menggeleng.

Momo mendengus kesal.

"Aku sudah janji dengan Bunga lebih dulu, jadi lebih baik kau pulang." Tukas Momo.

"Tapi dia tidak keberatan, jadi kau pulang bersamaku." Ucap Juno tanpa bisa dibantah lagi.

Bunga segera melenggang pergi meninggalkan Juno dan Momo.

"Ada apa lagi?" tanya Momo malas. Gadis ini menjadi cerewet karena saking sebalnya jika bertemu Juno.

"Ikut saja."

Itu bukalah jawaban. Momo memberontak ketika ia ditarik menuju parkiran. Namun, kekuatan Momo tidak ada apa-apanya dengan kekuatan Juno yang notabenenya seorang laki-laki. Akhirnya Momo pasrah saja digeret oleh Juno.

Mereka menempuh perjalanan yang cukup panjang, kurang lebih tiga puluh menit. Dan sudah sepuluh kali Momo bertanya kemana mereka akan pergi, tapi Juno tidak menjawabnya. Begitu terus sampai akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.

Momo terpekur ketika ia turun dari motor Juno. Mereka di pemakaman. Gadis itu kemudian menoleh, mendapati Juno yang memegang sebuket bunga mawar. Air mukanya datar. Apa kita akan mengunjungi ibunya? Pikir gadis itu.

"Ayo."

Lantas gadis itu mengikuti Juno dari belakang. Momo menatap punggung Juno yang begitu tegap dan besar. Bahunya sedikit lebar. Kemudian gadis itu mulai berpikir betapa nyamannya jika seseorang berada di pelukannya. Sesaat setelahnya ia ingin tertawa karena apa yang baru saja ia pikirkan.

"Ini makam ibuku." Juno tiba-tiba bersuara.

"Kenapa kau mengajakku kemari?" tanya Momo.

"Hanya ingin."

Mereka berdua berjongkok dihadapan makam Nyonya Sarah Adrestia, ibu kandung Juno. Lelaki itu mengelus nisan yang ada dihadapannya dan meletakkan buket bunga mawar tersebut diatas makam tersebut. Kemudian lelaki itu berdoa.

Momo yang melihatnya pun ikut berdoa untuk ibu Juno. Momo tidak sejahat itu. Setelah selesai, mereka hanya memandangi makam tersebut cukup lama.

"Ibumu pasti seorang penari yang hebat dan wanita yang cantik." ujar Momo tiba-tiba. Juno tersenyum menanggapi.

"Ya, ia adalah sosok yang hebat." jawabnya.

"Ayo kita pulang." lanjut Juno.

---

"Kenapa kau membawa ku kemari?" tanya Momo ketika mereka sampai disebuah gedung besar.

"Kita akan menari, kebetulan sekali aku bebas hari ini." jawab Juno, membuat Momo membulatkan matanya.

"Kau mungkin bebas, tapi masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan." seru Momo.

"Lalu kenapa?

Momo menatapnya penuh amarah. Tentu saja. Bagaimana bisa lelaki itu begitu santainya menjawab seperti itu sementara ia harus bekerja kembali di cafe setelah beberapa lama libur. Momo mengepalkan tangannya guna menahan sumpah serapahnya supaya tidak lolos begitu saja. Sementara Juno? Dengan santainya berjalan memasuki gedung bertuliskan KN Entertainment.

"Hei, aku masih harus bekerja untuk bertahan hidup. Kalau kau tidak mau mengantarkanku kembali ke tempatku maka aku akan pulang sendiri." Ujar Momo.

"Bosmu pasti memaklumimu. Lagipula kau ini 'kan seorang pelajar yang padat dengan tugas." Tukas Juno yang langsung di pelototi oleh Momo. Lelaki itu melanjutkan langkahnya.

Momo mengehela nafas kasar, kemudian berbalik arah untuk pulang. Gadis itu tak mau ambil pusing atau ia hanya akan berada dalam kesialan yang tak ada ujungnya. Dengan bantuan beberapa orang disekitar, ia bertanya jalan tembus menuju jalan besar. Hingga suara berat menginterupsi acara bertanya Momo. Dia lagi.

"Terimakasih atas penjelasannya." Lalu tanpa babibu Juno menggeret Momo hingga membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan saat ditarik oleh Juno.

"Jun, sakit, lepas!" seru Momo yang di hiraukan oleh Juno. Sampai pada titik Momo benar-benar merasa sakit pada pergelangan tangannya, gadis itu berseru.

"Juno!"

"Apa!?" sentak Juno, berhasil membuat Momo terkejut bukan main. Untuk yang pertama kalinya Juno menampakkan wajah sangarnya didepan Momo. Jujur saja gadis itu jadi takut, sehingga ia memilih melihat aspal jalanan ketimbang mata elang Juno.

"Aku mencoba bersahabat denganmu karena aku merasa bersalah padamu." Ujar Juno. Membuat Momo terpekur.

"Memanggilmu Pirang seolah kau tak memiliki nama, membuatmu terluka, membuatmu jadi bahan tertawaan satu sekolah." Lanjutnya dengan wajah frustasi. Momo hanya bisa berdiam diri.

"Sayang sekali sepertinya kau sudah sangat membenciku. Ibu pasti kecewa denganku." Rutuk Juno pelan, yang terdengar oleh Momo.

Baru saja hendak membuka mulut untuk berbicara, Juno sudah memotongnya.

"Pakai helm mu, aku antar pulang." Tukas Juno. Dan gadis itu hanya menghela nafas berat.

Kenapa jadi aku yang merasa sesak begini? Batin gadis itu.

----

NEVA BOSEN DIRUMAH T-T

Guys thank you so much for you all who have been reading this story from the start and yeah I know some of you maybe the Side Readers but I don't really care about that. I just want to thank you for you all, especially who always read, vote, and comments and ofc who always be patient waiting for this story for update.

I really am sorry if there's mistakes in here or maybe my story is very similar to other story but this story is pure by my mind. PLEASE DON'T COPY OR SHARE THIS STORY WITHOUT CREDIT. Please I need your appreciation.

Please wait for the next Chap! THANK YOU!!

Sincerely,
Neva.

AliveWhere stories live. Discover now