"Selamat datang, ada yang bisa dibantu?" ucap Momo.
Saat ini ia sedang bekerja disebuah resto kecil yang menjual makanan jepang. Memang gaji yang Momo terima tidak besar, tapi cukup baginya untuk bertahan hidup selama ini.
"Momo, saatnya pergantian shift, istirahatlah." ucap Sheeva. Momo mengangguk dan masuk ke dalam.
Ponselnya berbunyi ketika ia sedang melepas apronnya.
Ayah, batinnya dalam hati.
Ia menolak panggilan tersebut hingga tiga kali. Apapun yang terjadi, Momo tidak ingin berbicara atau bahkan bertemu dengan pria yang dulunya ia sebut Ayah itu.
"Aku pulang dulu." salam Momo kepada para karyawan restoran.
Ketika pulang, ia tak sengaja melewati sekolahnya. Sebetulnya bukan tak sengaja, memang setiap ia pulang bekerja ia pasti melewati sekolahnya. Hanya saja selalu ada yang janggal setiap ia melewatinya. Pintu gerbangnya masih terbuka, padahal saat ini sudah pukul setengah enam sore. Tak ada satpam yang menjaga.
Ia masuk ke dalam gedung sekolahnya. Mungkin ia bisa menemukan tempat langka yang bisa ia jadikan sebagai rumah kabur di sekolah ketika berurusan dengan si berengsek Juno. Itu tidak mustahil karena gedung ini memiliki ruang bekas tak pakai yang jumlahnya cukup banyak.
Suara sepatunya menggema di koridor, tetapi ketika ia semakin mendekat ke arah Ruang Theater, langkah kakinya teredam oleh instrumen musik jawa. Momo tidak mengenal instrumen musik seperti ini, yang entah kenapa terasa nyaman ketika ia dengarkan. Ada orang di ruang tersebut, tapi apa yang dilakukan orang tersebut di jam seperti ini? Dan yang paling Momo pertanyakan adalah bagaimana orang ini bisa masuk ke wilayah sekolah di luar jam penutupan gerbang?
Disana ia melihat seseorang tengah menari tarian jawa dengan lihainya. Gerakannya sangat pas dengan tempo instrumennya. Sangat menarik untuk ditonton. Sampur bercorak batik terikat di pinggangnya, jari-jarinya bergerak dengan sangat sempurna. Untuk yang pertama kalinya, Momo jatuh cinta dengan tarian jawa.
Tapi Momo sadar, bahwa orang yang sedang menarikan tarian tersebut adalah Juno, orang pembawa sial baginya. Gadis itu memutar balikkan badannya ketika suara yang ia sangat benci meledeknya.
"Terpesona, eh?"
"Tidak, terima kasih." Momo hendak berjalan ketika suara Juno menginterupsi lagi.
"Diam ditempat!"
Gadis itu berteriak dalam hati. Tidak percaya bahwa ia menuruti perkataan lelaki itu.
"Bagaimana keadaan kakimu?"
Gadis itu berbalik dan menaikkan alisnya.
"Jauh lebih baik."
"Baguslah kalau begitu. Omong-omong, kenapa kau bisa ada disini?" tanyanya.
"Hanya berkunjung, tidak lebih dari itu. Aku pergi dulu."
"Butuh tumpangan?" Ia bertanya sambil tersenyum. Gadis itu segera membalikkan badannya.
"Tidak. Terima kasih."
Kemarin, Bunga bercerita padanya tentang Juno yang menanyakan keadaannya ketika ia berada di UKS. Bunga bilang, Juno khawatir padamu. Momo tidak percaya akan hal tersebut.
Tapi hari ini, gadis itu percaya. Hari ini, ia mulai merasakan jantungnya berdebar keras.
♀

YOU ARE READING
Alive
Teen FictionMomo berharap bahwa kehidupan disekolahnya akan tenang. Tetapi nyatanya tidak. Yang mulanya menjadi bahan tertawaan satu orang, menjadi bahan tertawaan satu sekolah. Penyebabnya hanya lah seorang bernama Juno. Lelaki berdarah Amerika-Indonesia menye...