Hari ini Momo mendapatkan kacamata baru, sebagai pengganti kacamatanya yang rusak karena terinjak oleh kaki para murid. Gadis itu sedikit tidak senang dengan barang barunya itu, karena ia sudah terlanjur nyaman dengan kacamata lamanya. Seperti biasa, ia masuk ke gedung sekolah dengan wajah datar dan hampir tidak menunjukan ekspresi apa-apa.
"Momo!"
Gadis itu menoleh, melihat gadis berambut hitam curly menghampirinya. Kulitnya putih dan wajahnya berkeringat karena berlarian. Nafasnya tersengal-sengal. Tetapi penampilannya yang dikatakan berantakan itu justru memberikan kesan sexy pada dirinya.
"Tolong berikan ini pada Juno ya, aku harus segera ke ruang kepala sekolah karena harus ada yang di urus. Kalau buku itu tidak segera dikembalikan, aku bisa diamuk oleh Juno. Oke?" pintanya sambil menyodorkan buku bersampul cokelat muda itu. Dengan terpaksa ia mengambil buku itu dan mengangguk.
"Terima kasih banyak!"
Bagus sekali pagi ini, sepertinya ia akan mendapatkan kesialan lagi. Sambil mendengarkan musik melalui earphone, ia kembali berjalan menuju kelasnya. Namun sayang sekali, yang didapatnya ketika masuk kelas bukanlah lelaki bertampilan acak-acakan, tetapi hanya tas pemiliknya. Oh, juga Ar dan teman-temannya yang lain. Momo memutuskan untuk menitipkan buku itu pada teman Juno.
"Ar, aku titip buku ini, tolong berikan Juno ya."
Ar dan teman-temannya itu menatap buku yang disodorkan Momo cukup lama, bahkan hingga Momo hampir jengkel.
"Maaf sebelumnya, tapi lebih baik kau cari sendiri orangnya." jawab Ar.
Gadis itu melotot tak setuju dan menghela nafas kasar. Ia harus mengembalikan buku tersebut sebelum bel masuk. Ia tak ingin memperpanjang keberadaannya dengan Juno. Cukup datang dan memberikan buku itu, lalu pergi kembali beraktivitas seperti biasa. Tapi sepertinya harapannya akan pupus. Sudah setengah jam lebih ia mencari lelaki itu, hasilnya nihil. Tak ada satupun, bahkan gudang olahraga juga ia cek. Tetapi kemudian gadis itu teringat akan pohon linden, lelaki itu pasti disana.
Dan memang benar. Lelaki itu memegang gitar akustik, namun jarinya tidak bergerak untuk menghasilkan melodi. Rupanya kedua kelopak mata Juno tertutup rapat, lelaki itu tertidur. Disebelahnya terdapat buku kusam yang cukup tebal. Dengan langkah yang sangat pelan, gadis itu mendekati Juno.
Ia sudah hendak akan pergi setelah menaruh buku tersebut disamping buku tebalnya. Tetapi matanya membaca kalimat yang terpampang di cover buku itu.
'Yang Kelam dan Yang Terang'
Tangannya gatal sekali ingin membuka buku tersebut dan membacanya dikelas saat istirahat. Tapi sangat tidak mungkin! Buku ini milik Juno dan ia tidak memiliki relasi yang cukup baik dengan lelaki itu. Tentu saja kemungkinan ia dapat membuka buku itu adalah 0%. Tetapi ia benar-benar penasaran karena judulnya hampir sama dengan buku yang didapatinya dari tempat paman Sam.
"Kau ingin membacanya?"
Jantung Momo melompat kaget, ia hampir berteriak. Lelaki itu bangun. Juno sudah bangun dari tidurnya. Dan Momo harus bersiap berlari sprint karena untuk yang kedua kalinya ia tertangkap basah. Tetapi sayangnya Juno memaksa Momo untuk duduk disampingnya.
"Kau bisa membawanya pulang." ucap Juno sambil menaruh buku tebal itu dipangkuan Momo.
"Tapi aku tidak meminta."
"Tapi mata dan pikiranmu sangat menginginkannya."
"Kenapa kau bersikap seperti ini?"
Juno diam. Tentu saja Momo mempertanyakan hal tersebut. Juno yang pasalnya merupakan orang yang dingin dan senang merendahkan orang, kini bersikap baik padanya. Seolah ia merasa tak berbuat salah. Dan itu sangat menganggu Momo.
"Apa maksudmu? Aku memang seperti ini."
Dan dengan helaan nafas, Momo memberikan kembali buku itu pada Juno dan bangkit berdiri. Namun ditarik kembali oleh Juno.
"Hentikan!" seru Momo.
"Hei, kalau memang kau tidak menginginkan buku ini, aku merekomendasikannya untukmu. Kau harus membacanya."
"Kenapa?"
"Karena penulisnya adalah ibuku sendiri."
Gadis itu membisu. Kemudian dengan gerakan cepat ia menerima buku itu dan berlari kembali menuju kelas. Ia terlambat lima menit.
Dan pelajaran pertama adalah Ibu Ratih, guru killer Fisika.
----
Sekolah telah usai dua jam yang lalu, Momo kini tengah berada di meja belajarnya untuk mengerjakan soal hukuman yang diberikan Bu Ratih padanya karena terlambat memasuki kelas. Belum lagi, ia mendapat tawaran dari guru Bahasanya untuk mengikuti lomba pembuatan cerpen dan ia tidak enak hati jika menolak tawaran tersebut.
Pikirannya melompat kembali ketika Juno memberikannya buku yang dikarang oleh ibunya sendiri. Momo mengambil buku itu dan membukanya. Ia merasakan desiran dalam di hatinya ketika membaca nama pengarang yang tertulis di kertas kusam tersebut.
Sarah Adrestia.
Itu nama yang sama dengan nama pengarang buku miliknya, 'Yang Layu dan Yang Bermekaran'
♀

YOU ARE READING
Alive
Novela JuvenilMomo berharap bahwa kehidupan disekolahnya akan tenang. Tetapi nyatanya tidak. Yang mulanya menjadi bahan tertawaan satu orang, menjadi bahan tertawaan satu sekolah. Penyebabnya hanya lah seorang bernama Juno. Lelaki berdarah Amerika-Indonesia menye...