Sebulan ini Juno direcoki oleh kawan-kawannya karena tidak pernah menjahili Momo lagi. Seperti biasa Juno akan menjawab dengan kata 'malas'. Lagipula, pertemuan dirinya dengan Momo ketika awal masuk sekolah sangatlah buruk, ditambah fakta bahwa ia sudah membuat gadis itu tertekan.
"Juno! Kau jadi menemaniku belanja 'kan hari ini?" seru Grace sambil bergelayut manja di lengan Juno.
"Oh, hei, tentu saja."
Gadis disampingnya tersenyum senang dan berceloteh ria tentang bagaimana keindahan kota Roma lusa lalu. Grace memang pergi ke Roma untuk menemani ayahnya berbisnis disana.
"Grace, aku ingin ke kantin sebentar, bisa kau lepaskan tanganmu?" tanya Juno dengan sedikit sinis. Bibir gadis itu mengerucut pelan dan berdiri keluar kelas.
Sebenarnya yang menjadi tujuan Juno bukanlah kantin, melainkan belakang gedung sekolah, tempat pohon linden berada. Ya, siapa sangka bahwa selain Momo ada orang lain yang mengetahui keberadaan tempat itu. Juno juga sudah tahu kalau Momo sering pergi ke tempat itu. Termasuk atap sekolah dimalam hari.
Ia berbaring dibawah pohon linden sambil memejamkan mata, merenungkan ibunya.
Sudah dua tahun semenjak kematian ibunya, lelaki itu terkadang masih tak terima tentang fakta bahwa ibunya harus pergi lebih cepat dari yang ia perkirakan. Berdasarkan apa yang ayahnya katakan, ibunya meninggal karena terserang kanker otak. Juno sempat marah pada dirinya sendiri karena merasa belum bisa menjadi anak yang baik, bahka ia tidak mengetahui bahwa ibunya terserang penyakit ganas itu.
dua puluh menit memejamkan mata, ia akhirnya membukanya dan bangkit untuk kembali menuju kelas. Tapi sepertinya ia menangkap basah seseorang memperhatikannya.
Orang itu... Momo.
Gadis itu buru-buru berbalik dan berlari dari tempatnya berdiri. Namun sayang sekali, Juno berhasil menangkap pergelangan tangannya.
"Aku yang akan pergi." Juno membuka suara.
"Apa maksudmu?"
"Kau pasti ingin kemari, tapi karena kau melihatku kau jadi membatalkan niatmu. Jadi, aku yang akan pergi." jelas Juno.
Momo diam dan menggerakkan pergelangan tangannya supaya lepas dari cengkeraman Juno. Lelaki itu kemudian menundukkan kepalanya sebelum pergi meninggalkan gadis itu.
----
Satu jam lebih Momo berdiam diri dibawah pohon linden, membaca buku yang ia dapat dari tempat Paman Sam. Ya, gadis itu secara tak sadar semakin tertarik dengan tulisan dan semua tarian yang dijelaskan detail dibuku tersebut, Yang Layu dan Yang Bermekaran.
Jakarta, 18 Oktober 1993
Untuk orang yang aku cintai,
Lebih dari lima tahun kami saling mengenal, secara pikiran maupun jasmani. Kepribadiannya dan kepribadianku yang begitu bertolak belakang membuat berbagai biang masalah muncul dan terkadang dibesar-besarkan.Tapi semua itu berjalan seperti air yang mengalir, terasa cepat dan tak terasa. Pahit dan manis kami jalani bersama.
Hari ini, 18 Oktober 1993, ia melamarku. Selama liburan ia tidak bebricara padaku, ponselnya pasti tidak aktif, bahkan hampir tidak bertemu. Aku menangis karena rindu, lepas dari harapan yang selama ini aku percaya. Tapi aku senang dengan kejutan, jadi ia memberikanku kejutan ketika aku sudah tak tahan dengan sikapnya selama liburan itu dengan melamarku. Ia meminta maaf, mengecupku berkali-kali, dan berkata bahwa ia sangat mencintaiku. Dan aku hanya diam membisu. Tetapi pada akhirnya aku tak bisa berhenti menangis. Semua amarah dan rindu terbalaskan olehnya.
Kelopak-kelopak ku yang sebelumnya kering dan layu, kini menjadi segar dan bermekaran. Siap untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Tiga tahun aku berjuang sendiri, tiga tahun aku merasakan apa yang dirasakan bunga ketika kering dan layu. Perjuangan itu terbalaskan dengan air kehidupan yang menjadikannya kembali segar dan bermekaran.
Aku sungguh sangat bersyukur. Terima kasih untuk segalanya, sudah membalas perasaanku bahkan hingga mencintaiku dengan segenap nafasmu. Aku berterima kasih.
Tertanda,
Sarah.
Senyum tipis terukis di wajah Momo. Gadis itu benar-benar menikmati kisah cinta si wanita, alias si penulis ini. Dan yang membuat ia terkagum adalah wanita itu mengekspresikannya dalam bentuk tarian yang ia ciptakan bersama suaminya.
Dan kini gadis itu berkhayal, bagaimana rasanya memiliki hidup dengan sukacita seperti penulis bernama Sarah ini.
♂
A/N :
Halo semuanya! Maaf baru update yaa setelah seminggu hiatus :D Seminggu ini aku jalanin UTS 2 dan yap, hari ini tes nya selesai. Jadi, baru bisa update hri ini :D Jangan marah oke? :D
Oke, aku ga bakalan tau ini bakalan end sampe chapter berapa, yang pasti aku mentokin paling gk sampe chapter 30. Kenapa nggak sampe 40 atau lebih? Aku nggak mau panjang-panjang #ribet selain itu, aku takut kalian bakal bosen karena di ceritaku yang satu ini bener-bener lebih banyak narasi dibandingkan dengan dialog/percakapannya. Jadi, narasi itu penting kalian baca kalo kalian mau bener-bener tahu jalan ceritanya.
Besok bakal aku update chapter selanjutnya. Dan kalau bisa, aku bakalan update double. Atau lebih parahnya triple :'v wkwkwk
Regards, Neva.

YOU ARE READING
Alive
Roman pour AdolescentsMomo berharap bahwa kehidupan disekolahnya akan tenang. Tetapi nyatanya tidak. Yang mulanya menjadi bahan tertawaan satu orang, menjadi bahan tertawaan satu sekolah. Penyebabnya hanya lah seorang bernama Juno. Lelaki berdarah Amerika-Indonesia menye...