Bab 15

17 2 0
                                    

Hari ini rupanya hari yang tidak menyenangkan bagi Momo. Ia kembali dibully karena masalah rambut blondenya. Siapa lagi kalau bukan dari Grace cs?

Grace dan teman-temannya itu yang tak percaya dengan rambut blonde milik Momo adalah alami dari lahir pun menggeret paksa Momo menuju kamar mandi dan dipaksa mewarna rambutnya dengan warna mencolok.

"Lepas!" seru Momo geram.

"Kalau saja kau tidak mewarnai rambutmu itu, kita tidak akan melakukan hal ini. Tapi sayangnya takdir berkata lain." ucap Kira, salah satu teman Grace.

"Aku tidak pernah mewarnai rambutku, bodoh! Apa kalian katarak?!" seru Momo. Grace membulatkan matanya dan menampar pipi Momo dengan sangat keras hingga gadis itu merintih kesakitan.

"Ayo kita pergi, aku risih melihatnya." ucap Grace.

Momo menghela nafas berat ketika Grace dan kawan-kawannya sudah pergi dari kamar mandi. Hari semakin gelap dan ia harus segera pulang atau ia tidak akan bisa mampir ke toko paman Sam. Pipi kirinya terasa panas. Rambutnya kini berantakan dan penuh warna mencolok. Untung saja mereka hanya mengenakan hair chalk pada rambutnya, gadis itu langsung membasahi rambutnya, berharap warnanya akan luntur.

Usahanya cukup bekerja dengan baik meski masih ada sisa-sisa warna yang terlihat jelas. Pipinya terlihat merah. Bahkan seragamnya sangat berantakan.

Ia berjalan keluar kamar mandi dengan kepala menunduk hingga tak sadar bahwa ia sudah menubruk punggung seseorang, yang tak lain adalah Juno.

Double shit. Batinnya.

"Hei pirang, ada apa dengan wajah dan rambutmu?" Juno sangat kelewat santai mempertanyakan hal itu.

"Bukan urusanmu."

Momo berjalan cepat meninggalkan Juno, namun kejadian dimana Juno mencekal pergelangan tangan Momo terulang kembali.

"Kau boleh saja marah pada Grace, tapi setidaknya jawab pertanyaanku." ucapnya.

"Apa pedulimu?"

"Dasar gadis dingin. Ayo kemari." Tanpa aba-aba, Juno menarik Momo menuju parkiran motornya.

"Hentikan! Aku harus segera pulang!" seru Momo.

"Untuk apa? Lagipula tak ada yang menunggumu."

"Hentikan sekarang juga!"

"Aku tak mau."

Momo dengan sangat terpaksa mengikuti Juno menuju warung kecil. Yang membuat Momo terkejut adalah ketika Juno membawa segenggam es batu yang terbalut handuk.

"Kemarikan wajahmu."

"Untuk apa?" tanya Momo sedikit curiga.

"Untuk mengobatimu, bodoh!"

"Tidak perlu."

Juno mengarahkan tangnnya pada memar dipipi Momo namun Momo selalu mengelaknya. Karena geram, Juni mengunci kedua tangan Momo dengan menariknya hingga Momo tidak berjarak dengannya. Momo mencoba untuk mmeberontak namun tenaganya tak sebesar Junonyang notabenenya adalah seorang lelaki.

"Diam dan jangan banyak bergerak."

Momo mendengus kesal dan menahan nafas ketika jarak wajah mereka hampir tak terhitung. Setelah selesai, Juno mengantarkan Momo pulang. Momo sempat menolak dengan tegas, tetapi Juno tetaplah Juno, tak bisa dibantah.

"Baiklah, mana ucapan terimakasih mu?" pinta Juno ketika telah sampai di rumah standart Momo.

"Aku tidak meminta bantuanmu."

"Astaga, kau ini benda hidup atau mati 'sih? Tidak sopan sekali!" seru Juno.

Momo memutar bola matanya. Detik berikutnya, suara berat dan tegas masuk kedalam atmosfer keduanya. Momo tahu bahwa ia akan mendapatkan kesialan ketiganya.

"Momo, ini ayah."

Wajah pria berumur yang sangat dibenci gadis tersebut hadir lagi

----

Yoo~ Yoo~
Comeback again with me, Neva, si penulis kece #AlaArap.

Maaf kalau kurang memuaskan, tapi ini saja dulu utk hri ini.

Untuk satu minggu kedepan aku bakal full hiatus buat UKK dan kenaika kelas nanti bakal lebih sang jarang update karena aku bakalan sibuk nyiapin UN.

Baihh!

AliveWhere stories live. Discover now