XXXIX

23 1 0
                                    

"Kita mau pergi kemana ren?!" tanyanya kesal karena aku membawanya jauh kedalam hutan
"Kemana menurutmu?" tanyaku dengan senyum
"Ihs, apa menggoda adalah hobimu? Apa bermain teka-teki adalah hobimu?" tanyanya berulang-ulang
"Apa protes adalah hobimu?" tanyaku datar dan dingin, membuat An tidak mengeluarkan suaranya sama sekali, aku merasakan rasa takut menyelimutiku.
"Jangan takut" ucapku membuatnya mengeratkan pegangannya padaku
"Kau, jangan membuat nada bicara seperti itu lagi" ucapnya sambil mengguncang gengaman tangan kami
"Apa masih lama? Kenapa kita harus berjalan kaki?" tanyanya untuk kesekian kalinya, setiap 5 langkah 2 pertanyaan, dia benar-benar banyak bicara
"Karena aku tidak punya kendaraan" jawabku singkat
"Kan bisa menaiki...mu?" tanyanya dengan nada seperti semut, aku berhenti berjalan sehingga Anne menabrak punggungku dan tidak bergerak tetapi terus menempelkan wajahnya dipunggungku.
Aku berbalik dan mendapati wajah Anne yang seperti kepiting rebus itu, aku tersenyum kearahnya, tidak lebih tepatnya menyeringai kearahnya, membuatnya yang tadi sudah berani menatapku malah menunduk lagi.
Aku mendekatkan mulutku kearahnya, dan berbisik pelan ditelinganya
"Itu berarti aku harus polos dihadapanmu, apa kau berniat menggodaku? Huh?" bisikku sukses membuat telinganya memerah
"Le-lebih baik t-tidak" tolaknya
"Naiklah" ucapku saat sudah berjongkok dihadapannya
"Untuk apa?"
"Aku akan menggendongmu, hingga kita sampai" tanpa perintah kedua ia naik kepunggungku dan mengeratkan pegangannya dileherku
"Hangatnya mateku" ujarnya membuatku tersenyum
"Tidurlah ini akan jadi perjalanan yang panjang" ucapku dan gumamannya menjadi jawaban yang terakhir sebelum aku berlari cepat dan ia tertidur perlahan.

Aku menginjakan kakiku dirumah ini, dua hari lalu aku kemari. Rasanya ada suara Rhea yang merindukanku saat jauh dari rumah ini.
"Hmm..bangunlah baby" panggilku pelan
"Sebentar lagi" tolaknya dengan nada gemas
"Tak ada penolakan Anby" panggilku
"A-apa?" ulangnya
"Anby, An Baby?" ulangku membuat dia memukul punggungku pelan
"Berlebihan" ucapnya turun dari gendonganku, menatap kastil kecil yang indah dengan beberapa kaca dibeberapa sisinya, yang ada ditengah-tengah hutan, "Euhmm..kita dimana?" tanyanya
"masuklah, nanti kau akan tahu"
Dia melangkah masuk perlahan, matanya menjelajah keseluruh sudut rumah, yang berakhir disuatu foto, foto ayah dan ibuku.

"Ini rumah siapa ren?" tanyanya yang kesekian kali
"Renren!" pekik Hrena membuatku memutar bola mataku, bagaimana mungkin Arylle yang bijaksana setengah mati mempunyai mate yang lebih childish daripada anak kecil
"What the hell you doing, Hre." tanyaku saat Hrena mengelayut dilenganku, hatiku merasakan perasaan cemburu, dan itu pasti punya Anne
"Kau pasti matenya renren kan?" tanyanya
"Panggilan bocah macam apalagi itu?" tanyaku membuatnya memberikan cengiran lucu miliknya
"Annelea?" panggil Arylle dengan suara yang bijaksana dan menenangkan, walau sempat terlonjak tapi ia langsung terperangah melihat wajah Ryl yang menenangkan
"Bahkan saat kau menginjak rumah ini aku merasa sudah diberkati" ucapnya membuat pipi An blushing, astaga aku cemburu.
"Ada apa?" tanya Hrena saat Anne memegangi dadanya dan meremasnya pelan
"Entahlah ada perasaan tidak enak" jawabnya polos membuat Ryl dan Hre menatap kearahku yang berusaha mengalihkan pandanganku
"Kau cemburu Arrene" goda Hrena, sialan
"Arrene?" panggil Rhea yang turun bersama N'cel,
"Matemu?" tanya N'cel dengan nada ramah seperti tidak keberatan menerima Anne
"Astaga kalian, ayo duduklah. Jangan mengobrol dengan tamu sambil berdiri" perintah Rhea membuat kami langsung duduk disofa tempat kami berbincang kemarin
"Jadi kau mate Arrene?" tanya Hrena, An menganggukan kepalanya pelan
"Bagaimana hubunganmu dengan Arrene?" tanya N'cel
"Dia bukan pria yang romantis, dia lebih suka menyuruh, dan sedikit perhatian ah proktektif mungkin" jawabnya, aku pikir Anne akan sedikit tidak akrab dengan mereka saat pertama kali bertemu, ternyata tidak. "Serigala memang biasa proktektif An" jawab Arylle
"Kau sudah tahu kami serigalakan?" tanua Rhea yang dibalas anggukan
"Kenapa kau harus bertanya jika kau sudah bisa lihat jauh sebelum ini terjadi?" sindir N'cel dibalas cengiran oleh matenya itu

Tak lama kami berbincang terdengar suara pintu yang terbuka membuat kami menoleh kearahnya, lalu muncullah,Deimos dan Ice dengan wajah berantakan.
"Kalian kenapa?" tanya Arylle
"Bahaya, banyak serigala liar yang keluar dari Hutan Kyliis, aku rasa mereka suruhan demon. Banyak Drasev terluka disana,Hre" ucap Dei, menganti perban ditangannya dan membantu Ice memerban lukanya
"Ayo N'cel" ajak Rhea, mereka menanggalkan pakaian mereka walau sedikit shock tapi Anne bersikap datar lagi, lalu Rhea dan N'cel berlari keluar pintu dan berubah menjadi serigala Putih dan Coklat.

"Tetaplah disini, jaga Anne dengan baik. Kami akan atasi ini" ucap Arylle menepuk bahuku pelan, sebelum Arylle keluar seperti Rhea dan N'cel, ia juga menanggalkan pakaiannya, membuat Anne blushing. Sial, memang jarang wanita yang bisa menghindari pesonanya.

"Renren sebaiknya jaga matemu" ucap Hrena memperingati, sambil tersenyum jahil, ia mengambil alat memanahnya. Walau childish seperti itu ia adalah Drasev terbaik dalam kalangannya.
"Kenapa Hrena tidak berubah menjadi serigala seperti kalian?" tanyanya sambil mendudukan dirinya didekatku
"Hrena itu bukan werewolf, dia itu Drasev" ucapku, dia terlihat mengingat-ingat nama itu.
"Manusia berpathner hybrid?" tanyanya yang dibalas anggukan olehku
"Hmm...aku boleh bertanya sesuatu?" tanyanya dengan wajah lucu yang semakin memperlihatkan matanya yang bulat itu
"Apa?" tanyaku sambil menyelipkan helaian rambutnya kebelakang telinga
"Apa kau merasakan sesuatu saat aku merasa takut atau cemburu?" tanyanya pelan sambil menunduk
"Iya,kitakan mate" ucapku singkat menaruh kepalaku disofa dan memejamkan mata. Tak lama ia menepuk-nepuk bahuku, membuatku membuka mata perlahan dan memberikan tatapan 'ada apa?'. Dia lalu menepuk pahanya memberikan isyarat untuk menidurkan kepalaku dipahanya
"Lebih nyamankan?" tanyanya mengelus surai keperakanku,aku tersenyum nyaman, bahkan ini lebih nyaman dari pelukan dan sentuhan Rhea.
"Tadi itu kakakmu?" tanyanya pelan, aku melipat tanganku didepan dada dan mengangguk pelan
"Bisa ceritakan singkat saja tentang keluargamu?" tanyanya pelan sambil mengusap hidungku yang mancung membuat perasaan tenang dan nyaman
"Keluarga kita, Anby" ralatku, ia menjawil hidungku pelan
"Arylle Pyvônex, Alpha dari negeri Frantale" jawabku, dia diam mempersilahkanku melanjutkan dongeng singat ini
"Hrena Kroukah, Drasev bagian utara. Snyrhea Pyvônex, Alpha dari negeri Reudus. N'Celadus Dqysom, Jyure negeri Reudus. Arrene Pyvônex, Alpha dari negeri Pramore, Mateku tidak usah ditanya. Phoebos Pyvônex, Alpha negeri Terabitya. Vaena Fruscav, Elf Kerajaan Uerizell. Deimos Pyvônex, Alpha negeri Teraston. Icean Hazellty, Elecont dari Gunung Rteuston." tutupku habis, bahkan semua keluargaku sudah kuceritakan

"Aku sudah finish, An" ucapku tersadar karena An diam dan tidak memberikan respon
"Masih ada yang ingin kutanyakan, tapi kau terlihat lelah tidurlah" ucapnya mengelus rambutku yang cukup panjang. Aku mengambil tangannya dan menciumnya, lalu menatapnya pelan,
"Aku akan menjawab pertanyaan apapun yang kau ingin tahu" ucapku
"Siapa nama ibu ayahmu?" aku tersenyum padanya lalu kembali menutup mata,
"Creathur dan Eaglynia Pyvônex" jawabku
"Thanks for your mommy and daddy, cause of them, i'm still alive and right now touching your hair like you're just for me, only one for me" ucapnya membuatku tersenyum
"I am yours, anby" ucapku sambil memejamkan mata, merasakan kecupan singkat dibibirku, membuat senyumku merekah

'Dhuak!'
Aku bangun dari tidurku, melihat kearah pintu serigala Arylle membawa mayat seorang orge, membuat mataku membelalak.
Arylle berubah menjadi manusia, dan menatapku dengan tatapan yang sulit dideskripsikan
"Mereka sangat dekat, suruh Anne naik Iffin Hrena, dan pulang kerumahmu" perintah Arylle yang aku balas gelengan pelan
"Justru bahaya jika ia sendiri, karena pemberontak itu tidak akan menyiakan kesempatan ini" ucapku membuat Arylle berfikir keras
"Jaga dia, kita bawa mereka berkelahi diluar" ucap Arylle, "Tunggu disini, tunggu aku sampai salah satu dari kami kembali kemari" perintahku, sebelum berjalan keluar dan mengeluarkan Veequien.

It's begin.

***

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang