XXXXVII

17 1 0
                                    

Kami berlima sedang berunding tentang Anne, beberapa minggu lalu aku mencium bau demon dari tubuh Anne, akhir-akhir ini ia malah tidak bisa tidur, bahkan makan.

"Aaaaakhhhh!!!" teriaknya yang membuatku dengan otomatis terbangun

"Akhhh jangan! Pergi! Keparat!" Ucapnya lagi, matanya meneteskan air mata, aku mengambilnya dengan perlahan hingga ia berhenti menangis. Lalu dengan perlahan mengelus surai rambut pirangnya, ia bangun dan terduduk diranjang.

"A-arrene aku mohon kita pergi dari sini, aku mohon." ucapnya memelas dengan wajah pucat dan pipi menirus, 5 hari ia belum makan, hanya minum air putih saja.

"Kau mimpi apa?" tanyaku, ia melihatku lalu menggeleng.

"Kau masih belum jujur padaku?" tanyaku, matanya mulai berkaca dan memelukku, ia menindihku, dengan wajahku didepan dadanya.

"Aku mohon, jangan marah padaku lagi Arrene. A-aku minta maaf" ucapnya sendu, Hatiku berdenyut menyakitkan. Tentu saja, dia mateku.

"Apa aku harus memohon padamu?" tanyaku dia mengelap matanya, lalu bersila diatas kedua kakiku, menatap kearahku...

"Aku bertemu troye" hanya 3 kata itu, mampu membuat Veequien mengaum, mataku berkilat saat ini. Lalu Anne mengelus pipiku pelan membuat Vee dengan terpaksa meringkuk didalamku.

"Ia berniat membunuhku" ucapnya, dengan tangan yang masih mengelus pipiku.

"Aku berusaha membunuhnya dan berhasil. Dia menghilang berubah menjadi abu, tapi mimpi buruk itu datang. Aku sulit makan dan tidak ingin tidur karena takut bermimpi. Aku tidak ingin kau ikut campur Arrene. Aku takut kau dibunuh oleh Troye." jelasnya, setidaknya ini lebih jelas

"Dengarkan aku, mau aku yang mati atau kau, kita tetap akan mati bersama, karena saat ini kita satu daging, satu tubuh Annelea. Dan yang terpenting bagiku adalah, Kejujuran dan kesetiaanmu sebagai mateku. Kau mengerti" ucapku memerintah, ia menunduk dan mencengkram kaosku.

"Apa kau bertemu Lugdes?" tanyaku

"Lugdes?" tanyanya, aku mengangguk "Ular Demon?" ia membelalakan matanya, lalu mengangguk.

"Berarti demon belum mati. Karena mereka satu diri." ucapku membuat Anne meremas kaosku lebih kuat.

"Lalu aku harus bagaimana?" ucapnya gelisah. Demon sialan, mimpi buruk itu merubah sifat Anne hampir 180 derajat.

"Tenanglah, aku sedang merencanakan sesuatu dengan saudara-saudaraku. Kau tenang saja" ucapku lalu menidurkannya didalam pelukanku.

"Bagaimana Arrene?" aku tersentak kaget, membuat yang lain mengeryitkan alisnya.
"Kau sudah dapat air matanya?" aku mengangguk, lalu menunjukan botol kaca bening yang berisi air mata Anne

"Lalu kapan kita melakukan serangan ini?" tanya Lyz, yang kebetulan bergabung bersama kami
"Esok" ucap Rhea, membuat kami menatapnya meminta penjelasan
"Besok Ludges itu akan datang, dan menjebak Anne. Saat itu Anne akan lari menjauh, ia terlalu takut pada Troye. Lalu didalam goa nanti panggil Anne untuk masuk Phoebos. Didalam sana kita siram Ludgea itu dengan air suci dan Lyz, Yrene matikan pangkal kekuatannya, matikan roh yang ada disekelilingnya" atur Arylle

"Ada masalah disini" ucap Deimos
"Apa?" tanya Hrena
"Kitsune akan lemah saat mematikan roh" Singkatnya, tapi Lyz menggeleng
"Kami bekerja berempat nanti. Kalian tenang saja" ucap Lyz membuat kami mengangguk paham.

"Aku sangat butuh bantuan kalian." ucapku, membuat mereka tersenyum
"Tentu" ucap Lyz dan Arylle berbarengan, kami terkekeh pelan

"Aku punya sebuah berita" ucap Arylle membuat kami terfokus kearahnya
"Aku dan Hrena" ucapnya merangkul pundak Hre, "Akan mempunyai anak" lanjutnya membuat mata kami terbelalak, dia serius?
"Kau serius?!" tanya Phoebos heboh, kami sibuk bertanya sejak kapan? Berapa bulan? Laki-laki atau perempuan? Hingga pertanyaan konyol dari Phoebos 'Harus berapa ronde jika aku juga ingin mempunyai anak?' sungguh bodoh mereka.

"Apa tidak terlalu berbahaya membiarkan Hrena ikut dalam rencana kita?" tanya Icean, membuat Hrena menatapnya tajam
"Elecont, jangan main-main. Walaupun aku sedang mengandung tapi bagi kami drasev, anak adalah sumber energi bagi kami" ucapnya menatap bangga kearah Icean
"Keren" puji Vae, dia membuat Hrena semakin besar kepala.
"Apanya yang keren?" tanya Arylle
"Bayimu, aku bisa merasakannya. Ia seorang Alpha yang bijaksana nantinya" ucap Vae, dengan tangan diperut rata milik Hrena. Hrena menatap kagum dan mengelus perutnya penuh senyum

"Yasudah, aku dan Yrene akan kembali ke R'vill untuk melihat keadaan Anne. Kau ikut Arrene?" tanya Lyz padaku, aku menggeleng pelan.
"Anne meminta, roast beef di kota Zeotji, aku akan kesana sebentar." ucapku mengambil ranselku untuk bersiap mampir kekota. Aku juga ingin membeli dream catcher. Supaya Anne mau tidur, setidaknya aku melakukan sesuatu untuknya agar tidak takut terlelap.

"Baiklah kami duluan." ucap Lyz mengandeng tangan Yrene lalu berubah wujud dan pergi dari rumah Arylle.

---

"Lyz?" panggilku, Lyz diam saja selama perjalanan kami kembali ke R'vill
"Lyz?" panggilku kedua kalinya, "uhm" sahutnya. Aku menghentikan langkahku, membuat Lyz yang berada didepanku ikut berhenti
"Yrene, aku sedang tidak ingin berargumen" desahnya
"Kau sembunyikan sesuatu apa itu?" tanyaku berdiri dihadapannya
"Yrene, aku tidak akan membawamu saat perang nanti" ucapnya, aku menggeleng
"Tidak akan ada perang Lyz. Percayalah pada mereka" desahku, Lyz menatapku dengan mata hybrid
"Tetap saja melawan Demon tak semudah berperang dengan makhluk lain" keluhnya, perasaan khawatirnya yang seperti ini yang membuatnya cemas sendiri.
"Setidaknya berpikirlah kalau besok berjalan sesuai rencana yang telah mereka buat." perintahku, Lyz menatapku lalu mencium keningku cukup lama dan mendekapku
"Lalu bagaimana dengan benih dalam tubuhmu?" tanya Lyz, aku mengelus perutku yang belum menunjukan perubahan pesat
"Anak kita akan baik-baik saja. Dia kuat seperti ibunya, dan cerdas seperti ayahnya. Tak ada yang harus aku cemaskan" ucapku membuat Lyz memutar bola matanya jengah. "Aku serius Yrene Parkysea, kau itu" geram Lyz, dan dengan gemas mengacak rambutku.
"Aku mencintaimu" ucapku
"Aku mencintai kalian" ucap Lyz mengelus surai rambutku lalu beralih ke perutku dan memelukku.

---

Aku terbangun subuh ini, ini jam 3.01 tapi keributan dari hutan terdengar, N'Cel masuk kedalam kamarku dan Annelea dengan nafas tergesa-gesa.
"ARRENE AJAK ANNELEA KEHUTAN. KITA DAPAT SERANGAN DARI PASUKAN BESAR HUTAN KYLIIS" teriaknya, tentu saja Annelea dan aku melompat dari kasur dan membawa pedang juga tombak. Kami berlari masuk kehutan dalam bentuk serigala benar saja, para Vyirus dari Teraston dan Reudus sudah terkapar dipinggir hutan dan dari kejauhan kami melihat sebuah pasukan diatas pasir hitam Orc,Orge, Witch, Vampire, Demon, dan Lugdes mereka.
Didepan mereka ada Troye dan Troella.

"Harusnya aku membunuhmu dan semua Warniix saat itu!" lantang Troye
"Dan Annelea? Jangan berharap kau dapat membunuhku" dalam sepersekian detik, Troye ada didepan Annelea, menamparnya keras hingga Anne terlempar jauh kedalam hutan. Vee marah mengaum membuatku berubah cepat dan menerkam lehernya.

Troye berteriak kesakitan, jangan lupakan bisa keturunan Anubis.
Teriak kesakitan Troye bersamaan dengan bunyi sangkakala seorang Trfyior.
Arylle berteriak kencang, dan terjadilah perang besar-besar.

Vee berlari cepat mengikuti Troye, kami hampir sama karena kami sesama demon. Anne berlari cukup kencang ia mengingat semua perintahku.

'Masuk kedalam Goa pemancar, sekarang. Annelea' ucapku dalam hati

***

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang