N'Cel, Arylle dan Aku berada dipaling depan, wujud kami sudah menjadi serigala. Dibelakang ada Lyz, dan Paman Gwen.
Lalu dikejauhan ada Phoebos,Deimos,Rhea,Alyvanor, Yrene, juga Ice. Diatas kastil ada Griffin dan Hrena, dia sudah memakai pakaian Drasevnya.
Vaena ada didalam kamar Anne, berjaga jika ada sesuatu yang terjadi.Tak lama datang monster, badannya Berbentuk Yeti tapi dengan gigi tajam dan penuh darah didadanya.
"Yeti" panggil Ice, Deimos menoleh kearahnya, memberikan 'jangan coba-coba pergi jauh dariku' lalu menatap tajam kearah makhluk langka tadi.
"Ada apa?!" tanya Arylle cukup lantang, bukannya menjawab makhluk yang cukup menjijikan itu malah mengamuk dan berteriak tidak lebih tepatnya mengeram lantang.
"Baiklah" ucap N'cel, dia mulai berlari dan mnghajar beberapa yeti, tentu saja Aku dan Ryl tidak membiarkan ia berkelahi seorang diri.
"Mereka lemah" ucap Phoebos, ia membuang salivanya dan menoleh kearah 7 mayat yeti itu.
Deimos menolehkan kepalanya menatap Ice yang tidak berani melihat pertempuran kami, disekeliling tubuhnya turun semaki banyak salju, bahkan tubuhnya membiru, emosinya sedang tidak baik saat ini.
"Maafkan aku" ucap Deimos yang berhasil membunuh sekitar 2 Yeti saat perang kecil tadi
"Tak apa, aku hanya tidak tega saja" ucapnya menoleh kearah Deimos, matanya berkaca, dan menetes seperti krystal berwarna biru transparan.
"Tidak mungkin mereka hanya mengirim ini saja" gumam N'CelBaru saja ia bergumam seperti itu sebuah anak panah melayang kearah Deimos, tapi untunglah anak panah Hrena lebih cepat. Lalu dari hutan mulai keluar sekitar 100-300 Trfyior.
"Wow" gumam pertama yang keluar dari mulut Phoebos, Panah pertama mereka layangkan kearah serigala Arylle, beruntung ia dapat menghindarinya.Panah datang dari Hrena, panah itu mengandakan diri menjadi 50 anak panah tiga perempat dari itu berhasil mengenai Trfyior. Manusia yang cukup kerdil itu, berteriak lantang dan beberapa dari mereka maju, sayang kawanan Warniix lebih cepat dan ganas dari yang mereka duga. Walau ada beberapa yang terluka tapi yang meninggal diantara mereka juga cukup banyak.
Tak lama Dylan berubah menjadi manusia dan menatap Arylle dengan marah
"Kita kawanan! Jika kau menyembunyika sesuatu beritahu kami Alpha!" teriaknya, aku tahu kali ini ia emosi, Arylle bukan alpha yang pandai menyembunyikan sesuatu.
"Kumohon padamu Alpha, jangan seperti ini" ucap Dylan, beberapa Omega mulai mengangkat para Vyirus yang mati saat perang tadi.
"Aku akan menjelaskannya dimarkas nanti, Dylan" ucap Alpha, Dylan menatap kami semua sebelum menyingkir dari hadapan kami semua.Setelah menyelesaikan semua hal yang berantakan karena perang tadi. Pagi ini aku dan Arylle ada diluar rumah, kami semua menginap dirumah Arylle,
"Panggilah Dylan, kita jelaskan hal ini padanya" setelah menghela nafas kami berjalan kearah pemukiman para werewolf, disana kami hanya memakai pakaian yang sewarna dengan bulu kami,kami hidup layaknya manusia, bersekolah dan bermukim layaknya manusia, rumah kami ada didekat hutan, dan ini letak strategis untuk bermukim dan menjaga wilayah kami, setelah melewati umur 18 tahun kami akan memilih untuk bertugas seperti tingkatan kami masing-masing atau bekerja didunia manusia, jika kau belum menemukan matemu.Setelah menginjakan kaki kami kemarkas Warniix, disana sudah ada Dylan dan beberapa Vyirus Frantale, Melihat kami para Vyirus itu membungkuk dan menyingkir dari hadapan kami.
"Duduklah Alpha" ucap Dylan.
"Maaf karena menyerahkan tugas padamu akhir-akhir ini" ucap Arylle, Dylan menganguk lalu tersenyum kearahku
"Sudah lama tak melihatmu Alpha Arrene" sapanya, aku tersenyum
"Maaf karena membuat Arylle sibuk menangani urusanku" balasku
"Tak apa, berita mengenai matemu membuat kami berjaga seperti robot. Setiap hari ada berita penyusup yang masuk kewilayah kami. Entah itu wolf liar atau para vampire. Drasev mengeluhkan hal ini, untungnya ada Hrena yang dengan setia memberikan mereka strategi." jelasnya
"Beberapa hari lalu Tyuxen datang kemari" ucapnya membuatku mengeryitkan alis, "Ada apa?" tanyaku
"Jyuremu bilang, kalau akhir-akhir ini ada abadon yang menghancurkan hampir setengah wilayahmu, mereka ingin mengambil buku Troheeix" ucap Dylan.
"Itu kenapa aku memintamu untuk menjelaskan apa yang terjadi Alpha Arylle. Buku itu kupindahkan kemari, tapi justru banyak makhluk seperti malam kemarin yang datang kemari"
"Hampir setengah Vyirus kita mati mencegah makhluk itu masuk mendekati rumahmu alpha, apa yang harus kulakukan" Dylan memijat pelipisnya aku tahu ini hal tersulit dalam hidup kami, semua makhluk langka telah dipengaruhi demon untuk membunuh dan menyerang wilayah kami
"Dylan benar Arrene, buku Thoreeix sudah aku pindahkan kemari" ucap seseorang, Tyuxen.
"Kawanan kita hampir runtuh, tapi tadi malam, kawanan R'vill datang dengan seekor kitsune hitam. Ia bilang namanya Gwen, R'vill memberikan bantuannya pada kami, asal kita mau menjaga alpha mereka. Siapa yang dimaksud mereka Ren?" tanya Xen, aku memang seharusnya memberitahunya untuk yang pertama.
"Mateku" walau sempat terkejut tapi Xen menyembunyikannya
"Dan dia seorang alpha? Tapi kenapa bisa terjadi perang?" tanya Xen kesekian kalinya
"Dia alpha dan keturunan dari Qyera yang membuat terjadinya perang Troheeix" kali ini matanya berkilat, marah.
"Kau...." ia mengeram menatap kearahku
"tidak bilang tentang hal serius seperti ini?! Astaga Alpha" teriak Xen frustasi
"Lalu rencana apa yang kau punya?" tanya Dylan setelah berhasil menenangkan Tyuxen
"Tak ada jalan lain, kita memang harus perang" jawab Arylle
"Aku akan persiapkan pasukan" terdengar suara perempuan dari ambang pintu, Itu Acia, Mate Dylan, seorang Vyirus.
"Terimakasih Acia" ucap Arylle
"Aku tak izinkan kau ikut berperang Acia" suara penuh perintah keluar dari Dylan
"Kau Jyure, dan aku Vyirus. Sudah seharusnya bagi kita untuk menjaga Alpha, dan keturunannya. Siapapun matenya, aku akan menjaganya sampai tetes darah terakhir." jawab Acia penuh dengan nada kebijaksanaan.
"Kita akan lanjutkan nanti" ucap Dylan sebelum meninggalkan kami semua dan berlari mengejar matenya."Hanya Aku dan Dylan yang tidak tahu ini?" Arylle menganguk, "Maafkan aku Tyuxen" ucapku
"Tak sepantasnya seorang Alpha, meminta maaf padaku" jawabnya
"Bagiku, mau kau Jyure atau Omega sekalipun, kalian tetap sama sepertiku. Seorang Alpha" jawabku membuat Tyuxen tersenyum
"Apa yang dikatakan Acia benar, aku akan melidungi kalian, Alpha" ucap Tyuxen sebelum keluar dan mengandeng seorang omega perempuan dari Warniix Teraston."Cepat atau lambat, perang itu tidak akan terelakan" ucap Arylle
"aku membutuhkanmu" pintaku, ia merangkul bahuku, lalu tersenyum seperti biasa
"Kau bukan hanya membutuhkanku nantinya" jawabnya
"Kau membutuhkan kami juga ka!" teriak Phoebos dari belakang kami, wajahnya yang masih sedikit lebam menatapku dengan senyum lebar miliknya
"Always with you, Anytime" ucap Rhea mengacak rambutku yang kecoklatan,
"I can't saying romance words, like you're guys saying" ucap Deimos membuat kami tertawa renyah"Tunggu dimana rambut perakmu?" tanya Phoebos,
"Entahlah mungkin efek perubahan pada Anne, yang ikut merubah warna kulitku" jawabku
"Pantas, Rambut Anne menjadi pirang saat ini" jawab Phoebos sekenanya
"Ia belum sadar?"
"Tak akan secepat itu, tapi percayalah ia baik-baik saja" jawab Phoebos.***
Karakternya kebanyakan,kah?
Qyera : Sepasang mate.

KAMU SEDANG MEMBACA
War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■
FantasyIf your life it's not like a fiction story, you can write your fiction story by yourself as awesome as you imagine" -Leich- . This is pure my imagine fiction. So if it's look like similiar with another story i'm sorry because i don't know and i don...