XXXX

37 1 0
                                    

Aku menatap mereka dari balik jendela pintu masuk, disana ada 6 serigala berdiri gagah dengan eraman mengancam kearah Orc dan makhluk yang terlihat seperti zombie.
Serigala menawan yang pertama kali diberi pukulan kencang oleh salah satu Orc disana, Serigala berwarna Hitam biru itu mulai mengamuk dan mengigit leher si Orc, serigala berwarna putih itu berlari kearah lain diikuti oleh serigala berwarna coklat, mereka memiliki formasi yang sangat bagus, sangat teratur saling melindungi satu sama lain. Serigala berwarna merah dan orange mulai menggila mereka mengeluarkan cakar mereka dan wow. Ajaib bahkan cakarnya dapat memberikan lubang pada pohon jati.
Lalu keluar tiga orang dari balik pepohonan aura mereka benar-benar mematikan, bahkan aku yang ada didalam rumah saja sudah bergidik ngeri, bagaimana mereka yang sudah mulai berada dekat dengannya?
"Kupikir kalian sudah masuk terlalu jauh keturunan anubis" ucapnya pelan tapi penuh amarah dan terdengar menakutkan
"kalian terlalu egois, dosa dan kutukan kalian sudah terlalu banyak!" teriak Serigala berwarna orange, dari suaranya terdengar asing bagiku, mungkin itu Phoebos atau Deimos.
"Wow kau membuat dewamu marah, anak anubis" dengan sekali hentakan tangan dia dapat membuat Serigala merah itu terhempas cukup jauh. Menakutkan dengkingan yang keluar dari mulutnya terdengar sangat menakutkan, terdengar isakan tertahan dari dalam rumah aku mencari dan menemukan seorang gadis dengan rambut pirang meringkuk memeluk kedua lututnya dan satu tangan berada didepan mulut, "kau siapa?" dia berhenti terisak.
"Vaena" ucapnya pelan, aku menariknya keluar dari sana dan kembali mengintip dari jendela, "kenapa kau bersembunyi?" tanyaku, ia terlihat sedang merasaka rasa sakit, terus meremas dadanya
"Serigala merah itu mateku" ucapnya membuatku terbelalak
"Aku bisa rasakan sakitnya ada disana, Phoe berusaha melindungiku, selalu seperti itu" ucapnya sebutir air jatuh dari pelupuk matanya, aku memeluknya dan mencium keningnya, "Kuatkan dia lewat batinmu, ucapkan 'i love you, please ma warrior, fight for us'" entahlah kata-kata itu terlontar begitu saja, seakan-akan itu akan berhasil, Vae menutup matanya lalu membukanya, ia melihat kearah serigala merah tadi yang matanya membulat melihat kearah kaca. Red wolf itu bangun dan berdiri dengan dua kaki, ia mencabik para orc dan berhasil melukai salah satu demon, kesempatan itu diambil oleh serigala orange untuk menendang jauh pria yang lainnya, mata pria yang lainnya tertuju pada serigala menawan milikku ia menatap penuh emosi tangannya mengarah kearah Arrene lalu bergerak seakan-akan ingin mencekiknya, serigala menawanku mendengking keras lalu serigala putih dan hitam biru bergerak menerjang pria siala itu tapi nihil tapi hanya sekali kibasan serigala putih dan hitam biru itu terseret cukup jauh.

Aku meremas dadaku cukup kencang, dadaku seakan berhenti berdetak, aku sulit bernafas, mata berair milik Serigala menawanku membuat duniaku bergerak lamban, aku bangkit dari kursiku dan membuka pintu dengan cukup kencang, lalu menatap dengan emosi dan berkaca-kaca kearah pria tadi
"GET YOUR DAMN HAND OFF HIM!" pekikku cukup kencang ia menyeringai kearahku, lalu melepaskan tangannya.
"aku bahkan tidak memegangnya, Angel" ucapnya penuh penekanan
"Tapi kau menyakiti miliku" ucapku dalam penuh emosi, tidak pernah sekali pun dalam hidupku merasa sebenci ini pada orang lain, bahkan saat mereka menyentuh buku fiksi termahal milikku.
"Aku bahkan dapat menghancurkan mereka hingga mereka mendengking lemah" ucapnya penuh rasa bangga, dua orang lainnya mulai bangkit dan berjalan tertatih kearah para serigala dihadapanku yang sudah membuat formasi untuk melindungiku, tapi justru aura merendahkan yang keluar dari mereka saat melihat kearah kami.
Selangkah demi selangkah mereka mendekat, kali ini serigala berwarna putih dan coklat yang terjatuh yang lainnya mulai mengeram, tapi ada sebuah anak panah yang jatuh kearahnya dan menancap tepat ditangannya, awalnya pekikan kesakitan terdengar tapi tergantikan oleh geraman penuh emosi dari pria tersebut. Ia mencabut anak panah tadi dan melemparnya kearah sumber tadi tapi ajaib orang tadi berpindah dengan cepat dan sudah berada disampingku dengan busur panah melingkar ditubuhnya, ia membuka cadarnya dan aku tahu itu Hrena menatap kearahku.
"Kalian tidak akan bisa berjalan kemari, bahkan menyentuh kami dengan sihir kalian" ucapku dan benar mereka terlihat bingung saat tidak dapat bergerak tapi perlahan mulai berjalan mundur
"Kau, tunggu" saat mereka hendak berbalik ada sebuah es berujung runcing, yang biasanya terdapat pada tetesan dalam goa yang terbentuk karena terkena suhu dingin. Menancap ditubuh mereka bertiga yang langsung meracau gila lalu terbakar terbawa kabut hitam dan menjadi abu berwarna hitam yang menghilang diudara membentuk gambar setan dengan suara auman, dan aku yakin mereka demon.

"Maafkan aku karena terlambat" ucap wanita dengan rambut keemasan memeluk leher serigala orange, terlihat dingin tapi menyejukan.
Mereka berenam berubah menjadi manusia, aku membopoh Rhea dan Arrene, Gadis berambut keemasan pirang tadi membopoh serigala orange dan N'Cel, lalu Vae membopoh Red wolf dan Hrena membopoh matenya. Setelah saling membopoh kami mendudukan mereka disofa, Vae kembali dari dapur dengan membawa dua mangkuk berisi air dan kain, dengan sekali sentuh wanita berambut keemasan itu mengubah air tadi menjadi sedikit ber-es.
"Icean" ucapnya seakan tahu isi kepalaku membuatku menganguk, seakan-akan aku mengerti.
"Pelan, Ice" ucap serigala orange tadi, ia memeluk pinggang Ice posesif. Walau sering kali mengerang ia terlihat menikmati sentuhan gadis itu
"Robek" ucap Vaena saat mengobati Phoebos yang terlihat paling buruk diantara mereka
"Maaf untuk yang kesekian kalinya, karena membuatmu merasakan kesakitan" jelasnya menggenggam tangan Vae lembut, seakan-akan Vae akan hancur bila terlalu erat memegangnya, setelah itu Vae mengecup punggung tangan Vae
"Kau tidak pernah membuatku segila ini" ucap Hrena, sambil terus menekan pelan dada Arylle yang terlihat memar
"jika kau menekan bagian itu terlalu kencang, cintaku untukmu bisa hancur" guraunya pelan
"Bodoh" gerutu Hrena

"Kau jangan terlalu sering melindungiku En" ucap Rhea, membalut tulang selangka N'Cel yang kelihatannya sedikit bergeser
"Anything for you" jawabnya singkat
"Everytime for you" balas Rhea mengecup balutannya membuat N'Cel mengacak rambutnya gemas

Aku menegok kearah Arrene, ia menatapku dengan senyum
"Terimakasih untuk hari ini" ucapnya
"Jika kau menghilang tadi, kupastikan aku yang membunuh demon sialan itu" jawabku dengan kesal, mengelap darah diujung bibir Arrene dengan lap dingin.
"berjanjilah padaku saat aku berperang selanjutnya kau tidak akan ikut hadir seperti tadi" aku menggeleng
"aku tidak bisa janji, kau sama saja membunuhku dengan perasaan khawatir" jawabku apa adanya
"Kau juga begitu jika kau hadir ditengah perang seperti tadi" balasnya, aku memberikan tatapan tajam kearahnya, lalu ia mencium bibirku secepat kilat.
"jangan bahas masalah ini lagi" ucapnya sebelum menutup matanya
"Kau egois" ucapku menjawil hidungnya
"memang apapun untukmu, aku akan menjadi egois" huh. Gombalannya selalu datang disaat kami adu pendapat seperti ini

"Kenapa kau bisa berbicara didalam pikiranku seperti tadi Vae?" tanya Phoe membuat kami menatap curiga kearah Vae,
"Entahlah perasaan khawatirku tentangmu hilang begitu saja,saat Anne memintaku untuk berbicara seperti itu padamu" jawab Vae dengan jujur
"Sisi Angelmu lebih terlihat dari pada serigalamu, An" aku menatap kearah Arylle, kenapa ia tahu segalanya?
"Kenapa?" sebelum aku bertanya Deimos sudah mendahului ku,
"Yang menenangkan dan mampu menandingi kutukan juga sihir demon hanya kemurnian dan sihir Fallen Angel" jawabnya
"Lalu kenapa ibuku bisa mati, kalau sihirnya dapat menandingi demon?" tanyaku dengan perasaan kesal, aku kesal karena ibu tidak berjuang untukku
"Karena ibumu sudah tidak murni lagi" jawab Arylle, itu berarti kehadiranku yang membuatnya jadi kehilangan kekuatan, aku yang membuat ibu mati
"Jangan berpikir yang macam-macam, An" ucap Arrene membuatku menoleh kepadanya, tapi lukanya sudah hilang dan wajahnya sudah tidak ada lebam dan luka
"Lukamu sudah sembuh, Ren" ucapku
"Hanya Angel yang bisa menyembuhkan lebih baik dari seorang Elf" jawab Vaena membuatku sedikit terperangah, Dewa mempunyai kaki tangan yang hebat dan ajaib. Bagaimana dewanya?

***

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang