XXXIII

21 1 0
                                    

Hari ini, hari pertamaku masuk ke Academy Afroxy, dan dihari pertama ini tidak ada bedanya dengan beberapa puluh tahun yang lalu, tatapan kagum dan decak memuji memenuhi jalanku hingga ke ruangan yang aku tuju, aula utama Academy ini.
"Annelea Prayich" panggil salah satu dosen, nama itu membuat desiran darah ditubuhku mendidih seperti ada sesuatu yang membuatku dengan sangat penasaran mencari gadis dengan nama itu, rambut kecoklatan yang diikat ekor kuda, dengan hidung mancung, bahu yang sempit dan dari sini aku dapat melihat matanya yang berwarna kebiruan. Kalian tidak akan bisa membohongi mata seorang Werewolf.

Mate.

Bisikan gaib dari diriku yang berkepribadian ganda ini muncul lagi. Panggil dia Veequien.
Mana mungkin bodoh, mana mungkin mateku tidak menyadari matenya ada disini. Ucapku berargumen, Vee bukan orang yang sulit diajak bekerjasama.
"Arrene Pyvônex" panggil seseorang, kami satu jurusan. Dia terlihat tidak peduli, maksudku mateku tidak peduli mungkin kau salah Vee.

Sesampai dikelas aku mengambil kursi yang tidak jauh darinya hanya untuk memastikan dia mateku atau bukan, dengan melihat 'Wéyoul'. didalam kawananku atau kaumku percaya bahwa Wéyoul adalah ikatan dimana sebelum dan sesudah melakukan 'Mateed' para dewa akan mendekatkanmu dengan matemu dengan cara yang mustahil, dan aku ingin mencobai Wéyoul itu.
"Arrene Pyvônex" panggil Tn. Red, entahlah aku kehilangan fokusku karena ucapan Vee tentang gadis itu.
Dia menatapku dengan terlalu fokus, dia lebih tertarik melihat leherku yang disana terdapat tatto tempatku berada dalam kawanan, kawanan Warniix. Kawanan itu merupakan kawanan serigala terbesar, termaju dan terpatuh, kami percaya dewadewi tapi kami tidak memungkiri bahwa kami masih percaya pada leluhur kami Zexiannu Pyvônex, serigala setengah anubis, ya serigala kami bukan serigala biasa atau serigala yang hanya sekedar mempunyai kekuatan, serigala yang netral membela immortal dan netral membela demon, jelas kami ada hubungannya dengan malaikat kematian itu, serigala pertama yang membantu dewadewi saat melerai perang antar makhluk yang bukan manusia adalah serigala kaum kami. Dan jangan lupakan daerah kekuasaan Warniix juga bukan hanya satu tempat tapi lima tempat, Negeri Frantale, Reudus, Terabitya, Teraston dan Pramore. Kami merahasiakan perbatasan kami di Pramore, karena berbahaya bila banyak makhluk tahu tempat kami menyimpan buku Troheeix. Buku yang menyimpan berbagai sejarah perang hebat yang terjadi karena berbagai penyebab, paling banyak antara Demon dan Drasev, Vampire dan Werewolf, Elf dan Trfyior, dan Witch dan Drasev. Sudahlah malas membahas hal itu.

Setelah keluar dari kelas itu aku langsung bergegas menuju aula, dan bertemu dengan seorang pria bernama Rayes, kami mengobrol banyak dari Usia, hobi, hingga tatapan para gadis disini yang menatapku kagum
"Bahkan mereka menatapku dengan tatapan seperti daging lezat, padahal mereka tidak tahu aku sudah tidak lezat lagi" gurauku membuat Rayes dan beberapa temannya yang baru datang Steve dan Juan tertawa
"Hahaha...Setidaknya itu lebih baik daripada tidak ada yang melihatmu sama sekali Ren" gurau mereka bersamaan dengan bau Chocolate Cosmos yang masuk kehidungku
"Dia lagi" gumamku
"Ada apa?" tanya Juan dengan nada datar tanpa Ekspresi
"Aku pergi dulu" pamitku lalu menghampiri gadis bernama Annelea
"Kau, Sendiri?" tanyaku dibalas senyum kecut, senyum paksa yang membuatnya terlihat mengerikan
"Jangan tersenyum jika tidak ingin" ucapku membuat ekspresinya kembali seperti semula
"Ada apa? Apa yang kau inginkan?" tanyanya datar, aku bisa merasakan sesuatu yang berdetak lebih cepat,  tapi bukan hanya satu irama melainkan dua
"Entahlah seperti ada sesuatu yang memaksaku untuk menemanimu disini" ucapku asal, tapi dia tidak memberikan ekspresi lebih, seperti merona misalnya? Dia terlalu sulit ditebak.
"Kau mengenalku?" tanyanya, aku mengangguk dan diam, tak ada pembicaraan lagi setelah itu sampai dia berjalan cepat dan meninggalkanku begitu saja.

Setelah keluar dari gerbang aku langsung berjalan pulang kerumahku, aku memang tinggal sendiri jadi tak masalah bagiku pulang lebih larut karena berjalan kaki.
Sudah hampir tiga perempat dari gerbang Academy ada sebuah bus yang diam dipinggir jalan, lalu keluar seorang pria paruh baya dari belakang bus, membawa ban cadangan bus itu dan berusaha setelah mati menggelindinginya.
Bukan sifatku seperti ini, biasanya aku hanya akan menatap dan berjalan melaluinya saja tapi kali ini aku menggulung lengan kemeja kotak-kotak coklatku dan berjalan kearahnya.
"Oh,nak bus kami sedang---"
"biar saya bantu pak, berikan ban mobilnya pada saya, dan tolong taruh tas saya didalam bus. Terimakasih" ucapku dengan satu tangan ban bus tersebut sudah melayang dari tanah, dan dengan teliti melepas dan mengganti ban yang rusak dengan yang baru.
Tiba-tiba turun hujan yang cukup deras membuatku basah kuyup, si pak supir berlari masuk kedalam bus dan mengambil payung lalu memayungkanku, "sudah selesai pak, ayo jalan" ucapku
"Masuklah kedalam bus, kita cari tempat untuk menghangatkan diri dulu, kau basah sekali nak" ucap tuan itu dengan sopan, mungkin takut aku curigai orang jahat, dan dengan otomatis kepalaku mengganguk.
Tak berapa lama berjalan ada seorang gadis yang masih berdiri dihalte dekat academy ini, 'bodoh' batinku.
Dia tersenyum pada pak supir dan dibalas oleh pria paruh baya itu. Aku menunduk mengelap tanganku yang basah dengan sapu tangan.
"Terimakasih tuan, karena telah membantu saya membetulkan roda bus ini" ucap pak supir kepadaku secara tiba-tiba, aku mengangguk, An kelihatan terkejut tapi mencoba menyembunyikannya.
"Apa nona rumahnya tak jauh dari sini?" tanya pak supir pada Anne, mau apa pria ini?
"Iya, tak jauh. Ada apa pak?" jawabnya lembut, terdengar merdu ditelingaku, astaga apa kau benar Vee
'tentu saja, bodoh' balasnya.
"Ini arah terakhir saya, dan saya ingin cepat pulang, boleh kalau saya dan tuan ini mampir sebentar untuk menghangatkan diri?" ucapnya sopan, seperti takut ada kata-kata yang membuat Anne cemas bahwa kami adalah orang jahat
Mata Anne melihat kearahku, dia menatap rambut perakku dan lantai yang basah.
"T-tentu kenapa tidak" ucapnya gugup, pak supir tadi menggulas senyum, pria paruh baya ini juga kadang terbatuk karena dingin yang dirasakan oleh tubuhnya
"Bagaimana jika pak supir langsung pulang setelah mengantar gadis ini?" tanyaku datar, walau tak memungkiri aku bahagia karena hal ini, bahkan aku berpikir mungkin ini keajaiban Wéyoul
"Tidak jangan, mampirlah kerumahku, kau bisa memakai baju kakakku. Ren jangan seperti itu apa kau tidak lihat dia butuh teh panas" ucapnya, astaga apa Wéyoul membuktikan keajaibannya padaku?
"Kalian saling mengenal?" tanya pak supir membuatku dan Anne menoleh
"Iya" ucapku singkat, dari tempat dudukku aku dapat melihat Anne tersenyum menunduk.

Setelah sampai didepan halte kami turun dengan payung, hanya ada dua payung dan Anne membantu pak supir untuk memakainya sedangkan Aku berjalan memperhatikan mereka yang terlihat seperti anak dan ayah, Anne berjalan sambil terus mengelus punggung pak supir yang sendari tadi batuk,
"Kau tahu, berjalan bersama kalian seperti berjalan dengan cucu-cucuku" ucapnya pelan, aku menyembunyikan senyumku
"Sulit mendapatkan cucu cantik sepertiku,tuan. Dan memangnya tuan mau memiliki cucu sepertinya?" tanya An melirik kebelakang, tapi aku pura-pura sibuk dengan kegiatan lain
"Dia lembut dan sangat memperhatikan sekitar, bukankah beruntung bisa mendapatkannya, atau mendapat perhatiannya" ucap pak supir membuatku menoleh pada mereka, dan pandanganku dan Anne bertemu, 'MATE!' teriak Vee dari dalam, aku menahan diriku untuk tidak berubah

"Ibu! Lyz!" panggilnya
"Iy--hey masuklah" ucap gadis yang masih terlihat muda itu panik mengajak pak supir dan aku masuk
"pakailah ini" wanita itu meminta ijin kepada pak supir untuk menyeka rambutnya
"astaga An, cepat bantu temanmu" ucap wanita yang ternyata seorang Kyuubi itu, aura disekitarnya berbeda dingin menyejukan, seperti bau akan turun hujan, pandanganku bertemu dengannya dan matanya berkilat biru saphire lalu tersenyum
Aku menyembunyikan wajah kagetku dan menyelap tubuhku yang basah dengan handuk kering yang diberikan wanita itu, aku topless, wajahku menatap perut rata Anne, dan aku merasakan irama itu lagi
"Apa masih lama?" tanyaku tiba-tiba menyadarkannya
"Ke-kemana pak supir ibu?" tanyanya mengalihkan perhatian
"Dia istirahat dikamar Lyzlart sebentar, Nak apa kau mau istirahat dikamar Annelea sebentar?" aku melihat kearahnya datar lalu bergantian menatap Anne dengan tatapan 'bolehkah?', Anne mengalihkan pandangannya
"Cepat Annelea" ucap wanita itu datar penuh makna
"Mari" ucapnya berjalan lebih dulu, pandanganku melihat sekeliling rumah ini sampai,
"Masuklah" ucapnya padaku, ia menyalakan lampu dan memperlihatkan ruangan berwarna putih dengan sprei biru laut, meja belajar di pojok kanan ruangan,meja nakas disamping tempat tidur, kipas angin,lemari usang yang tidak terlalu besar dan rak berwarna hijau tua dengan berisikan puluhan bahkan ratusan buku fiksi.
Aku berjalan ke rak tersebut dan menemukan buku yang sangat langka, berisikan cara makhluk immortal bertemu mate mereka, dan yang tertulis disini hanya fiksi mereka tidak nyata seperti adanya, mereka bilang bahwa mate hanya bercinta dan saling bertukar darah, tapi kami lebih dari itu.
"Warrior protect?" tanyaku
"Ah, iya buku itu bagus" ucapnya duduk disampingku yang duduk diranjangnya dengan punggung yang menempel tembok
"Bukankah buku ini bercerita tentang mate? Pasangan hingga akhir hayat?" dia mengangguk,
"Kau tahu bahwa mate selalu bertemu dengan cara yang bahkan dapat dibilang mustahil?" tanyaku lagi, aku tahu ia mentapku aneh saat ini, kemudian ia mengangguk
'Wéyoul memberikan keajaibannya padamu, cepat hirup aroma tubuhnya ditengkuk leher! errr' geram Veequien padaku, sial Wéyoul memberikanku karma.

***

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang