XXXXVI

17 1 0
                                    

Akhir-akhir ini R'vill berjaga sangat ketat, Aku seperti orang kesetanan mengejar rusa dan itu tanpa sepengetahuan Arrene. Pria itu sedang dibuat sibuk dengan Warniix Reudus yang dilanda oleh pemberontakan kaum vampire.
Vampire-vampire itu seperti haus darah dan kehilangan akal, karena menyerang Reudus dengan membabi buta, sayangnya kemampuan Arrene dapat menahan mereka agar tidak masuk kedalam Reudus lebih dalam.

"Kenyang" gumamku saat berhasil memakan separuh dari tubuh rusa itu.

Annelea.

Aku mulai melihat sekelilingnya untuk memastikan suara siapa itu, tapi tidak ada orang didalam hutan itu kecuali aku.

Annelea.

"Nampakkan dirimu! Bahkan aku tidak dapat melihatmu!" teriakku lalu muncul asap hitam kemerahan yang menjadi debu lalu menjadi sesosok pria dengan mata hitam kemerahan dan rambut hitam miliknya.
Aku mengeryitkan alisku.

"Kau siapa?" tanyaku ia hanya tersenyum, lalu tangannya menyentuh wajahku, membuat sebagian syaraf wajahku mati rasa, wajahku mulai berwarna keunguan dan uratnya mulai terlihat, nyawaku terasa akan terangkat dan pergi dari tubuhnya.
"Sudah mengenalkukan?" aku tahu. Hanya Demon yang dapat melakukannya aku yakin itu.

"K-kau Troye?" tanyaku tergugup, ia tersenyum.
"Ya, itu juga reaksi yang sama saat Diana bertemu denganku" ucapnya
"Ck. Pembunuh tidak tahu diri, kau tahu kau bahkan lebih menjijikan daripada kotoran babi sekalipun"
"Sifatmu sama seperti Dom. Wolf tidak tahu diri, bahkan aku dapat membunuh serigalamu hanya dengan menatapmu saja" dia rasa dirinya dewa?
"Bahkan dewa bukan tandingan untukku" Iblis memang tidak ada yang tahu diri,kan?
"Saat kematianmu datang nanti. aku lah yang ada disana menyaksikan kematianmu" ucapku membuatnya terkekeh mengerikan
"Bahkan ibumu mati karena sebuah kenikmatan Anne" ucapnya, baiklah ia yang memulai.
Aku berniat memukulnya tapi ia lebih cepat menamparku hingga jatuh ketanah.
"Keparat!" ucapku bangun dan mengeluarkan sayapku tapi ia lebih cepat lagi, sayap kehitamannya mengembang dan mengepak membuatku terhuyung menabrak pohon.
Aku menatapnya tajam lalu bangun dan berubah menjadi Ayton.

Perkelahian tak terelakan lagi, Troye mengeluarkan darah kehitaman, saat darah itu jatuh ketanah, tanah itu langsung berasap seperti terbakar.
"Kau bisa menandingi dewa? Bahkan dewa masih memberikanmu kelemahan. Bodoh" sindirku
"Kau menantangku? baiklah" ucapnya lalu berubah menjadi abadon. Ayton kalah telak saat ini, abadon sialan itu bahkan cepat dan terlalu sulit dikalahkan.
Ayton mengepak sayapnya dan kali ini bulu tajamnya ini berhasil mengenai perutnya, membuat darah kehitam itu muncul dan mengalir deras, Ayton menyeringai. Lalu kembali menjadi diriku.

"Kau tahu yang paling sulit didunia ini adalah memberitahukan kelemahanmu" ucapku membuat pergerakan seakan mencekiknya tanpa menyentuh.
Mata tajamnya mengarah kepadaku, seakan-akan akan membunuhku hanya dengan tatapan. Tapi percayalah itu tidak berefek sama sekali.
"Kurang ajar!" ia memutar diudara dan memukulku dengan sayapnya, mengeluarkan darah disebagian wajahku.
"Kau tahu, bahkan ajalmu ada didepan matamu!" ucapnya lalu mengepakan sayapnya lagi, membuatku terhempas ketanah. Tangannya bergerak mencekikku tapi aku lebih cepat menghindarinya.
Aku terbang kebahunya dan berniat mencabut kepalanya dari tubuhnya. Keringatku menetes tepat didahinya, dan membuat asap seperti terbakar keluar dari sana, ia berteriak kesakitan.
"KAU!!" pekiknya. Aku tahu kelemahannya, air suci.
Bahkan hanya dengan keringat saja ia gelinjangan seperti itu.

"Aku akan membuat nerakamu datang lebih cepat, Troye!" ucapku

Aku mengepakan sayapku membuatnya jatuh ketanah, matanya menatapku tajam, Ayton berteriak kesakitan didalam, sesuatu didalamku ikut kesakitan karenanya, ia hanya bisa menyakiti serigalaku tidak denganku.

"aku mohon jangan lakukan itu, troye!"
"kau harusnya menjadi milikku malaikat tidak tahu diri!"
"Ah.ah..Dom tolong aku, argh!"
"Lihat kau menikmatinya anne" ucap troye dengan wajah menyeringai.
'Annelea, ibu mencintaimu'  suara ibu terngiang dikepalaku, rasa sakit, kecewa, dosa...ia merasa menjadi malaikat paling buruk.
Matanya tak henti-hentinya mengalirkan cairan bening, dengan tidak tahu malu pria diatasnya menyeringai dan menciuminya.
Bahkan ia melakukan dosa dan membawa ibuku masuk kedalamnya?

Brengsek!!

Aku kembali sadar, dan menusuk perut Troye dengan Kuku serigalaku, Ayton kembali.
Troye berteriak, aku kembali menjadi manusia, dan tangisku, tangis ibuku tadi menetes dari pelupuk mataku saat aku menindih Troye dan hendak menghancurkan kepalanya, air mataku menetes didalam mulutnya. Membuatnya gila dan memaki tak henti, aku kembali meneteskan air mataku dilukanya tadi. Lalu mengambil sebilah pedang yang dibawa oleh Troye meneteskan air mataku diatasnya dan berdiri dihadapannya.

"Tempatmu dineraka. Dan ini untuk ibuku!" tepat saat pedang itu menancap didadanya dan buluku jatuh diatasnya seperti banyak pisau yang menancap ditubuhnya.
Sesuatu didalamku berteriak penuh kemenangan.
Troye tak bergerak sedikit pun, ia diam dan tidak memberikan respon. Hingga mayatnya terbakar dengan sendirinya dan berubah menjadi Butiran pasir kehitaman.

"Hah" aku merebahkan diriku diatas tanah yang penuh daun berguguran, aku tidak merasa lega sama sekali,.demon pasti akan menyerang kaum kami karena telah membunuh salah satu anggota terkuatnya.

"Memang mustahil ia mati begitu saja bukan?" tanya seseorang, Sáye makhluk ini tidak pernah mati
"Angel, kau belum membunuhnya. Hanya membuat rasa sakit saja" Jelas Sáye.
"Dia akan kembali dengan pasukan besar. Kau....tinggal menunggu saat saja" ucapnya dan terkikik lalu menghilang.

Jika ingin membunuhnya aku harus membuat senjataku sendiri, Setidaknya mungkin saat berkelahi lagi aku lebih yakin aku akan menang.
"Ihs" desisku saat merasakan dipergelangan tanganku, aku melihat ada bekas keunguan disana, seperti bekas cengkraman

"Apa ini?" tanyaku bingung
Entahlah, mungkin karena perkelahian tadi.

Aku berjalan pulang, sisa tenagaku telah habis. Hingga aku mendengar sesuatu berjalan kearahku
"Kau darimana saja?!!" bentak Arrene, aku tersenyum menatapnya lalu memeluknya dan menenggelamkan kepalaku dibahunya
"Maafkan aku, jangan hukum aku lagi ya malam ini" ucapku membuat Arrene mendengus kesal
"Kau tahu, aku gila karenamu" ucapnya mendekapku erat.
Ia mengendus kearahku, lalu menatap kearahku tajam.
"Kau bertemu dengan siapa dihutan?" tanyanya
"Rusa" jawabku, lebih baik aku sembunyikan ini. Biar aku membalaskan dendamku tanpa bantuan orang lain
"Kau berbohong padaku? Aku merasakan dendammu tadi. Dan kau dendam pada rusa? Usaha yang bagus, Annelea" ucapnya melepas pelukan kami. Lalu berjalan mendahuluiku, ia marah bahkan aku dapat merasakannya, sampai di R'vill ia mengemasi barangnya tanpa berbicara sepatah kata pun padaku.
"Ren"
"Arrene"
"Maaf" ia menoleh kearahku tajam lalu menatapku dengan matanya yang berkilat
"Bicara padaku, jika kau ingin menjelaskan tentang kejadian dihutan tadi. Dan introspeksi dirimu, apa arti mate untukmu? Jangan samakan mate sebagai sekedar hubungan tunangan atau suami istri" ucapnya lalu kembali kepekerjaannya.
Aku menarik tangannya, lalu menangis, hatiku sakit saat ia merasa kecewa dan tidak dianggap seperti ini.

Ia diam tidak mengusap kepalaku atau menghapus air mataku.
Ia benar-benar marah.
Aku melepaskan genggaman kami dan membiarkannya pergi menjauh.
Aku jatuh dilantai, menaruh kepalaku dilantai dengan meremas dadaku, aku sangat terikat dengannya.

***

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang