XXXXII

20 0 0
                                    

"Kalian sedang apa?" tanya Phoebos masuk bersama Vaena
"Mendiskusikan sesuatu" jawab Arylle sekenanya
"Ada sekelompok Hybrid diluar" jawab Phoebos
"Ih! Kitsune Pho" rajuk Vae dengan suara yang imut
'Lyz?' batinku, aku melangkah keluar untuk melihat siapa yang datang, dan benar saja itu Ibu,Lyz,Yre, Paman Gwen dan Bibi Cyn
"Ibu!" pekikku, ia membelalakan matanya kearahku, lalu memelukku erat, tiba-tiba wujudnya berubah menjadi seekor Kitsune berbulu putih, cantik. Tangan musangnya menangkup wajahku, matanya berkaca-kaca, astaga hatiku sakit, seperti sedang diikat dengan rantai yang dapat membuat tubuhku pecah berkeping-keping. Tiba-tiba hujan turun, irama derasnya terdengar sedih dan membuat perasaan terselimuti dengan rasa khawatir
"Ibu, maafkan aku" ucapku memeluknya
"Jangan, jangan buat aku khawatir lagi anakku" ucapnya
"Dia hanya khawatir padamu nak" paman Gwen mengelus rambutku pelan, lalu tersenyum. Sekejap ia juga berubah menjadi Kitsune berwarna hitam dengan corak kemerahan disekitar ekornya
"Maaf ibu, maafkan aku" berulang kali aku mengucap maaf
"Tak apa, ibu hanya terlalu khawatir" jawabnya mengusap air mata, seiring dengan hujan yang mulai reda, dan awan yang memperlihatkan bulan kembali

"Alyvanor Yúbeck" tegur seseorang dari dalam rumah, itu Arylle.
"Maaf kalau aku lancang masuk kewilayahmu, tapi ibuku harus tahu yang sesungguhnya Alpha" kali ini Lyz yang angkat bicara
"Masuklah, wilayahku punyamu juga" jawab Arylle, ia menatap beberapa serigala yang berada dibelakang keluargaku, salah satu dari mereka berubah menjadi manusia dengan jubah yang sewarna dengan bulunya yang menutupi tubuh manusianya sekarang
"Maafkan aku Alpha, kami akan tetap berjaga diluar" ucap lelaki dengan tubuh kekar, tidak seindah Arylle

"Ibu" sapa Arrene memeluk pinggangku
"Iya nak" jawab ibu, Arrene menyuruh kami masuk. "Lelaki tadi siapa?"
"Jyure Arylle, Dylan." kami masuk kedalam rumah, dan kami duduk di ruang tamu
"Kalian ingin minum sesuatu?" tanya Rhea dengan nada ramah
"Apa saja" jawab bibi Cyn
"Tunggulah" balas Rhea
"Ada sesuatu yang harus kami sampaikan" kali ini N'cel yang membuka suara
"Ada apa?" tanya Lyz
"Kami berpikir akan mengeluarkan serigala Annelea, malam ini" ibu menutup mulutnya tak percaya, disampingnya ada bibi Cyn yang setia mengelus punggungnya
"K-kau bersedia?" tanya ibu menatapku
"Jika aku berubah, dan itu bisa membantu menghabisi para demon. Maka aku akan melakukannya bu" jawabku
"Itu keputusan An. Arrene, lakukanlah nak" jawab paman Gwen. Tak lama Rhea datang dengan orange juice dan beberapa cookies
"Aku akan melakukannya jam 9.15 nanti, tepat saat bulan sejajar dengan posisi bulan baru" jawab Arrene
"Aku tidak akan menyakitimu" jawab Arrene
"Vae akan bantu" jawab Vae membuat kami menoleh kearahnya
"Vae akan bantu healing, tidak lebih tepatnya bius. Tunggulah sebentar"
"Bisa kau memanggil Iffin?" lanjut Vae, menatap Hrena. Ia menganguk dan menjentikan jarinya, yang menghasilkan irama harmonis.
Tiba-tiba pintu terbuka lebar, masuklah seekor Griffin, bulu sayapnya berwarna keemasan, ia memiringkan kepalanya pada Hrena

Hrena bangkit dari duduknya, begitu juga Vae. Mereka berbicara dengan bahasa yang sulit dimengerti, tiba-tiba Griffin itu membungkuk pada Hrena dan keluar dari pintu lalu terbang kelangit menuju barat, dengan kecepatan yang luar biasa.
"Tunggulah sampai Griffin kembali"
"Lyz bilang, Anne sudah bertemu demon. Benarkah?" N'cel menganguk
"Benar, Anne juga yang mengatasi mereka" jawab Arylle
"Lalu? Menurutmu ini memang disengaja oleh demon?" tanya paman
"Iya, Demon adalah makhluk yang tidak dapat menahan emosinya. Kita harus bisa mengalahkan mereka, kalau memang tujuan mereka adalah membunuh An" jawab Arylle
"Ini ada perang balas dendam?" tanya Arrene
"Bukan." jawab N'cel membuat kami mengeryitkan alis padanya
"Tapi perang karena iri dengki mereka" jawab N'cel, "iri, jauh lebih ambisius daripada dendam Paman Gwen" ucap N'cel pada paman Gwen
"Selama puluhan tahun terakhir ini aku belajar tentang keluarga Warniix, dan benar hanya perang Troheeix itu yang aneh" jelas N'cel
"Intinya Perang ini memang diprovokatori oleh Troye, karena rasa irinya pada Dominique. Demon tidak pernah ikut campur diluar hutan kyliis" jawab N'cel
"Apa Troye itu sudah mati?" tanyaku, kali ini Arrene mengeleng
"Sayangnya belum An" jawabnya

Wush.
Angin besar membuat pintu terbuka lebar, lalu masuk Griffin dengan dedaunan yang dibuat seperti kantong belanja
"Terimakasih" ucap Vae mengambilnya dari paruh Griffin. Tak lama Griffin terbang kembali kedalam hutan

"Sudah, aku buatkan biusnya sebentar" ucap Vae dan mulai berkutat dengan cairan bening berwarna biru, dedaunan dan Cairan berwarna ungu. Setelah itu ia memberikannya padaku,
"9.13 ayo Arrene" ucap Vae, memberikan gelas berisi ramuan tadi

"Aku tak akan mulai kalau bukan kau yang memintanya" Arrene mengelus surai rambutku perlahan
"Aku tak akan sekolah lagi setelah ini?" tanyaku melihat mata biru keperakan miliknya
"Kita sekolah lagi, tapi jika masalah ini sudah selesai." jawabnya
"Apa ini akan menyakitkan?" tanya Arrene, ia mendekatkan wajahnya kearahku lalu memejamkan matanya, hidung kami bersentuhan, bahkan wajahnya lebih tampan dari dekat
"Tak akan" jawabnya
Aku mengangukkan kepalaku lalu ia mencium bibirku pelan.
"minumlah" aku meminumnya, bahunya sangat amis, tapi aku tetap meminumnya, ingatkan aku untuk bertanya pada Vae, minuman ini campuran apa.

Tak lama mataku berat lalu, gelap dan aku tak dapat melihat apapun.

---

Ia tertidur dilenganku, semua orang terlihat tegang menatap kami.
"Tenanglah" ucapku mengangkat tubuhnya naik kekamarku yang ada disini, mereka mengikuti kami sampai memasuki kamar.
"Please, let them go. I know you can do that, for me. I love you ma one" ucapku lalu menyingkirkan rambutnya dan menempelkan bibirku kelehernya, lalu mulai mengigitnya, membiarkan racun serigalaku masuk, tak ada pergerakan dari tubuhnya. Setelah kurasa cukup, jam menunjukan pukul 9.15, awan terbuka dan cahaya bulan masuk kedalam kamarku, cahanyanya menerangi rambut Anne yang berwarna pirang sekarang.

"Apa ini akan bekerja?" suara Alyv memasuki pendengaranku, aku tersenyum lalu menoleh kearahnya
"Aku yakin akan berhasil, aku yakin Anne bisa. Maka ibu juga harus yakin" aku tahu Rhea dan Arylle tersenyum saat ini
"Aku yakin, kau bisa alphaku" aku mengelus rambutnya dan mencium seluruh bagian wajahnya

ARGH!!!!

kami menoleh kearah jendela kaca dikamarku, Suara itu keluar dari hutan, aku menoleh kearah Arylle
"Mereka lagi-lagi masuk kewilayahku" geram Arylle
"Cepat atau lambat ini yang kalian hadapi nak" paman gwen kali ini angkat bicara, dalam hitungan detik tubuhnya berubah menjadi kitsune berwarna hitam kemerahan
"Kami tidak akan membiarkan kalian mengahadapi ini sendirian" Jawab Ibu, menghadap kearah Rhea yang saat ini tersenyum kearahnya
"Rhea disampingmu bu" jawab Rhea, perasaanku diselimuti perasaan tenang disaat tegang seperti ini.

Inikah keluarga?

Aku menoleh kearah Annelea, kali ini aku melihat Anne mulai mengeluarkan air mata, Racunku bereaksi.
Mimpi buruknya datang. Serigalamu datang, Anby.

***

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang