XXX

115 4 0
                                    

Aku menutup halaman terakhir dari buku fiksi setebal 1350 halaman kepunyaan kakakku. Merebahkan badanku di kasur usang miliku sambil menatap langit-langit kamarku, memejamkan mataku dan membayangkan bagaimana asyiknya memiliki sayap dan ditakdirkan untuk memimpin sebuah kerajaan, sampai telingaku mendengar pintu kamarku yang berdecit dan derap kaki yang mendekat kearahku

Tumpuan badannya membuat kasur usangku terasa berat, aku membuka mataku dan menghadapkan badanku seluruhnya kepadanya
"bangunlah ibu sudah menyiapkan sarapan untukmu"
Ucapnya dengan mata hitam pekatnya mengarah kepadaku
"baiklah" ucapku bangkit dari tempat tidurku,berjalan mengikutinya hingga kedapur rumah kami, membantu meletakan makanan sederhananya di atas meja makan, meja bundar dengan tiga kursi mengelilinginya

"Apa aku harus memanggilnya?" tanyaku pelan pada ibuku
"iya,panggilah ia ada di hutan belakang, ia bilang akan menanam mawar disana" aku menganggukan kepalaku dan tersenyum pada ibu sebelum melangkahkan kaki ku kebelakang rumah

"Hust" sapaku
"Hust" untuk yang kedua kalinya
"Kak!" pekikku membuatnya terkekeh geli
"Ada apa An?"
"Ihss kau ini, aku dari tadi memanggilmu"
"tapi aku punya nama An"
"Kak, ibu memanggilmu untuk makan, ayo cepat" ia bangkit dari tempatnya berjongkok dan membersihkan tangannya diember, lalu masuk kedalam rumah kami, sebelumnya dia sudah mencuci tangannya dikamar mandi

"Omong-omong kau sudah akan lulus pendidikan tingkat akhir, kau ingin masuk ke academy dimana An?" tanya kak Lyz untuk kesekian kalinya
"Aku akan bekerja, dan masuk academy dengan menggunakan uangku nanti"
"pakailah tabungan ibu dan Lyz, An. Kau bisa mengantinya sambil kerja paruh waktu di toko roti Ny.Braun
"Tak---"
"Jangan lawan ibu, Annelea"
"Baiklah" ucapku menghela nafas, aku bisa melihat senyum tipis ibu dan Kak Lyz dari sini

Kami hanya tinggal berdua dipinggiran kota, rumah sederhana cukup untuk kami bertiga, kakak bekerja paruh waktu di sebuah cafe dijantung kota, sedangkan ibu seorang ibu rumah tangga. Kakak juga sekolah disalah satu academy dengan biayanya sendiri membuat ibu menjadi sedikit ringan bebannya

"An jangan melamun cepat cuci piringmu, hari ini ibu mau kekota untuk membeli beberapa bibit bunga, kau ingin ikut?" tanya kak Lyz dari westafel
"Aku ikut, aku akan bantu bawa barang bawaan"
"Kita bisa sekalian melihat brosur academy di kota nanti"
"Tentu ibu" ucapku menyeka tanganku dengan kain lap yang tergantung dipinggir westafel
"Segera bersiap"

Aku menuruni tangga diluar rumahku dan memakai sepatu putihku, ini sepatu terbaik yang aku punya
"Ck, usang sekali sepatumu, kakak belikan yang baru saat kita sampai dikota nanti" ucap Kak lyz membuat mataku berbinar
"Kak! Kau tidak sedang menggodaku,kan? Kau baik sekali" ucapku memeluknya
"Anggap hadiah atas kelulusanmu yang akan datang" ucapnya membuatku terkekeh, kami sedang berada diluar rumah memperhatikan beberapa mobil dan bus yang berlalu lalang membawa penumpang

"Ayo jalan" ucap ibu memasukan kunci rumah kami kedalam saku roknya yang panjang
"Sampai disana belilah juga beberapa obat untukmu bu" ucapku saat sedang menunggu bus di halte dekat rumah kami, halte ini memang sudah tidak layak pakai, tapi orang sekitar sini, sering memakainya dan menyumbang untuk membangunnya kembali
"Buat apa minum obat, ibu akan sembuh dengan sendirinya" ucap ibu santai
"Aku sedang tidak berleluncon bu" ucapku memanyunkan bibirku, lalu bus yang kami tunggu datang, kami menaikinya dan menikmati pemandangan selama perjalanan kami berlangsung.

"Terimakasih" ucapku mengambil kembalian uang kak Lyz yang ia pakai untuk membelikan sepatu baru untukku
"Terimakasih" ucapku berjalan dengannya dibelakang ibu
"Sama-sama" ucapnya
Ibu berhenti didepan kami membuatku dan Kak Lyz menabrak ibu dengan sangat kencang, tapi ibu tidak limbung dan malah mengambil sebuah brosur dari tangan seorang pria paruh baya
"Lihatlah ini An" ucapnya memberikanku lembaran kertas tadi
"Academy Afroxy, itu Academy yang menyediakan beasiswa bagi para murid berprestasi, dan jaraknya tidak cukup jauh" ucap ibu sambil menunjuk sebuah Gedung berwarna Cream dan Coklat yang cukup besar
"Iya daripada Academy Tqiarzive, terlalu jauh nantinya untukmu" ucap kak Lyz menunjuk bangunan Hijau dengan salur hijau tua membentuk benalu dipinggirnya, corak yang indah
"Entahlah, aku akan mempertimbangkannya lebih lanjut, tapi jika ibu mau, aku akan memilih Afroxy" ucapku membuat bibir tipis milik ibu terangkat
"Kalau begitu pikirkanlah" ucap ibu menepuk bahuku
"Ayo pulang hari sudah malam, aku akan memasak makanan yang enak untuk kalian" ucap kak lyz berjalan membawa banyak belajaan kepunyaan ibu, beruntung gadis yang mendapatkannya.

Aku merebah diatas tempat tidur saat kami sampai dirumah, sampai bau harum yang menyeruak dihidungku membuat tubuhku bangkit dengan sendirinya, berjalan kearah meja makan
"Astaga musang pencuri makanan ini, bagaimana ya cara membasminya" ucap kak lyz mendelik kearahku saat aku mengambil sepotong kaki ayam, aku tersenyum kearahnya membuatnya menggeleng kepalanya
"Ganti bajumu dan cepatlah kemari, ibu sudah lapar" ucap kak lyz mengibaskan tangannya untuk mengusirku, dengan lunglai aku masuk kekamar mandi dan keluar dengan piyama berwarna coklat
"Besok ibu harus kekota untuk membantu paman menjaga kebunnya selama dia dan keluarganya menghadiri acara di negeri sebrang" ucap ibu mengaduk makanannya
"Besok aku juga akan pulang sore karena harus ke toko roti Ny.Braun"
"Kakak juga harus ke cafe untuk bekerja, siapa diantara kita yang pulang paling cepat kira-kira?" aku mengadahkan tanganku padanya, "nanti berikan kuncinya padaku, taruh dimeja makan jika kau dan ibu berangkat lebih pagi" dia mengangguk dan melahap makananya kembali

"Selamat malam" ucap ibu kepada aku dan kakakku, langkah kakiku membawaku kekamarku, aku menyelimuti badanku dengan selimut tipisku hingga kedada,
"Selamat malam Dewa, Dewi" ucapku sebelum menutup mataku.

---

"Ibu, kenapa ibu bilang pada An untuk melanjutkan sekolahnya di Afroxy? Bukankah disana banyak makhluk campuran yang diasingkan" ibu tersenyum kearahku mengelus punggung tanganku
"Tenanglah Lyz, ibu hidup sudah lama, ibu tahu apa yang ibu lakukan. Percaya pada ibu, dan tetap jaga adikmu" ibu tersenyum seperti biasa senyum menenangkan yang membuat aku dan An lebih bisa berpikir jernih
"Lalu untuk apa ibu bertemu Paman Gwen?"
"Paman Gwen bilang, istrinya sudah melihat siapa yang nanti akan menemui Anne untuk pertama kali, jadi besok mereka akan menjelaskan pada ibu"
"Penyihir itu apa yang tidak bisa ia lihat, ck"
"Hust, kenapa berbicara lancang seperti itu, dia orang terbaik yang pernah ibu temui, setelah ini dia tidak akan ikut campur, karena tidak ingin Yre, ikut campur juga"
"Apa gadis pencemburu itu memang benar-benar... Padahal ia tahu aku bukan mate Anne"
"Matemu itu memang sering khawatir karena kau jauh darinya" ucap ibu memijat jemari tanganku
"Tapi sampai kapanpun bahkan sampai Anne tahu siapa dirinya, aku akan tetap menjaganya, tanpa atau dengan membawa Yrene" ucapku.
"Ibu bersama kalian" ucap ibu sebelum menyuruhku masuk kekamar dan tidur.

***

Experiment again..wkwkwk

Disini dewadewi ya bukan Tuhan, sama aja sih.
Kalau ada yang janggal again bisa comment.

VOMMENTS AS MUCH AS YOU LIKE IT

negeri sebrang = tempat yang jauh.

.ichco.

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang