Dedicated to rezresi
Nanda terbangun, memutar matanya ke seluruh ruangan, menyadarkan dirinya sendiri bahwa Dipta tak di sampingnya. Nanda melirik jam di atas nakas, sudah jam lima pagi.
Setelah mandi, Nanda menuju lemari di seberang ranjang tempat tidurnya, membukanya... Dan terperanjat. Sebuah kotak beludru warna merah terjatuh didekat kakinya. Nanda mengambil kotak itu dan menggenggamnya erat.
Ada sekelumit rasa, dan mengharapkan itu semua hanyalah mimpi ... Yang mengharapkan kesedihan dan kepedihan hidupnya adalah fana belaka.
Beberapa foto kini berserakan di atas meja dapur. Nanda menyesap susu panasnya. Tangan kanannya memegang selembar foto, foto yang diambil satu tahun yang lalu saat liburan pergantian tahun baru di Hong Kong. Hubungan dan komunikasi mereka selama ini baik-baik saja, kecuali orangtua Dipta yang tak begitu merestui hubungan mereka.
=====
Nanda berangkat pagi ini dengan sedikit tak bersemangat. Tapi dia selalu memperlihatkan sisi bahagianya setiap bertatap muka dengan orang-orang di Kantor.
''Nanda, kamu disuruh ke ruangan pak Yasta sekarang.''
''Ok. Makasih, Mel,'' jawab Nanda yang baru duduk beberapa menit di kursinya. Ini masih terlalu pagi.
Nanda masuk ke ruangan Yasta setelah diijinkan masuk oleh sekretarisnya. ''Permisi Pak,'' ucap Nanda tenang.
''Saya ingin rincian anggaran ini diperjelas,'' ucap Yasta tanpa basa-basi dan menyodorkan sebuah berkas di hadapan Nanda. ''Kamu boleh keluar sekarang.''
''Baik Pak,'' jawab Nanda mengangguk. Sebenarnya Nanda hanya wakil manager keuangan di divisinya, berhubung managernya sedang cuti melahirkan, maka tugas Nanda untuk menggantikan sementara.
Ponsel Nanda berdering menampilkan nomer yang tak dikenal, Nanda hanya melirik tak berniat mengangkatnya. Tapi ponselnya terus berdering membuat telinganya berdengung.
''Halo.'' terdengar suara di seberang menyapa.
''Ya Halo. Maaf ini dengan siapa ya?''
'' Aku ... Raven.''
''Miss Raven, ada yang bisa saya bantu?''
''Bisa kita ketemu siang ini.''
''Maaf, saya tak bisa.'' Nanda melirik berkas-berkas yang menumpuk, lagi pula dia tak mengenal seseorang yang bernama Raven.
''Kalau begitu pulang kerja. Ini tentang Dipta.''
''Bertemu dimana?'' Nanda termangu. Dipta?? Ada hubungan apa mereka.
''Aku tunggu di Ambrosia Cafe setelah jam kerja.''
Nanda menatap ponselnya dengan kening berkerut. Kemudian kembali larut dalam pekerjaannya.
=====
Suasana Cafe yang dipilih oleh Raven terlihat cozy dan nyaman. Mata Nanda menyusuri seluruh ruangan sebelum menemukan seseorang tengah melambaikan tangan ke arahnya.
Di meja itu duduk seorang perempuan, berbusana kasual, dengan secangkir cappucinno latte yang tersisa setengah ada di hadapannya.
''Hai, aku Raven.''
Nanda menatap menyelidik perempuan yang ada di depannya. Raven berkulit bersih dan seputih susu, rambutnya panjang kecokelatan memperlihatkan gelombang alami yang membuat parasnya terlihat seperti boneka, bibir tipisnya memerah. Bagi Nanda, Raven terlihat sangat cantik. Ada rasa cemburu yang tiba-tiba menghantam dadanya.