Di Bandara Soekarno Hatta, Raven kini duduk termenung seorang diri menunggu penerbangan ke Hong Kong. Buku sketsanya sudah penuh dengan desain baju dan perhiasan. Merasa pegal, Raven meluruskan kakinya dan meregangkan otot-ototnya. Tiba-tiba seseorang tersandung kakinya.
''I'm so sorry....'' ucap Raven meminta maaf karena kakinya sudah menghalangi jalan umum.
''Ra!!''
''Oma Wien!!''
Mereka berdua saling berpandangan.
''Lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?'' tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, yang dipanggil Oma Wien oleh Raven.
''Aku Baik-baik saja. Sayang Oma nggak bisa datang pas pernikahanku,'' ucap Raven sambil mengambil tasnya yang ada di kursi dan menaruhnya ke bawah, kemudian menarik Oma Wien untuk ikut duduk di sebelahnya.
''Maafkan kami sayang... Saat itu kami sedang ada di Aussie, kondisi Opa menurun.''
''Bagaimana kondisi Opa sekarang?''
''Kamu tau Ra, ketika dia sehat dia melupakan segalanya. Oma akan menyusulnya ke Macau dan menyeretnya pulang!''
Obrolan mereka terus berlanjut. Kebetulan yang menyenangkan karena ternyata mereka satu penerbangan dan tempat duduk yang juga bersebelahan.
Oma Wien mengenal Raven sejak bayi. Dulu... Ibunya Raven, Safitri Salim adalah salah satu dari sekian banyak anak yatim piatu yang diasuh di panti asuhan milik keluarga Wien Lumintu. Ibu panti yang tak ingin Fitri di adopsi, mengangkatnya menjadi asistennya.
Ketika anak salah satu donatur datang, seketika terpesona melihat kecantikan pribumi Safitri yang bermata besar dengan kulit sawo matang. Safitri yang lugu menurut saja ketika Alan Oi meminangnya. Semuanya sudah terlambat ketika rahasia Alan terbongkar. Ternyata Alan sudah punya istri dan anak di negara asalnya. Setelah Raven lahir, Alan hanya membawa Raven ke Hong Kong. Meninggalkan Safitri dalam kesedihan dan kesakitan.
''Oma. Bagaimana pendapat Oma tentang desainku ini?'' tanya Raven memperlihatkan salah satu gambarnya.
''Bagus sekali!! Terlihat anggun dan klasik.''
''Ini hadiah buat Oma... Nanti aku akan membuatnya.''
''Benarkah?? Oh terima kasih Ra sayang....'' Oma Wien tersenyum dan mengamati wajah cantik Raven. Jejak Ndari hanya ada pada bibirnya, selebihnya Raven lebih mirip ayahnya.
=====
Raven dan Oma Wien berpisah di bandara. Supir pribadi keluarga Oi sudah menjemput Raven. Kini, dia sudah duduk manis sambil memainkan game online di ponselnya. Mobil memasuki perumahan mewah Twelve Peaks di kawasan eksklusif Victoria's Peak, Hong Kong. Sebuah rumah dengan empat kamar tidur, kolam renang pribadi, taman, teras di atap, dan carport untuk dua mobil.
''Emkoi Suksuk,'' ucap Raven ketika turun dari mobil.
Pelan, Raven memasuki rumah yang selama ini di tinggalinya. Sampai satu tahun yang lalu ketika mengetahui fakta tentang ibunya, Raven memutuskan untuk tinggal dan menetap di Indonesia.
''Yao mou yan a!!''
''Haahh!! Siu ce... Lei fan okgei a. Ngo kwaju lei a.'' seseorang menyambut Raven histeris dan meletakkan vacum cleaner kemudian memeluk Raven erat.
''Hana! Lei kem tae seng... Pingko lai a??'' satu lagi wanita lanjut usia muncul dari balik pintu. ''A mui....'' sambutnya bahagia ketika melihat Raven.