Nanda mencoba menjernihkan pikirannya. Sejenak dia ingin menggerebek masuk. Masalahnya dengan Dipta belum selesai. Dia masih marah, tapi entah kenapa kakinya melangkah membawanya menuju apartemen Dipta. Kejutan buat Nanda yang melihat Raven juga masuk kesana.
Nanda membalikan badan ketika Raven membuka pintu. Dengan tertatih menuju pintu lift di ujung lorong, tangannya sesekali memegang dinding yang bisa membantunya untuk tetap tegak berjalan.
''Nanda!!!'' panggil Dipta keras. Nanda terdiam, wajahnya merah padam, napasnya tersengal karena emosi dan air mata.
Lift berhenti di lantai 25. ''It's over Dipta,'' ucap Nanda tanpa melihat ke arah Dipta.
Baru melangkahkan kaki kanannya, tangan Nanda tersentak oleh tarikan tangan Dipta. Tubuhnya menabrak Dipta seketika. Pintu lift ditutup lagi oleh Dipta, matanya tajam menatap manik mata Nanda. Kedua lengan kokoh Dipta mengurung Nanda, Dipta menghirup napas panjang menahan geram, rahangnya sudah mengeras sejak tadi.
''Sudah berakhir Dipta!!'' Nanda menatap Dipta tajam, mereka berpandangan tak berkedip untuk beberapa saat. Nanda menghapus air mata di pipinya dengan kasar.
Saat itu juga bibir Dipta membungkam bibir Nanda, mengecap tiap sudut bibir Nanda dengan kasar. Tangan kirinya menahan tengkuk Nanda, sedangkan tangan kanannya yang bebas menarik dagu Nanda. Ciuman Dipta akhirnya berhenti, dia berteriak keras, tangannya memukul dinding lift tepat di samping kepala Nanda. Napasnya memburu dan egonya terluka.
Sementara Raven memandang mereka tak berkedip. Dia baru saja melihat Dipta mencium Nanda di depan matanya. Cemburu menguasainya, otaknya mulai berpikir keras, menyusun rencana baru.
=====
Kaydan membuka jasnya yang berwarna abu-abu tua lalu meletakkannya di kursi sebelahnya yang kosong, kemeja lengan panjang putihnya dia gulung ke atas hingga sebatas siku.
Raven menumpangkan tangannya ke dagunya, matanya menyipit lurus ke arah kaydan.
''Jinmeng. Tanda tangani disini,'' ucap Kaydan sambil mendorong map kuning kehadapan Raven.
''Em yiu. Sebelum aku tanda tangan sertifikat nikah.'' Raven menjawab tanpa mengalihkan matanya.
''Lei em son ngo?''
''Tentu saja aku percaya padamu,'' kata Raven menegaskan. Dia tak mau ribet berurusan dengan Kaydan. Diraihnya map kuning tersebut dan segera menandatangani perjanjian mereka.
=====
Dipta memakirkan mobilnya di depan bangunan rumah berkonsep hunian modern dikombinasikan dengan arsitektur rumah khas jawa.
Ada pendopo kecil yang terbuat dari bambu, tempat favoritnya dulu berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Sebelah kanan pendopo dibuat taman dengan air terjun mini dan kolam ikan sebagai muaranya. Beberapa tanaman tropis disebar disekitar taman dan berbagai jenis tanaman suplir terlihat di sela batuan tebing.
''Itu mobil siapa, pak Ruslan?'' tanya Dipta begitu melihat ada mobil asing yang terparkir di garasi.
''Maaf. Saya kurang tau itu Den .... '' jawab pak Ruslan, salah satu satpam di kediaman keluarga Suryadipta Prasaja.
Dipta bergegas masuk ke rumah dan menuju ruang tamu. ''Mama ....'' panggil Dipta.
Saat Dipta hendak memeluk mamanya, pandangan matanya bertemu dengan ... Raven. Mereka berdua hanya saling menatap.
''Kenapa kamu disini!!'' bentak Dipta.
''Mama yang menyuruh Raven datang,'' kata Fatmawati Prasaja tenang.
