Tujuh Belas

916 31 52
                                    

Me, without telling you
You, without feeling me
The both of us tried it
Is it ending, while it is beginning?
~Son Bir Kez By. Keremcem~

Dipta berbaring tengkurap, wajahnya menyamping, menempelkan pipi pada bantal empuk yang jadi penyangga kepalanya. Memperlihatkan punggung telanjangnya yang meski berotot tapi nampak rapuh. Sorot matanya nampak kosong, dan lingkaran hitam terlihat jelas di bawah matanya.

Fatmawati membuka pintu kamar Dipta, melongokkan kepalanya ragu-ragu. ''Dip, boleh Mama masuk?''

''Masuk aja, Ma.''

Fatmawati memasuki kamar putranya dan duduk di samping ranjang. ''Kamu baik-baik aja kan, Dip?''

''Ya, Ma.'' Dipta berbalik, dan mengangkat punggung untuk bersandar pada kepala ranjang. Kepalanya terasa berdenyut.

''Semalam Raven ke rumah Mama.''

Dipta tersenyum, pandangannya menerawang, seraut wajah terbayang di pelupuk matanya. ''Raven,'' gumamnya.

Fatmawati ikut tersenyum. ''Iya. Mama harap kalian jangan sampai berpisah ya?''

Dipta berpaling menatap ibunya.

Fatmawati mengangguk, kemudian berdiri. ''Mulailah dari awal ya? Yuk bangun. Mama buatin kopi buat kamu,'' bujuk Fatmawati, kemudian dia keluar dari kamar Dipta. Dalam setiap langkahnya dia berharap semoga Dipta bisa mempertahankan pernikahannya.

Dipta bangun meraih kaus putih dari lemari, lalu mengenakannya. Tak berapa lama kemudian, dia sudah menyusul ibunya duduk di ruang makan sambil menikmati secangkir kopi.

''Maaf Nyonya, mas Dipta. Tadi Cici datang, ini ada titipan,'' ucap Mira sambil menyerahkan amplop cokelat pada Dipta.

''Raven datang? Mana dia?'' Fatmawati hendak bangkit dari duduknya.

''Sudah pergi, Nyonya. Katanya buru-buru. Saya permisi.''

''Makasih, Mira,'' ucap Dipta.

Mira mengangguk dan berlalu menuju dapur. Dipta merobek ujung amplop yang kini dia genggam, dan mengeluarkan semua isi yang ada di dalamnya.

Dipta mencoba mencerna lagi kata demi kata. Salah bacakah dia? Dipta mondar-mandir di depan Fatmawati. Pikirannya mendadak buntu, dahinya berkerut, matanya menyorot penuh tanya. Dibacanya sekali lagi surat tersebut, dan artinya masih sama, Raven setuju berpisah dengannya.

                                        =====¤¤=====

Dipta mencoba menghubungi Raven lagi. Masih tak aktif. Cepat-cepat dia menekan nomor ponsel Kaydan. Diketuk-ketukannya jarinya di meja, tak sabar menunggu ada yang mengangkat.

''Dan. Bisa bicara sama Raven?'' Dipta bertanya dengan tenang.

''Raven nggak pamit padamu? Dia akan pulang.''

''Pulang?'' Dipta bertanya heran.

''Hong Kong.''

''Jam berapa penerbangannya?'' Dipta mencoba keras mengatur nada suaranya agar terdengar seperti biasanya.

''Jam sepuluh. GA 860.''

Symphony Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang