Warning : TYPOS
O ya... ngomong-ngomong bagi yang lagi nyari bacaan aksi-romantis boleh mampir ke cerita saya yang berjudul The Fighter.
Happy reading SEE YOU AGAIN!
############################
Still PAUL's POV
"Yah.."Seketika aku bingung mendengar suara lelahnya.
"Hei, ada apa, Swetty?""Aku mendapatkan beasiswanya!"
Eeeh? Ugh, aku kena lagi. Setelah Zac, aku kena lagi yang ini... Sialan...
"Aku sudah dijamin masuk ke Sekolah Film itu!"
Aku tersenyum mendengar nada bahagianya. Kubawa diriku menjauh dari gerombolan kru dan melanjutkan menelepon karena Dwyne masih menghafal skripnya hingga akhir adegan.
"Bagus sekali." Aku berkomentar. "Tapi, Nak.."
"Ya?"
"Bagaimana kalau ada yang lebih membutuhkan--"
"Jangan khawatir!"
Aku mendengus lega tau dia sudah memikirkan kemungkinan ini. Meadow mengerti dengan posisinya kalau dia jangan menerima sepeserpun dari uang beasiswa collagenya.
"Jadi, apa yang sudah kau lakukan?"tanyaku menyantai.
"Aku sudah meminta mereka untuk menyediakan satu tambahan kuota lagi. Ya...tapi tetap yang akan mereka biayayi hanya kuota tambahan itu. Tidak denganku. Aku hanya ingin tiket masuknya saja. New York Filming Collage, Yah! Siapa yang tidak mau??"
Aku terkekeh mendengar penjelasannya. Oh, ya...sebenarnya aku agak aneh ketika Meadow terdengar begitu antusias dengan kabar ini dan kenapa anak seorang aktor berusaha mendapatkan tiket masuk ke sebuah sekolah film???
"Kau tau, aku agak aneh akan dua hal.." Kumulai saja pembuka keherenan itu.
"Apa saja?"
"Kenapa anak seorang aktor butuh sekolah film? Dan dari nadamu, seperti belum ada satupun orang yang tau kabar ini.."
Namun seakan perkataanku tadi berhasil membuat Meadow membuka diri, di seberang sana nadanya berubah merendah.
"Pertama, aku ingin menjadi kru dan pemain film, makanya aku berusaha di jalur ini. Kedua, ya memang ayah orang pertama yang kuberitahu."
Oh oh...tunggu... Aku orang pertama?
"Ibu sedang sibuk tiga hari belakangan ini. Hari ini saja dia masih di kantor dan hanya mengantarkanku ke sekolah tadi pagi."
Kelanjutan ucapan Meadow membuatku bingung.
"Kantor?""Ingat Buckenheimer Film? Yang dulu memproduksi Pleasant Ville?"
Aku mengangguk, "Ya.."
"Ibu kembali bekerja disana. Katanya untuk alasan dirimu."
Aku? Kenapa aku? Kebutuhannya belum tercukupi olehku kah?
Dan seakan bisa membaca kebingunganku, Meadow melanjutkan lagi.
"Entah apa yang ibu maksud sebenarnya di balik perilakunya itu. Tapi aku rasa, ada sesuatu yang salah diantara kalian."Aku semakin tidak bisa berkata-kata. Ada yang salah? Apa?
"Dah, Yah. Aku mau tidur dulu. Sampai ketemu saat kau pulang."
"Ya, sayang.."
Klk. Sambungan ditutup. Akhirnya aku berusaha bersikap profesional dengan semua ini. Aku sedang bekerja sekarang. Tunda dulu meminta kejelasan kepada Becca... Ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
SEE YOU AGAIN [Fanfiction] ✔
FanfictionIni adalah karya fiksi penggemar. Nantinya akan berbentuk sebuah cerita profesi. Dalam cerita ini, aku akan nencoba merepresentasikan Paul Walker untuk kalian, pembaca, dan khususnya penggemar mendiang. Penulis, Alin Ifa NB: CERITA INI DIREMAKE DAL...