PART 18

109K 2.7K 21
                                    

Una POV

3 hari semenjak kepulangan kami dari bali, komunikasiku dan David tidak baik. Ya, kami hanya sekali berkirim pesan. Aku merasakan perubahan derastis darinya.

Jam menunjukan pukul 1 siang, aku baru saja selesai kelas. Aku melihat seseorang dikoridor yang asik memainkan laptopnya. Sam! Mungkin dia tau dimana David.

"Sam lo liat David?" tanyaku dan segera duduk disampingnya

"Nggak tau gue, coba tanya juan atau herrera" jawabnya jutek

"Oke thanks!" aku kesal dan segera meninggalkannya

Aku mencari keberadaan dimana Juan. Biasanya dia selalu diperpustakaan denga tata. Tata yang selesai kelas tadipun langsung pergi tanpa mengucap tata untukku. Pandanganku tertuju pada seseorang yang sedang bermain bola dilapangan. Aku menghampirinya dan duduk di bangku penonton dekat dengan bangku pemain.

"Gooaall" para penonton berteriak ketika Herrera berhasil membobol gawang lawan. Menit demi menit berlalu. Dia digantikan oleh pemain yang lain. Aku segera menghampirinya.

"Herrera gue mau ngmong sama lo" aku berdiri disampingnya, tapi dia hanya diam

"Woohoo, lo keren man buat hatrick gilaa!" ucap salah satu temannya

"Yoi, gue gitu. Gaada yang bisa ngalahin. Haha" jawabnya sedikit sombong

"Heerrr??"

"Herreraa?"

"Wooy lo budek?" tanyaku berkali-kali tapi dia hanya diam mengacuhkanku

"Duluan ya bro? Gue ada urusan" pamitnya ke teman-temannya dan segera menarik kencang tanganku menjauh keluar lapangan.

"Herr lepasin nyet sakit!" teriakku sekuat tenaga aku ingin melepaskan tangannya tapi tidak bisa dan hanya menjadi tontonan mahasiswa/i di koridor.

"Masukk" ucapnya membuka pintu mobil sportnya, aku segera masuk

"Lo mau ngmong apa?" tanyanya yang kini duduk disebelahku

"Oh jadi harus begini ya kalo ngmong sama lo?"

"Lo mau tanya apa?" ucapnya sedikit membentak

"Dimana Herrera?"

"Jadi lo cuma mau nanya itu? Turun!"

"Whaatt tai loo, gue udah digeret-geret sampai tangan gu sakit gini dan cuma itu jawaban lo?" oke dia sinting!

"TURUN!" dia membentakku dan segera ku turun dari mobilnya "sialannn!"

Apa yang harus aku lakukan sekarang? David? Dimana kamu sayang? Tak terasa air mataku lolos dengan sendirinya. Segera ku telpon Rachel untuk menjemputku. Dan tak lama kemudian, dia datang dan aku segera memasuki mobil.

Aku segera menuji kamarku dan menghiraukan teriakan Rahel dan Rachel. Aku menangis sejadi-jadinya dikamar. Aku sangat merindukan david. Kemana dia?

*************

Malam hari tiba. Aku memutuskan untuk keluar rumah menuju taman, mencari angin segar agar aku dapat sedikit berfikir positif tentang David. Yaa, sampai saat ini, dia belum menghubungiku.

"Mau kemana?" tanya Rachel

"Emm, mau ke taman" aku melihat rachel, dia berpakaian sangat rapih "lo sendiri mau kemana?"

"Gue mau ke bandung sama Rahel, dia kangen nyokap. Mungkin pulang besok siang" aku mengangguk mengerti

"Yaudah yuk bang langsung berangkat, udah jam 7 keburu kemaleman" ajak Rahel yang datang dari belakangku "duluan yaa naa, jangan galau lagi. Apa lo mau ikut kita aaja?" ajaknya

"Gabisa gue sama besok harus bikin tugas 2hari lagi deadline"

"Em gitu, yaudah kita duluan ya" ucapnya sambil bercipika-cipiki denganku

"Berangkat dulu ya, jangan galau-galau lagi" ucap rachel sambil mengecup dahiku, aku mengangguk dan mengantar mereka sampai ke depan pintu.

"Hati-hati dijalan yaaa"

"Iyaa bye naa" ucap rahel dengan mobil ferrarinya yang berlalu

Aku berjalan menuju taman diujung kompleks. Sesampainya ditaman, aku duduk di bangku sebelah lampu. Aku melihat langit dan kemudian memejamkan mataku. Aku merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku. Tiba-tiba bayangan david melintas disana. Aku membuka mataku segera dan merasakan sesak kembali di dadaku. Air mataku kembali menetes. Aku memejamkan mataku kembali dan berharap semoga semuanya baik-baik saja.

Brruugg

Aku membuka mataku ketika mendengar seperti suara orang berkelahi. Aku mencari asal suara tersebut. Mataku membulat ketika melihat seorang pria sedang dipukuli oleh 3 orang. Aku mendekat dan melihat si pria yang sendiri itu teebujur lemas di aspal. Aku mendekati pria itu aku melihat banyak lebam di mukanya. Aku mendekat dan mengenali wajah pria ini "H-erreraa?"

"Aawww uuhhhw" rintihnya sambil memegangi perut. Aku menangkup sedikit lembut pipinya.

"Kita kerumah sakit ya?" ucapku panik

"Eng-gak mm-au"

"Yaudah kerumah gue sekarang gaada penolakan!" aku membantunya berdiri dan memasuki mobil sportnya. Aku melaju kerumahku yang memang dekat dengan taman.

Sesampainya didepan pintu, aku membantunya turun dan merangkulnya membantunya berjalan memasuki rumahku dan menaiki tangga menuju kamarku. Aku menidurkannya di kasur queen size milikku. Kulihat matanya masih terpejam dan kesakitan.

Aku segera menuju dapur mengambil baskom yang berisi air dingin yang kuisi dengan es batu dan mengambil kotak p3k.

Aku mengusap pelan lukanya dengan menggunakan handuk kecil.

"Aaaw, pelan-pelan bego!" rengeknya

"Elo bukannya makasih udah di tolong malah ngata-ngatain orang!" aku menghentikan aktivitasku

"Yaudah maaf. Gue diem" jawabnya sambil menattapku

Aku membersihkan darah yang ada di dahinya kemudian menempelkan plester di lukanya. Dia menatapku tajam.

"Lo jangan jauh-jauh dong jaraknya susah gue ngobatinnya. Sini kepala lo" aku menepuk pahaku agar dia mau merebahkan kepalanya agar aku bisa gampang mengobatinya.

"Ehh? Gapapa ni?" aku mengangguk dan dia menidurkan kepalanya di pahaku.

Aku mengobatinya, dia masih terus meringis menahan sakit. Tanganku turun dibibir merah yang sedikit tebal bagian bawah miliknya. 'Mungkin dia pencium yang hebat' batinku.

Aku mengusap bibirnya pelan, dia tidak menolakku. Dia memejamkan matanya.

"Dasar mesum!" lirihku. Matanya langsung melotot.

"Lo yang ngegoda gue!" ucapnya ga mau kalah

Aku menjulurkan lidahku dan tertawa pelan.

"Jangan melet-melet! Mau ngajak main lidah? Ayok!" aku membulatkan mataku dan dia tertawa menang.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang