24

10.5K 530 2
                                    


Begitu melihat Alexa ketiganya langsung menatap Alexa dengan tatapan yang berbeda.
Ayahnya menatap Alexa dengan tatapan marah. Ibu tirinya melihat Alexa dengan tatapan khawatir. Sedangkan Dega menanyakan 'dari mana aja lo?' dengan matanya.

Sinta, ibu tirinya langsung berlari dan memeluk Alexa.

"Kamu kemana aja sih sayang? Kita semua khawatir." ucap Sinta terisak dan mengeratkan pelukannya.

Alexa tersenyum kecil melihat masih ada anggota keluarganya yang khawatir padanya. Padahal biasanya ayah dan ibu tiri Alexa sibuk bekerja sampai tidak mempedulikan Alexa pulang atau tidak. Tapi sekarang. Orang yang biasanya Alexa benci justru memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Perlahan tangan Alexa terangkat dan membalas pelukan Sinta, ibu tirinya.

Albert yang berada di samping Alexa, tersenyum bahagia melihat kekasih hatinya akhirnya dapat menerima kehadiran Sinta.

Dega pun mendekat dan menunggu gilirannya tiba untuk memeluk Adiknya.

Ayahnya perlahan maju dengan tatapan marah.

"ALEXA!" Bentakan Arga, ayah Alexa, membuat pelukannya dengan Sinta terlepas.

"KAMU...-"

"maaf om. Saya yang ngajak Alexa ke rumah saya padahal belum ijin sama om. Sekali lagi saya minta maaf." Albert memotong pembicaraan Arga lalu menunduk meminta maaf.

"Kamu tau kalau itu salah?!" kata Arga pelan namun penuh ketegasan.

"Anak saya itu perempuan. Kamu sadar itu? Banyak bahaya yang mengintai. Bahkan kamu bisa menjadi ancaman untuk anak saya!!!"

"Saya tau om. Saya minta maaf."

"Pa...-" baru saja Alexa ingin melerai, Arga kembali berbicara.

"Kamu mengajak seorang gadis seperti Alexa ke rumah kamu yang jelas seorang pria?! Bagaimana jika nanti saat Alexa pulang dia bukan lagi seorang gadis?!" ucapan Arga membuat Alexa, Sinta, dan Dega kaget. Teganya Arga berkata begitu. Lagipula baru sekali ini Alexa pulang selarut ini.

"Saya benar - benar minta maaf om. Om boleh melakukan apapun pada saya tapi jangan jauhkan saya dengan Alexa. Saya mohon. Saya sangat mencintai Alexa." Mendengar itu, hati Arga tersentuh dan matanya yang menunjukan kemarahan mulai mereda.

"Baiklah, kali ini saya maafkan. Tapi jika ini terjadi lagi, saya tidak menjamin kamu masih bisa bersama Alexa."

"Terimakasih, Om."

"Lebih baik sekarang kamu pulang, sudah malam."

"Baik, saya permisi om." Setelah berpamitan dengan ayah, ibu, kakak dan tentunya Alexa sendiri, Albert melajukan motornya meninggalkan rumah Alexa.

-----

Pukul 11.20 malam. Alexa keluar dari kamarnya. Awalnya berniat untuk mengambil minum di dapur. Namun setelah melihat Sinta sedang menonton TV, Ia jadi mengurungkan niatnya untuk mengambil minum lalu mendekati Sinta.

Mungkin ini saatnya.

Ucap Alexa dalam hati seraya menuruni tangga.

"Ehm.." Alexa berdehem, membuat Sinta menoleh.

"Loh Alexa, kamu belum tidur?" Alexa hanya menggeleng. Perlahan Alexa duduk di samping Sinta. Sinta sempat kaget mengingat Alexa tidak pernah mau duduk di sampingnya apalagi dengan jarak sedekat ini, namun Ia kembali tenang.

"Ada apa, Alexa?" Alexa menunduk dalam - dalam. Ia meremas ujung baju piyamanya.

"Aku.. mmh.."

"Kenapa?" Kini Sinta mengubah posisi duduknya menghadap Alexa yang justru membuat Alexa semakin gugup.

"Maaf."

Sinta menaikkan satu alisnya.

"Untuk?"

"Semuanya. Karena aku udah nyuekin tante selama ini, karena aku lari setiap tante ngedeket, karena aku nggak suka waktu tante nikah sama papa, karena aku nggak suka tante ngambil posisi mamaku yang dulu, dan karena... karena aku benci sama tante."

Sinta tersenyum lalu mengelus kepala Alexa yang masih menunduk itu. Ternyata air mata Alexa sudah jatuh.

"Nggak papa. Tante tau kamu pasti nggak rela kalau mama kamu digantikan sama tante. Tapi tante yakin, suatu saat kamu pasti bisa nerima itu, tante yakin seyakin - yakinnya kalau kamu akan nerima tante suatu saat nanti."

Alexa langsung memeluk Sinta erat. Sangat rindu sosok ibu yang memperhatikannya. Selama ini sosok ibu yang Alexa inginkan untuk menggantikan mamanya sudah ada di depannya, hanya saja Alexa tidak menyadarinya dan justru membencinya.

"Ma-maaf. Maafin a-aku, tante." Alexa benar - benar terisak di pelukan Sinta sekarang.

"Ssh... jangan nangis. Alexa kuat kan? Gaboleh nangis ah..." Sinta mengusap punggung Alexa yang bergetar hebat.

Setelah pelukan mereka terlepas, Alexa menghapus air matanya dan menatap manik mata Sinta lalu kembali menunduk.

"Jadi kita udah baikan kan... Ma?" Sinta kaget dengan panggilan itu namun Ia kembali normal lalu tersenyum lebar.

"Iya"

Akhirnya, malam itu Alexa bisa merasakan kembali sosok ibu yang Ia idamkan. Alexa berjanji pada dirinya sendiri, Ia tidak akan pernah membenci Sinta lagi.

______---------------------______

To the point jaa...
Jangan lupa VOTE and COMMENT yaa... ^_^

Cool Girl  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang