28

11.3K 500 4
                                    


Pukul 5 pagi di sebuah rumah sakit adalah pemandangan yang cukup menyeramkan menurut Alexa. Koridor yang sepi dengan keadaan mencekam, suara mesin Electrocardiography yang nyaring, dan berbagai keadaan lainnya.

Selama semalam, mereka berenam memutuskan untuk menunggui Zee.

Semalam orang tua Zee datang, tetapi karena rasa bersalahnya, Alexa dan Albert meminta persetujuan orang tua Zee agar mereka berenam yang bertugas menjaga Zee.

Kini Alexa tidur di sofa dengan kepalanya yang tertopang di bahu Albert. Tangan kirinya dengan jari jari tangan kanan Albert saling mengait.

Semalam, Alexa menangis di pelukan Albert. Ia merasa sangat bersalah. Seharusnya Ia yang tertembak dan tidur di ranjang rumah sakit saat ini, bukannya Zee. Alexa terus menangis sampai Ia sendiri lelah dan akhirnya tertidur di dekapan Albert.

Vicky, Elco, dan Kian tertidur di sofa yang berada di sisi lain ruangan itu.

Andra?

Ia menelungkupkan kepalanya ke dalam lekukan tangannya yang berada di sisi ranjang Zee. Sepertinya dia sudah benar - benar tertarik dengan Zee. Awalnya Ia memang hanya melihat Zee sebagai seorang gadis biasa. Tapi lama kelamaan Ia merasakan ada yang berbeda dengan dirinya sendiri saat berada di dekat Zee. Ia benar benar melihat Zee sebagai seorang 'gadis' sekarang.

Alexa membuka matanya perlahan. Cahaya matahari dari jendela kamar rawat Zee menusuk mata Alexa. Entah sejak kapan gorden di ruangan itu terbuka lebar.

Alexa menegakkan badannya. Ia memijat lehernya yang terasa pegal karena tertidur semalaman dengan posisi kepala miring.

"Mmh..., Lex? udah bangun" tanya Albert yang sedang mengucek matanya.

Alexa hanya mengangguk mendengar pertanyaan Albert. Mendadak Alexa menunduk, matanya sayu. Albert tau bahwa gadis yang dicintainya itu sedang memikirkan itu lagi.

Albert menarik dagu Alexa dengan tangan kirinya sehingga Ia dapat menatap mata Alexa, lalu menaruh tangan kirinya itu di pipi Alexa. Mata Alexa tidak seperti biasanya. Benar benar sayu dan... bengkak.

Hati Albert mencelos begitu melihat gadis itu begitu rapuh sekarang.

Perlahan tangan kanan Albert mengusap mata kanan Alexa yang bengkak kemudian tersenyum tipis.

"Udahlah. Bukan salah kamu. Salah Ciping." Alexa justru menitikkan air mata begitu mendengar suara Albert tadi. Melihat itu Albert langsung menarik Alexa ke dekapannya. Mengelus punggung gadis itu yang bergetar hebat.

"A-aku... aku..."

"Ssh... nggak usah ngomong lagi kalo itu cuma bikin kamu makin nangis."

"Maaf." Lirih Alexa pelan.

"Ehm.." tiba tiba ada suara cempreng yang berdehem membuat pelukan Albert dan Alexa terlepas. Sepasang kekasih itu berusaha mencari asal suara dan...

"ZEE! LO SADAR!!!" teriak Alexa begitu melihat Zee yang menatapnya dengan tatapan 'kalian ngapain?'.

Alexa langsung memencet bel yang berada di samping ranjang Zee untuk memanggil dokter.

Albert masih tidak bergeming. Duduk di tempatnya awal, sambil menatap malas adegan 'Alexa memeluk Zee khawatir'.

Ya. Alexa memeluk Zee. Mustahil bukan. Seperti mimpi. Bahkan dulu Alexa tidak ingin melihat tampang Zee. Tapi sekarang Ia memeluk Zee. MEMELUK Zee!!!

Tiba tiba dokter masuk untuk memeriksa keadaan Zee. Alexa mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang bagi dokter untuk memeriksa Zee.

"Gimana keadaan temen saya dok?"

Teman?! Oh... sepertinya keajaiban Tuhan bisa datang kapan saja dan itu baru saja terjadi pada Alexa.

"Teman kamu baik baik saja. Hanya butuh istirahat yang cukup agar kesehatannya kembali pulih. Dan, tolong jangan lupa mengingatkan teman kamu untuk minum obat yang saya berikan. Kalau begitu saya permisi, semoga teman kamu cepat pulih."
"Baik. Terimakasih dok." ucap Alexa ramah lalu kembali berjalan dan berdiri di sisi ranjang Zee.

Andra?! Hahaha... Andra sudah melonjak menjauhi ranjang Zee saat Alexa meneriaki nama Zee. Kini Andra duduk di samping Albert.

"Lo kesambet, Lex? Bukanya dari awal lo nggak suka gue ya?" tanya Zee.

Alexa hanya tersenyum kecut, lalu menundukkan kepalanya dalam - dalam.

"Maaf. Semuanya gara gara gue." suara Alexa terdengar bergetar.

"Iya semuanya gara gara lo!" Albert sempat menatap Zee tajam, namun Ia kembali datar.

Senyum jahil di mulut Zee mengembang. Ia memikirkan cara untuk mengerjai teman barunya itu dan Ia sudah menemukan caranya.

"Gue minta pertanggung jawaban." ucap Zee sok angkuh. Diam - diam, Ia menahan tawanya.

"Apapun." jawa Alexa singkat masih menunduk dalam.

"Lo jauhin Albert dan dia buat gue." Alexa langsung menatap Zee tidak percaya. Tapi Ia kembali meunduk, matanya berkaca - kaca.

Alexa mengangguk pelan lalu berkata lirih.

"Ambil aja." Albert sudah menatap Zee tajam sedari tadi, namun Zee tetap ingin melakukan aksi jahilnya.

"HAHAHAHAHA..." seketika ruangan dipenuhi tawa oleh Zee. Ia tertawa sepuas - puasnya.

"Sumpah Lex, lo harus liat muka lo sendiri. Kayak nahan beol gitu.." ucap Zee yang membuat mimik Alexa berubah kesal.

Beberapa detik kemudian tawanya mereda dan Ia menatap Alexa dengan tatapan peduli.

"Lex, Albert itu maunya sama lo. Cintanya sama lo. Sekeras apapun gue coba buat ngambil dia, gue ga bakal bisa ngambil hatinya dia. So, itu tadi cuma becanda."

"Ish... Zee!!! Gak lucu tau gak. Gue hampir nangis kejer ni..." ucap Alexa sambil tertawa kecil mengusap ujung matanya.

"Cengeng." Zee menatap Alexa sambil tersenyum kecil.

"Jadi temenan kan?" Zee mengacungkan kelingkingnya yang disambut oleh kaitan kelingking Alexa.

"Temen. Oh.. salah, harusnya sahabat. Ya. Sahabat."

"Sahabat." Keduanya tertawa kecil.

"Eh tunggu deh... gue bingung." mendadak Albert bangkit, lalu berdiri di samping Alexa menatap Zee dengan tatapan aneh.

"Bungung? Kenapa?" tanya Zee.

"Kok lo bisa ada disana? Kan ga ada yang ngasih tau lo kalo Alexa diculik dan dibawa kesana. Gimana lo bisa tau?"

Deg.

______---------------------______

Hai.. hai..
Jangan lupa VOTE and COMMENT nya yaa... ^_^

Cool Girl  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang