Angin dingin menusuk tengkukku, tapi aku tetap memutuskan untuk mengikuti gadis ini. Ia terus berjalan hingga berhenti di sebuah pusara, ada seorang wanita yang menangis di pusara itu, aku tak dapat melihatnya dengan jelas karena terhalang oleh pohon tempatku bersembunyi.
"Apa iya saudaranya?" tanyaku lagi.
Namun, sepertinya ia tak mengenal Ellen.
"Kematian memang menyedihkan, tapi ini mungkin hal terbaik yang didapatkan olehnya."
Suara Ellen terbawa oleh angin hingga aku dapat mendengarnya, dia mengatakannya dengan datar seraya menatap lurus pusara itu. Ellen meletakkan bunga putih yang dibawanya sedari tadi di atas pusara itu.
"Selamat tinggal" ucapnya pada wanita itu seraya melanjutkan perjalanannya.
"apa-apaan gadis itu." Batinku.
Aku kembali berjalan mengikutinya,
"tunggu.. jangan-jangan pusara itu..." batinku,
aku berlari menuju pusara itu, ternyata benar dugaanku.
"Bu Christa?"paggilku.
Bu Christa adalah mantan guruku, setelah ia menikah dengan Pak Dennis, ia berhenti bekerja. Dan pusara ini adalah pusara milik Pak Dennis, ia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan.
"Dave? Tumben kau ada disini, apa yang sedang kau lakukan?" Sahutnya terkejut seraya menyadarkanku dari lamunan.
"Mmm.. tak ada." Jawabku gugup,"o iya, apa Bu Christa mengenal gadis tadi?"
"Maksudmu gadis berambut hitam panjang itu, ya? Aku tidak mengenalnya, ini pertama kalinya aku bertemu dengan dia. Tapi, ia seakan mengerti perasaanku, meskipun ia mengatakannya dengan datar, tapi perkataannya itu menenangkanku. Aku merasa bersyukur bertemu dengannya.." kata Bu Christa dengan pandangan menerawang, "Apa kau mengenalnya, Dave?"
"Iya, sudah dulu, ya, Bu Christa" teriakku seraya berlari mengejar Ellen.
Meninggalkan Bu Christa yang masih menatapku heran.
Setelahnya aku tak dapat menemukan sosok Ellen yang aku cari, sehingga akupun kembali ke rumah.
Matahari telah terbenam, berganti tugas dengan sang purnama. Malam itu begitu terang, di terangi oleh bulan purnama.
Aku memperhatikan temanku satu-satu memastikan apakah semuanya sudah tiba,
"Dave, Joey, Michelle, Lee, Arsen, Chris, Aria, Irene, Gabriell, dan Luna, semuanya lengkap" gumanku.
Kami semua berkumpul di depan pagar sekolah untuk melakukan uji nyali (tak jelas) yang diadakan oleh Justin. Sepertinya, entah belajar darimana, Justin dapat membuka pagar besi itu. Setelah masuk, kami mengunci kembali pagar itu, agar tak ada yang curiga.
Kami melangkah memasuki sekolah kami itu, para gadis-gadis itu sudah terlihat pucat, sedangkan Justin, Joey, dan Lee terlihat paling bersemangat. Padahal jika mengingat kejadian sebelumnya merekalah yang paling ketakutan. Chris sedari tadi hanya menguap. Arsen hanya berjalan dengan tenang. Sedangkan Michelle, sedari tadi hanya memotret sekeliling sekolah.
"Apa yang kau lakukan, Michelle" bentak Irene seraya bergidik.
"Hanya mencari bahan untuk lukisanku." Jawab Michelle sambil tersenyum.
END DAVE POV
Kesebelas remaja itu berjalan mengitari halaman sekolah, tapi tak terjadi apa-apa. Akhirnya mereka memasuki sekolah mereka itu. Sekeliling mereka sangat gelap, tapi sepertinya Justin, Joey, dan Lee sudah bersiap-siap dengan mengeluarkan senter dari tas mereka.
"Ayo kita jalan!" teriak pemuda bermata biru itu.
Aria yang dari tadi sudah gemetar, sekarang berubah menjadi pucat. Namun, di kegelapan seperti saat ini tak ada yang dapat menyadarinya. Mereka terus berjalan tanpa menyadari ada yang mengikuti mereka.
Justin-lah yang pertama kali menyadarinya, saat tak sengaja ekor matanya menangkap sosok itu. Muka Justin berubah menjadi pucat,
"Ada apa, Justin?" tanya Joey yang bergidik melihat Justin.
Pemuda berambut kuning itu tak dapat mengeluarkan suaranya, ia hanya menunjuk sosok mengerikan itu dengan telunjuknya. Seketika, semuanya menyadari sesuatu yang ada di belakang mereka, mereka tak berani melihatnya. Akhirnya mereka berhasil mengumpulkan keberanian untuk berlari,
"WAAAAAAAAA"
teriak mereka kecuali Dave, Arsen, dan Michelle. Ketiga pemuda ini berlari dengan wajah yang sangat pucat. Mereka semua berlari sekuat tenaga menuju atap sekolah. Tanpa menyadari ada yang tertinggal.
"Te...te..man - te..man, tu...nggu..." ucap seseorang lirih.
"Arsen, apa kali ini bukan kucing?" tanya Justin seraya berlari.
"Tentu saja bukan, bodoh. Mana ada bayangan kucing yang seperti itu." Teriak Arsen.
"Hii~ aku dapat merasakan makhluk tadi menyentuh pundakku dan aku yakin itu bukan binatang" Teriak Luna dengan wajah pucat. Mereka telah sampai di lantai paling atas sekolah, tempat mereka biasanya berkumpul.
"AAAaa~" teriak Gabriell tiba-tiba.
"Ada apa?" tanya Chris.
"A..Aria tak ada.." Ucap Gabriell dengan wajah pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Girl
Mystery / ThrillerGenre : Superanatural, Misteri/Thriller, Romance Rated : T