eleven

4.6K 379 0
                                    

Hari ini merupakan hari yang cocok untuk berjalan-jalan. Namun, Dave lebih memilih berdiam di rumah. Dia masih memikirkan kejadian semalam. Kejadian yang benar membuat ia dan teman-temannya tak mengerti. Dan terlebih lagi perkataan Ellen yang membuatnya semakin heran.

"Jadi, makhluk itu adalah roh jahat, ya?" guman Dave.

"Tapi dari mana gadis itu tahu?" pikirnya.

Kriiiinnnggg! Kringgggg!

Telepon di rumah pemuda itu berbunyi, ia bergegas keluar dari kamarnya dan mengangkat gagang telepon.

"Hey, Dave. Ini aku, Justin."

"Hn, ada apa?"

"Kami berencana untuk jalan-jalan di pusat kota. Apa kau mau ikut?"

"Hah.. tidak, aku tidak tertarik."

"Kau yakin? Setelah berjalan-jalan, aku berencana ke rumah Ellen, loh?"

"Eh? A..aku tak peduli."

"Ok, kalu begitu.. daa~"

"Eh? Tunggu!" teriak Dave, tapi Justin sudah mematikan sambungannya.

"Huh. Meski tadi aku bilang tak peduli, tapi aku juga penasaran dengan gadis itu." Guman Dave.

Pemuda itu mencoba menelepon Justin, tapi tak ada yang mengangkat. Akhirnya ia berlari keluar rumahnya.

"Halooo~" sapa seseorang.

Dave berhenti berlari, ia melihat ke arah sumber suara tersebut. Dilihatnya Justin sedang bersandar ditembok rumah Dave seraya tersenyum lebar atas kemenangannya.

"Sial! Ia menjebakku!" batin Dave kesal.

.

Kedua pemuda itu telah tiba di pusat kota. Tempat itu selalu ramai oleh orang-orang, kedai-kedai makanan terletak di sebelah kanan dan kiri jalan. Justin segera menuju ke kedai makanan kesukaannya.

"Jadi, apa kau mengajaku ke pusat kota, hanya untuk menemanimu makan disini?" tanya Dave seraya mengepalkan tangannya menahan marah.

Justin hanya mengangguk sambil melahap makanan ke sukaannya itu.

"Hah, kalau begitu aku pulang saja." Ucap Dave seraya beranjak dari bangkunya.

"Hei! Tunggu! Apa kau tak jadi ke rumah Ellen? Aku tidak bohong mengenai hal itu." Kata Justin.

"Oh, apa Ellen yang kalian maksud itu, gadis berambut panjang berwarna hitam pekat yang selalu memakai pakaian berwarna hitam?" sahut paman pemilik kedai itu.

"Paman mengenalnya?" tanya Dave dan Justin bersamaan.

"Ah, tidak juga. Hanya saja belum lama ini, aku melihatnya bersama bibinya makan di kedai ini."

"Seperti apa bibinya itu?" tanya Dave.

"Mmm.. Ia orang yang ceria, sungguh berbeda dari keponakannya itu." Pemilik kedai itu tampak mengingat kejadian itu.

.

Justin dengan cepat melahap makanannya, kemudian mereka berjalan menuju rumah Ellen.

Sesampainya mereka di depan gerbang rumah Ellen, mereka berhenti. Tak satupun dari mereka berani menekan tombol bel itu.

"Hei, Justin, apa yang harus kita katakan pada bibinya? Maksudku, bukankah aneh kalau kita datang tanpa alasan." Tanya Dave.

"Kukira kau tadi sudah memikirkannya."

"Mana kutahu, kan yang mengajak kesini, kau Justin."

"Hah, kita pikirkan saja nanti. Sekarang tekan saja belnya dulu."

Akhirnya Dave menekan bel itu. Namun, tak ada yang keluar, mereka menekannya sekali lagi dan sama seperti sebelumnya.

"Sepertinya mereka tak ada di rumah. Ayo, kita balik saja, Justin."

"Hn" jawab Dave seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Dave? Justin?" Panggil seseorang.

"Hah? Bibi Laura , kenapa kau berada disini?" teriak Justin terkejut.

Dark GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang