ten

4.4K 387 0
                                    

Sedangkan di tempat Aria...

Wajah gadis berambut indigo itu berubah menjadi pucat. Ia tak kuat lagi berlari, bahkan menggerakkan seujung jari pun tak bisa. Air mata sudah mengalir deras dari gadis itu, ia sungguh ketakutan. Ia hanya dapat berlutu di tempat itu tanpa berbuat apa-apa.

Dirasakannya makhluk hitam berlendir dengan mata merah yang mengerikan itu menyentuh pundaknya. Tangan makhluk itu dingin, sangat dingin hingga rasanya menusuk tulang gadis malang itu.

Makhluk itu sekarang seakan berusaha membunuh Aria dengan mencekiknya dari belakang, Aria sudah tak sanggup berkata apa-apa. Ia benar-benar ketakutan, beruntung ia tidak pingsan. Gadis bermata lavender itu melihat seseorang datang kearahnya,

"Jus..tin? Arsen?" ucapnya lirih.

Sosok itu datang mendekatinya dan mengucapkan kata-kata yang tak dapat gadis itu mengerti.

"Bahasa Latin?" pikir gadis itu.

"Siapa?" batinnya lagi.

Awan tebal yang menyelimuti bulan purnama tersebut telah pergi, sekarang sosok di depannya itu terlihat jelas.

Gadis cantik berambut hitam dengan mata emerald dan pakaian serba hitam. Orang yang sudah tak asing lagi.

"Ellen?" ucap Aria.

Gadis bernama Ellen itu membukkukan badannya serta mengulurkan tangannya untuk membantu Aria berdiri. "Bagaimana kau bisa berada disini?" tanya Aria saat sudah berdiri. Gadis itu tanpa menggubris Aria kembali berlari,

"Hei, tunggu, jangan tinggalin aku." Sahut Aria.

Tak di sangka gadis bernama Ellen itu menghentikan langkahnya dan menunggu Aria.

"Maaf kan aku" ucap Aria lagi.

Tanpa sadar Aria menggandeng tangan Ellen, dan hal itu membuat raut wajah Ellen berubah sesaat.

"kita harus cepat" ujar gadis bermata emerald itu datar.

Aria tak mengerti dengan maksud Ellen. Namun, Ellen langsung berlari menuju atap sekolah seraya menggandeng Aria. Aria terkejut melihat pemandangan di depan matanya.

"Aria" teriak Justin yang melihatnya.

"Gawat! Justin dan yang lainnya sedang tersudut oleh makhluk mengerikan yang tadi." Guman Aria.

"Tidak. Itu berbeda dari yang tadi." Aria terkejut melihat raut wajah Ellen yang sama sekali tak berubah.

Siiiinnnnnnnnnnggggggggg-

Suara itu memekakkan telinga, suara itu berasal dari kalung yang Ellen beli di toko barang antik tadi siang. Ellen meniupnya sekuat tenaga. Makhluk aneh itu, seketika menghilang. Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Tak kusangka di sekolah ini ada makhluk mengerikan seperti itu, siapa yang membawanya kesini?" pikir mereka asal.

"Makhluk itu adalah roh jahat yang muncul karena ada orang-orang seperti kalian" ujar Ellen datar seakan dapat membaca pikiran mereka.

"Aria, apa kau baik-baik saja?" tanya Arsen cemas.

"Iya" Aria tersenyum manis membuat Justin mengeluarkan semburat merah di wajahnya.

"Lagi-lagi gadis ini." Batin Dave.

Ellen hendak menuruni tangga ketika secara tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan. Tubuhnya seakan terdorong kebelakang, ia hampir jatuh dari tangga jika saja Dave tak menahan tubuhnya.

"Ellen, kau tak apa-apa?" tanya Dave cemas.

Ellen hanya mengangguk kecil.

Teman-teman Dave yang lainnya terkejut melihat kejadian tersebut, mereka tak menyangka gadis seperti Ellen dapat mengalami kejadian seperti itu.

"Ternyata ia memang seperti gadis lainnya, walau agak sedikit berbeda" batin mereka.

Tanpa mengucapkan kata-kata, ia kembali berjalan menuruni tangga,

"Hei, aku lebih senang jika kau mengucapkan terima kasih saja dari pada memberikan karangan bunga seperti kemarin itu." Teriak Dave.

Dave terkejut dengan apa yang dilihatnya, bukan hanya Dave, tapi yang lainnya juga.

Untuk pertama kalinya mereka melihat

Ellen tertawa kecil.

"Hei, tunggu" kata Arsen tiba-tiba.

"Kenapa, Arsen?" tanya Dave heran.

"Bukannya pintu gerbang sekolah itu di kunci?"

Dark GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang