thirteen

4.2K 409 8
                                    

"Ta..tapi, kita tak bisa membiarkan ia terus-menerus seperti itu. Kita harus merubahnya." Kata Dave

"Aku mengerti perasaanmu, tapi tak ada yang dapat kita lakukan" balas Lauren.

"TIDAK! Pasti ada! Aku akan membantunya!" teriak Dave dengan yakin.

"Hei, tenanglah, Dave. Tidak seperti kau saja, terbawa emosi seperti itu." Ucap Justin menenangkan sahabatnya tersebut.

Dave tampak terdiam sejenak.

"Maaf" ucapnya.

"Tak apa! Aku mengerti persaanmu, Dave" ujar Lauren seraya tersenyum bijak.

Teng! teng! Teng!

Jam dinding di rumah itu berdentang enam kali.

"Ah, bibi Lauren, kami pulang dulu, ya"

Dave POV

Kami berdua berjalan menuju rumah kami, saat tiba di persimpangan ekor mataku lagi-lagi menangkap sosok gadis itu lagi.

"Ellen?" gumanku.

"Ada apa, Dave?" tanya Justin yang mendengar Dave menggumankan sesuatu.

"Ah, tidak. justin, kau jalan dulu saja. Ada yang ingin aku beli. daa~"

"Eh? Hey, tunggu!".

Aku tak menggubris ucapan Justin, aku segera berlari menuju arah yang Ellen lewati sebelumnya.

Aku melihat ia berdiri di sebuah gang seakan ia menungguku. Ia berjalan mendekatiku, jantungku berdetak kencang, aku merasakan suatu firasat buruk.

"Jangan pulang kerumah!" ucapnya lirih.

"Ha?", aku sama sekali tak mengerti maksud gadis ini.

"Kenapa?" tanyaku.

Gadis itu tak menjawab, ia terus menatapku.

"Hah, kalau kau tak menjawab, aku pulang saja." Sambungku seraya berbalik, dengan cepat gadis itu merangkul tanganku dengan erat.

"Hei, lepaskan! Aku ingin pulang." Bentakku.

"Jangan!" balas gadis itu,

"kalau kau pulang sekarang sesuatu yang buruk akan menimpahmu."

Gadis itu melepas rangkulannya dari tanganku.

"Hah? Itu tak akan terjadi." Kataku, walaupun sebenarnya aku juga merasakan suatu firasat buruk.

"Percayalah padaku." Ujar gadis itu.

Untuk beberapa saat aku dapat melihat kepedihan dari matanya.

Sorot matanya tak seperti biasanya, ia terlihat sedih.

"Ba..baiklah" kataku gugup.

Tanpa sadar aku berbalik dan memeluk gadis itu.

Gadis itu tak membalas ataupun melawan.

.

Hari sudah semakin gelap dan aku belum pulang ke rumahku. Aku menunggu tak jauh dari jalan menuju rumahku bersama gadis berambut merah muda itu.

Kami tak berbicara satu sama lain.

DUUAAARRR!

Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang di sertai teriakkan beberapa orang, aku berjalan menuju sumber suara itu.

Jalan ini menuju rumahku, rupanya salah satu tiang listrik disini jatuh dan menyebabkan sedikit ledakan.

Namun, sepertinya tak ada korban.

Gadis itu menatapku, matanya terlihat hampa. Ia terlihat seperti memastikan sesuatu.

Kemudian ia berbalik dan beranjak pergi.

"Tunggu!" teriakku.

Gadis itu menoleh kepadaku.

Aku menariknya dari keramaian itu menuju tempat dimana tak ada seorangpun disana.

"Beritahukan kepadaku bagaimana kau bisa mengetahui hal ini?".

Ia tak menjawab, ia terus memandangku.

"Hei, jawab pertanyaanku!" kataku lagi.

"Aku dapat melihat cahaya kehidupan seseorang" ujarnya lirih,

"jika cahaya tersebut meredup, itu berarti bahwa hidup orang itu sedang terancam bahaya." sambungnya.

"Tapi, itu bukan berarti akhir dari segalanya. Jika, ia berhati-hati, ia bisa lolos dari bahaya itu.

Seperti kau"

Dark GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang