Secerka Kenangan

256 21 11
                                    

Ini masih sudut pandangnya Zavira ya

Happy reading -_-

Aku menatap langit-langit kamar ini, kamar yang terlihat begitu usang karena telah lama tidak kutempati. Aku sangat merindukan kamar ini, bagaimana tidak, tepat di kamar inilah aku menghabiskan banyak waktuku. Di kamar ini pula aku menangis, tersenyum, marah, dan juga kecewa. Aku jadi tidak sabar untuk beristirahat, tanpa basa basi lagi, aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur. Rasanya masih sama seperti dulu, begitu nyaman dan meneduhkan.

Sebenarnya aku masih tidak menyangka akan kembali ke tempat ini, tempat yang begitu mengerikan bagiku, tempat yang hanya tersimpan semua luka untuk kukenang. Namun, sekali lagi aku tegaskan, inilah pilihan yang terbaik. Aku harus kembali ke tempat yang mengerikan ini, demi Yuda, demi cinta yang baru saja kudapatkan.

Mungkin kalian bertanya mengapa aku menyebut rumahku sebagai tempat yang mengerikan, ya, itu semua karena di tempat ini aku sering menyaksikan perbuatan kasar papah kepada mamah. Apalagi kejadian waktu itu, kejadian yang mungkin seharusnya tidak pernah kulihat. Kejadian yang membuatku sadar bahwa papah tidak lebih dari seorang pengecut, bagaimana tidak, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat dia memukul mamah. Aku sangat membencinya, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan orang itu.

Namun, aku percaya akan satu hal, tidak semua laki-laki seperti papah, contohnya saja Yuda. Dia begitu lembut dan menyayangiku, aku merasa nyaman bila berada disisinya. Walau aku tahu bahwa Yuda tidak benar-benar menyukaiku, dia hanya menyukai Icha saja. Tetapi itu semua tidak penting, yang terpenting Yuda telah menjadi kekasihku. Aku yakin dengan berjalannya waktu Yuda akan benar-benar menyukaiku, dan dia bisa melupakan Icha.

¤¤¤

Aku mencoba untuk memejamkan mataku, hari ini begitu melelahkan. Aku membutuhkan istirahat sejenak untuk menjernihkan otakku. Tetapi baru sebentar aku menikmati tidurku, ada orang yang menggerakkan knop pintu kamarku. Setelah itu disusul dengan langkah kaki yang melangkah masuk kedalam kamar, dan kutahu bahwa orang itu adalah mamah. Orang berhati malaikat, yang selalu ada disampingku disaat kubutuhkan.

'Kamu belum tidur, Sayang," ucap seorang wanita paruh baya yang kemudian duduk di kasurku.

Langsung saja aku membenahi posisi dudukku dan memulai perbincangan dengannya "Belum, Ma, ini buktinya mata Zavira masih terbuka lebar "

Mama terkekeh mendengar ucapanku barusan, namun sesaat kemudian suasana menjadi hening "Mama senang kamu pulang sayang, mama sangat merindukanmu Zavira. Kamu janji, ya, gak akan ninggalin mama lagi "

Aku langsung terdiam memikirkan perkataan mamah barusan, aku baru sadar jika keputusanku untuk pergi dari rumah ini membuat mamah merasa kesepian. Seharusnya aku memikirkan soal dampak dari perbuatan konyolku ini, bukan hanya mementingkan egoku saja.

'Tenang aja, Ma, Zavira gak akan ninggalin mama, apalagi untuk tinggal lagi di rumah Nisa, gak akan. Karena persahabatanku dengan Nisa sudah tidak seperti dulu lagi, sekarang hanya ada kebencianku pada Nisa, bukan rasa sayang lagi,' batinku

Aku langsung memegang erat tangan Mama untuk menenangkannya. "Aku gak akan ninggalin Mama, aku akan disini terus bersama Mama."

Mulai terpancar senyum manis dari wajah cantik mamah, akhirnya setelah sekian lama aku dapat melihat senyuman itu lagi. Dan entah mengapa saat melihat senyum itu ada rasa lega dalam hatiku. Namun, ada hal lain yang sedang kufikirkan, ya aku tahu bagaimana sifat ibuku. Dia tidak mungkin malam-malam begini datang ke kamarku kalau tidak ada hal penting yang ingin dia bicarakan, apalagi aku tahu dibalik senyumannya itu terselip sebuah kesedihan.

"Ada hal yang ingin Mama bicarain sama Zavira?" tanyaku.

Dia menarik panjang napasnya, sepertinya dugaanku benar. Ada hal yang sedang dipikirkan oleh ibuku. "Maafin mama, Zavira, sejak kamu pergi ada banyak hal yang terjadi. Zavira, mama dan papah akan bercerai. Maafin mama karena mama gak tanya pendapat kamu dulu, tapi mama memang udah gak tahan lagi. Mulai sekarang kita akan hidup berdua, Sayang."

Yuda NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang