Membicarakan Nisa

197 12 6
                                    

Tanpa di sangka, ada dua pasang mata yang senang melihat adegan ini. Pertengkaran Yuda dan Nisa adalah tontonan bagi mereka, tontonan yang harus mereka abadikan. Sesaat kemudian, mereka saling bertepuk tangan. Mereka senang karena semua rencananya berhasil, tanpa ada hambatan.

"Jadi ini rencana yang kamu maksud ?" ucap Zavira memulai pembicaraan.

"Iya, seperti yang kamu lihat. Semua berjalan dengan lancar. Nisa dibenci oleh semua orang, termasuk Yuda. Gak perlu repot -- repot mengadu domba mereka, karena mereka akan saling menjauh dengan sendirinya."

Zavira tersenyum tipis. "Aku suka cara kamu, semuanya sangat rapi. Bahkan gak akan ada orang yang menyangka bahwa kita dalang di balik semua ini."

Flashback

"Nih foto - foto Nisa, aku udah ngumpulin semuanya, tanpa terkecuali." ucap Zavira sambil memberikan sebuah flashdisk kepada Faris.

"Bagus, kerja yang baik Zavira," ucap Faris sambil menatap ke arah monitor laptopnya, "Cantik, Nisa selalu cantik dalam keadaan apapun. Hufft, coba aja dia gak pernah nolak aku, pasti aku gak akan pernah melakukan hal ini sama dia."

Mendengar ucapan Faris, Zavira langsung mendengus sebal. "Anak labil. Katanya udah gak suka sama Nisa ? Koq masih terkesima aja lihat fotonya."

Kali ini Faris tak menjawab, dia hanya tersenyum getir. Baginya, Zavira sangat bodoh, bahkan terlalu bodoh untuk menjadi partner kejahatan. "Bego, pantas aja selama ini rencana kamu buat misahin Yuda dan Nisa selalu gagal. Isi otak kamu itu nol, gak berbobot sama sekali. Memangnya kamu pikir kalau aku bilang Nisa cantik itu artinya aku masih suka sama Nisa? Iya?"

"Kamu harus ingat satu hal, Za. Jangan sampai kebencian itu membuat matamu menjadi buta, sesekali kamu juga harus melihat realita yang ada. Semua orang juga tahu bahwa Nisa itu cantik, bahkan sempurna. Jika di bandingin sama kamu sih jauh, kamu gak ada apa - apanya. Bagaikan langit dan bumi." Tambah Faris.

Zavira hanya terdiam, perkataan Faris membuat dunianya berubah. Tentu tidak ada yang salah dari perkataan Faris, Zavira juga mengiyakan semua itu. Dia memang tidak ada apa - apanya jika di bandingkan dengan Nisa, bahkan untuk menjadi bayangan Nisa saja dia tidak mampu. "Gak usah banding - bandingin aku sama Nisa, kita beda." 

Zavira menarik nafasnya dengan berat sambil menatap ke luar jendela, setidaknya dengan ini dia bisa menjernihkan pikirannya. "Kamu benar, Ris. Aku ini bodoh, bahkan aku gak pernah dianggap lebih dari Nisa. Semuanya selalu memuja Nisa, termasuk kamu. Gak ada yang menyayangiku Ris, gak ada. Hanya Yuda yang aku miliki, dan dengan enaknya Nisa mengambil Yuda dariku. Aku sayang sama Nisa, dia sahabat terbaikku. Dia udah aku anggap seperti adikku sendiri. Tapi, mau seberapa dekat hubungan kami, itu tidak dapat mengungkiri kenyataan bahwa dia terlalu sempurna untuk menjadi sahabatku. Aku iri sama Nisa, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Sedangkan aku ? Aku selalu payah, gak ada yang istimewa dari hidupku. Lalu apa aku salah jika ingin merebut satu kebahagiaan yang Nisa miliki? Jawab aku, Ris. Apa aku memang gak pantas bahagia?"

"Za, aku... " ucap Faris penuh sesal.

"Gak papa koq Ris, aku ngerti. Hidupku memang tak seindah hidup Nisa, dan aku ingin untuk sekali saja merasakan bagian dari keindahan itu," Zavira kembali menarik nafasnya, "Lupakan saja semua yang aku katakan Ris, itu tidak penting. Yang terpenting adalah rencana kita untuk balas dendam kepada Nisa. Aku gak mau ya kamu nyuruh aku ngumpulin semua foto ini untuk mengoleksi foto Nisa."

"Ya enggak lah. Gila aja aku mau ngoleksi foto Nisa, aku cuma pengen mengasah ilmu desain grafis-ku aja koq." ucap Faris santai.

Zavira sedikit mengernyit. "Desain grafis ? Apa maksud kamu ?"

Yuda NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang