Pembuktian

255 8 1
                                    

"Hujan," ucap Nisa sambil memandangi setiap tetesan air hujan.

Nisa memandangi dengan kesedihan, hujan ini seperti mengerti apa yang kini tengah dia rasakan. Perlahan, dia mulai menengadah air hujan. Tidak dapat dipungkiri jika Nisa senang melakukan hal ini. Baginya,  setiap tetesan air hujan adalah harapan baru untuknya. Seperti tetesan air hujan yang tak akan pernah habis, seperti itulah harapan Nisa yang tak kan pernah pupus.

Nisa mengambil nafas berat, otaknya kini memutar kilasan masalah yang akhir–akhir ini datang di hidupnya. Semuanya begitu menyakitkan. Namun bagi Nisa, masalah yang paling menyakitkan adalah Yuda.

"Dulu waktu aku kecil, bunda selalu bilang kalau ada hujan, itu artinya bulan sedang menangis. Apakah itu benar? Kalau itu memang benar, maka aku ingin menembus atmosfer dan menghapus air mata sang bulan."  Nisa memandang ke arah langit.

Lelaki di sebelah Nisa mulai memandang Nisa heran. "Kalau kamu ingin menghapus air mata bulan, lalu siapa yang akan menghapus air matamu?"

Nisa sedikit tersenyum. "Kalau aku menangis, maka aku akan menghapus air ini sendiri. Karena air mata ada bukan untuk dibagi."

"Salah, bukan itu jawabannya." Nisa langsung menoleh kearah Aldy. "Yang benar adalah jadikanlah aku satu-satunya orang yang mampu menghapus air matamu, Nis. Dan izinkanlah aku untuk menjadi bintang yang senantiasa menghapus air matamu. Dengan begitu, aku tak perlu menembus atmosfer bumi untuk menghapus air mata sang bulan. Karena kamulah bulanku, Nis."

Nisa tersenyum bahagia, dia senang karena masih ada Aldy selalu berada di pihaknya. Bahkan, Aldy  senantiasa mengulurkan tangannya kepada Nisa ketika dia terjatuh.
Seperti hari ini, Aldy sengaja datang ke rumah Nisa untuk menghiburnya. Tentu ini bukan perkara mudah, pasalnya dia baru saja pulang dari luar kota setengah jam yang lalu. Dan hebatnya, Aldy hanya pulang untuk menaruh barang bawaannya kemudian langsung bergegas menuju rumah Nisa.

"Al, kenapa sih kamu selalu mengerti aku? Dan kenapa kamu selalu datang disaat yang tepat?"

"Itu semua karena kamu dan aku udah menjadi satu, Nis. Jadi aku gak akan biarin kamu menyimpan masalah sendiri, karena kamu adalah setengah bagian dari hidupku." Aldy tersenyum kearah Nisa.

Nisa terdiam, perkataan Aldy selalu membuatnya tenang. Tidak seperti Yuda, yang selalu membuatnya sakit hati dan kecewa.

"Al, entah mengapa aku merasa bahwa ada orang yang gak suka sama aku. foto itu pasti rekayasa, ada orang yang mau membuat image aku jelek. Tapi siapa orang bodoh yang berani merekayasa foto itu?" Nisa sedikit berjalan ke belakang dan duduk di sebuah kursi kayu berwarna coklat.

Aldy berpikir sejenak, kemudian terlintas nama orang yang tengan di curigainya. "Silvi," ucap Aldy. "Ya pasti dia yang udah merekayasa foto itu."

Nisa mengerutkan keningnya. "Silvi?" Ulang Nisa tak percaya.

Aldy mengangguk mantap. " Tapi itu gak mungkin, Al. SIlvi itu bodoh, dia gak mungkin bisa edit foto sampai sebagus itu. Lagipula aku tahu Silvi, dia gak mungkin berani melakukan hal itu. Dia memang benci sama aku, tapi dia gak punya bakat jadi orang licik. Pasti dia akan terang - terangan melawanku."

"Lalu siapa pelakunya kalo bukan Silvi? Bukannya cuma dia yang benci sama kamu?"

Nisa kembali menarik nafas berat, persoalan ini memang membuat kepalanya hampir pecah. "Aku gak tahu deh, Al. masalah ini benar - benar rumit. Sepertinya aku memang memiliki musuh yang tak terlihat. Jadi, daripada aku berandai - andai dan salah menuduh orang, lebih baik aku bersikap tenang. Karena aku yakin musuh itu akan membuka jati dirinya dengan sendirinya."

"Bagaimana kalau mereka menyusun sesuatu yang lebih jahat lagi sama kamu, Nis? Apa kamu masih bisa se-tenang ini?"

Nisa tersenyum, kemudian dia berdiri dan berjalan kearah Aldy. "Kamu tenang aja, AL. Dia hanya penjahat kelas bawah, bukan kelas kakap. Jadi tidak mungkin kalau mereka berani melakukan hal yang kelewat batas," jeda sebentar, "Lagipula aku punya kamu, Al. Aku yakin kamu akan selalu menjaga dan melindungi aku."

Yuda NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang