Terkuaknya Kawan Sejati

118 10 4
                                    

Nisa berjalan tanpa arah, tidak tahu kakinya ingin melangkah ke mana.  Sejujurnya dia merasa lega karena dapat mengembalikan barang yang seharusnya tidak pernah disimpannya. Faris, laki-laki itu tampak bingung melihat perubahan sikap Nisa. Nisa yang angkuh dan sudi melakukan apa pun demi memuaskan hasratnya, tidak lagi Faris temui. Sekarang tinggallah sosok Nisa yang tenang dan berpasrah diri akan keadaan yang ada.

"Selama ini aku hanya memakai topeng dan maaf karena aku pernah menyakiti kamu dengan selalu menghina serta tidak menghargai hatimu. Sungguh, aku melakukannya karena tidak mau kamu mencintaiku. Bukan aku sombong, tetapi aku bukan gadis sempurna yang berhak dicintai. Matamu tertipu dengan kiasan semu dariku, Faris. Aku tidak berkilauan seperti itu. Dan ... selama ini yang menjadi tujuanku hanya Yuda, karena dia orang yang kutunggu. Aku ingin dia mengingatku dengan caraku sendiri, walau akhirnya takdir berkhianat."

Sebetulnya Nisa banyak bicara kepada Faris dan Faris malah lebih pendiam, mencermati setiap kata yang keluar dari mulut Nisa. Berulang kali Faris meminta maaf, tetapi Nisa berkata tidak apa. Dia paham jika Faris melakukan ini karena rasa sakitnya dan Nisa-lah pemberi rasa sakit itu.

Mengenai flashdisk tersebut, Nisa memang mencari tahu isinya. Dan di sinilah letak kebodohan Faris. Dia sama sekali tidak menghapus segala file yang terdapat dalam flashdisk tersebut, termasuk hasil editan foto aib Nisa. Belum lagi di dalam flashdisk tersebut ada makalah yang tertera nama terang Faris. Oh, ya, satu lagi, Nisa tahu betul bahwa Faris sangat pandai dalam hal mengedit, itu karena Nisa pernah meminta bantuan Faris mengerjakan tugasnya dan Faris sendiri adalah salah satu anggota UKM divisi Desain Grafis.

"Nisa? Kamu Nisa, kan?" kata seseorang secara tiba-tiba, sambil menarik tangan Nisa.

Sontak Nisa menghentikan langkahnya lalu matanya menangkap sosok yang sudah tidak asing lagi untuknya.

"Farah?"

Farah tersenyum semringah. "Kamu ngapain di sini, Nis? Sambil ngalamun lagi. Kamu ada masalah?"

Nisa bergeming, tidak ada niatan sama sekali untuk menjawab pertanyaan Farah. Sebaliknya, dia malah menyembunyikan wajahnya sembari membersihkan bulir-bulir yang membasahi pipinya.

"Aku gak papa, Far. I'm okay," kata Nisa, "aku ada urusan, aku duluan, ya." Nisa bergegas pergi, tetapi langkahnya ditahan oleh Farah.

"Kamu bohong, Nis. Dari matamu itu jelas terlihat bahwa ada tangisan di sana. Jangan sok kuat seperti yang selama ini kamu lakukan, aku tahu bahwa saat ini batinmu sedang menangis," kata Farah yang diikuti dengan aktivitas melepaskan tangannya.

Nisa sedikit mengambil napasnya. Tidak, Farah tidak boleh tahu tentang masalah ini. Karena bagaimanapun, hubungannya tidak terlalu baik dengan Farah. Takutnya, Farah akan menyalahkannya karena dituduh merebut Yuda dari Zavira.

"Jangan sok tahu kamu, Far. Aku gak papa dan aku juga gak mungkin kenapa-napa. Kamu lupa siapa aku? Aku adalah Vanissa Azzahra, aku cewek …."

"Apa ini ada hubungannya sama Zavira?" tanya Farah, memotong ucapan Nisa.

Dahi Nisa langsung berkerut. Apa yang barusan Farah katakan? Zavira? Mengapa dia tiba-tiba menyebut nama Zavira? Apakah Farah sudah mengetahui tentang hubungan segitiga antara Nisa, Yuda, dan Zavira?

"Ternyata dia benar-benar melancarkan aksinya," kata Farah lagi.

Kontan Nisa semakin bingung dengan maksud dari perkataan Farah. Apa Farah mengetahui sesuatu tentang Zavira?

"Maksud kamu?"

"Bisa kita ngomongin ini sambil duduk?" tawar Farah.

Nisa mengangguk. Setelah itu, mereka berjalan ke bangku taman dan duduk di sana. Keadaan hening, sebelum Farah membuka mulutnya.

Yuda NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang