Setelah Kemarin

151 8 7
                                    

Zavira tengah asik memandangi foto Yuda, dia mengelus lembut kaca yang menampilkan sosok Yuda. Pikirannya masih didominasi oleh kejadian sore tadi. Yuda mengatarakan perasaannya, dia benar-benar mencintai Nisa. Ahh, inilah yang selalu ditakutkannya. Yuda bersikap sama dengan laki-laki lain, dia lebih memilih Nisa dibanding dirinya. Yuda sama saja dengan Rio.

Hmm ... Rio, hampir saja dia melupakan laki-laki itu. Laki-laki yang pernah dicintainya, namun tak pernah membalas cintanya. Memang benar mereka pernah berpacaran, namun itu karena permintaan Nisa. Nyatanya, Rio memacari Zavira karena dia mencintai Nisa.

Nisa, Nisa, dan Nisa. Selalu saja dia yang mengganggu hidup Zavira. Zavira sangat membencinya. Semua yang ada dalam tubuh Nisa begitu sempurna, sampai Zavira menjadi gadis yang buruk ketika bersama Nisa.

"Nisa, kamu pikir semudah itu merasakan kebahagiaan? Tidak akan, Nis," ucapnya sambil tersenyum sinis. "Sekarang kebahagiaanmu hanyalah Yuda, dan sebentar lagi aku 'kan mengikatnya hingga meminta ampun kepadaku."

Setelah itu, Zavira mulai bangkit, ditatapnya sebuah foto dengan sinis. Selanjutnya, dia mengambil foto itu dan memecahkan kacanya. Senyumnya kembali mengembang.

"Kamu lihat, Nis. Nasib kamu akan sama dengan pecahan kaca itu."

Gerakan tangan Zavira mulai meraba lacinya, mencari-cari sebuah foto. Yappsss, dia berhasil mendapatkannya. Terlihat jelas bahwa ada dua orang dalam foto itu, keduanya memakai seragam khas SMA.

"Rio, mengapa kamu datang disaat aku terlalu dalam mencintai Yuda? Dulu aku sangat mencintaimu, namun kamu tak pernah menganggapku ada. Aku benci kamu, karena kamu tak pernah menghargai hatiku. Kalau saja tidak ada hukum pidana di negara ini, mungkin aku sudah membantaimu," ucap Zavira.

Kini tangannya kembali bergerak, dirogohnya saku celana miliknya. Dia mulai mengeluarkan sebuah telepon pintar, kemudian melakukan beberapa gerakan. Zavira mulai mengatur napasnya, dan sedikit menekan bagian bawah tenggorokkannya. Entah ulah apa lagi yang ingin dia perbuat.

'Yuda,'

'...'

'Maaf, Yud. Aku tahu kok ini udah malam. Tapi aku beneran mimpi buruk, aku benar-benar takut, Yud.'

'...'

'Aku mimpi kalo kamu ninggalin aku. Ada wanita yang bawa kamu pergi, tubuhnya bercahaya, Yud. Dia membawa kamu pergi dengan cahaya yang dia miliki.'

'...'

'Aku gak bisa tenang, Yud. Aku mau ketemu kamu.'

'...'

'Pokoknya aku akan nungguin kamu.'

Tut ... tut ... tut ...

Zavira langsung menutup sambungannya secara sepihak, satu rencana barunya akan segera terlaksana.

¤¤¤¤

"Udah, Vir. Kamu gak usah nagis lagi, aku masih di sini, kok." Yuda berusaha menenangkan Zavira yang masih sesunggukan.

Zavira hanya diam, ditatapnya Yuda dengan tatapan mendalam. "Aku benar-benar takut, Yuda. Aku takut kalo kamu akan ninggalin aku seperti dalam mimpiku. Kamu tahu kan gimana sakitnya aku nungguin kamu selama sepuluh tahun, dan kamu juga tahu kan bahwa sepuluh tahun bukan waktu yang singkat. Jadi, jangan pernah tinggalin aku lagi. Kamu satu-satunya laki-laki yang aku cintai," ucap Zavira.

Yuda mulai menatap wajah basah Zavira, entah mengapa kesedihan Zavira terlihat biasa untuknya. Air matanya tak mampu menggetarkan hatinya, tidak seperti sepuluh tahun lalu.

Yuda NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang