6. senyuman malaikat

23.3K 1.4K 9
                                    

Sabriana Cahaya menaruh kasar bolpoint di atas meja. disusul gerakan mengulat kecil. merenggakan sendi sendi ototnya. menekuk lalu menekan kuat kuat jemarinya hingga menimbulkan bunyi gemeretak. rupanya merekap daftar karyawan secara manual membuatnya kelelahan. belum lagi daerah tengkuk bagian bawah terasa ngilu. berkali kali Sina memutar mutar kepala seraya memutar tubuhnya ke kanan ke kiri.

sudah satu minggu berjalan, Sina mulai terbiasa dengan suasana kantornya. memang pada awalnya, ia sedikit kaku berhadapan dengan rekan rekan satu bagiannya. menjumpai berbagai macam karakter manusia. ada yang ramah seperti Maudy. ada yang pendiam. ada yang sensitif semenjak kehadirannya bergabung bersama mereka. namanya mba Nina. tapi Sina tidak mau berpikir macam macam. semua manusia terlahir baik. ketiadaan Allah dalam hatinyalah yang membuat mereka jahat. beruntung pak Dana menaruhnya di bagian HRD. letak kantor HRD tidak jauh dari meja kerja assisten manager--dimana Maudy bertugas. jujur, orang pertama yang welcome dengan kehadirannya adalah Maudy.

waktu menunjukan pukul empat sore. dimana para karyawan bersiap untuk pulang.

"neng, ayo pulang" mas furqan--rekan Sina yang duduknya bersebelahan dengan dirinya. orangnya asyik. dan Sina menyebut dia dengan sebutan 'papa gaul' karena memang di umurnya yang hampir kepala empat, masih terlihat muda.

"iya mas, duluan aja. aku mau melepas lelah dulu" Sina merentangkan kedua tangannya kedepan.

"gayamu melepas lelah, kerja seharian duduk kok bisa lelah" cibir mas furqan menopang dagu pada pembatas meja antar karyawan.

"eh mas furqan ga tau ya? terlalu lama duduk itu justru berbahaya loh, maximal duduk dalam sehari itu delapan jam, mas" Sina mulai sok tahu. lagaknya sudah seperti Dokter Raisa Brotoasmoro yang sering ia lihat di televisi.

" Dampak dari duduk terlalu lama berhubungan dengan sistem metabolisme. Bahkan dalam jangka panjang bisa meningkatkan resiko penyakit berat tertentu--seperti penyakit jantung--dan masalah kesehatan jangka panjang" Sina menuang sedikit pengetahuannya kepada mas Furqan.

"oh begitu ya? tapi masa mas bekerja dengan posisi berdiri terus. bisa kena marah pak Dana dong" jawaban yang sangat tidak pintar. pikir Sina. antusiasnya memberi penyuluhan pun menurun. wajahnya malas seolah berkata 'please deh mas, ga gitu juga'

"ya sekali kali aja mas, setiap dua jam sekali berdiri beberapa menit. setidaknya mengurangi resiko penyakit" Sina merapikan mejanya bersiap untuk pulang. tak lama maudy datang untuk turut serta dalam obrolan antara ayah dan anak ini. sejauh ini mereka terlihat seperti itu, dalam pikiran Maudy.

"masa sih?" celetuk Maudy.

"iya mba, beneran" Sina nampak bersemangat.

"bodoooo" jawab Maudy dan mas Furqan kompak. sontak mereka mendapat pukulan ringan dari Sina. wajahnya memerah, perpaduan malu dan kesal.

"ihh.. kok pada nyebelin sihh! aku marah pokoknya marah" Sina bersungut sambil bersendekap. bibirnya mencuat hampir 5centi.

"ciee, ngambek" ledek Maudy.

"eh, dy. Sina kalau marah makin cantik ya?" salah satu bagian dari strategi mas Furqan. matanya melirik Sina yang masih bertahan dengan wajah cemberut. mereka pikir Sina akan luluh. tentu tidak. tapi bisa jadi Sina terpengaruh.

"ga ngeffek, mas" jawab Sina acuh. tak lama ia mendapat usapan lembut di puncak kepalanya.

"udah udah.. dilanjut besok aja marahannya" Rupanya Maudy menengahi.

"pokoknya aku masih marah sama mas furqan" Sina berjalan beriringan menuju pintu keluar diiringi tawa puas mas Furqan yang berhasil mengerjai Sina.

"kamu ga dijemput kan hari ini? bareng aku aja ya?" tawar Maudy disela perjalanan mereka di sepanjang koridor.

"engga kok, mba. oke deh aku mau"

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang