15. gerbang rahasiaNya

21K 1.4K 35
                                    


Gadis itu memandang bayangan dirinya pada cermin besar dihadapannya. ditatapnya sekali lagi setiap inci perubahan dalam dirinya tersebut.
wajah yang jarang tersentuh kosmetik, dan kini benda itu menyulap wajahnya menjadi seperti sosok yang bahkan tak dikenalinya. ia mengabsen satu persatu. hidung paruh burung elang itu, semakin terlihat memanjang. kedua pipinya yang sering ia keluhkan karena terlalu chubby, kini nampak agak tirus namun tetap berisi. bibir sensualnya yang biasanya hanya diberi jatah olesan madu, kini nampak lebih memerah ranum karena sentuhan lipstick. mata yang biasanya nampak sepi karena hanya terisi goresan celak milik ibu, kini nampak ramai dihuni pasukan kosmetik yang semakin mempercantik wilayah tersebut. hanya saja, untuk bagian alis. ia menolak untuk di kerik. ibu pun juga menyarankan agar sebaiknya tidak di kerik. cukup dirapikan dengan pensil alis.

dan sungguh, ini bukan Sabriana Cahaya yang ia kenal. kemana perginya gadis hyperaktif itu? yang dilihat di cermin saat ini adalah Sabriana Cahaya yang lembut. yang kalem. dan anggun pastinya.

tepat dihari ini. hari dimana Sabriana Cahaya melepas masa lajangnya. hari dimana Sina memulai hari barunya bersama sosok baru yang akan resmi menjadi teman hidupnya. pelengkap hidupnya. sahabat sekaligus suami terbaiknya. walau rupa sosok imamnya itu masih membawa tanda tanya di dalam pikiran. saling menebak dalam hati. hati dan logikanya terkadang berdebat tentang sosok misterius yang tak kunjung tiba.
Sina melihat jam dinding di kamarnya. masih ada satu jam lagi untuk menunggu rombongan mempelai pria datang. jam dinding itu pun mungkin akan protes karena sina berulang ulang memandang ke arahnya. waktu terasa berjalan lambat bak siput. ia ingin proses ini cepat terlaksanakan. menunggu itu membosankan. Sina mulai gusar tidak karuan, sampai sampai wanita paruh baya yang tengah melukis tangannya dengan henna pun mengingatkan berkali kali agar ia tetap tenang. tapi tetap tidak bisa. walau fisiknya berdiam, hatinya tidak karuan. ada gugup. malu. nervous. ingin pipis bahkan jika semua dipadu menjadi satu, membuat dirinya mual ingin muntah.

"bu, rombongannya masih lama ya?" Sina menahan pergelangan tangan ibu yang baru saja melewati dirinya. ibu tersenyum hangat kemudian mensejajarkan dirinya dihadapan Sina.

"belum, sayang" ibu mengusap lembut puncak kepala Sina. kepala yang sudah ditumpangi mahkota kecil berkilau dipenuhi swarovsky yang indah. dibelakangnya menjuntai indah khimar berbahan sutra memanjang memenuhi hampir setengah tubuhnya. tubuh indahnya terbalut gaun pengantin cantik perpaduan warna putih dan gold. warna putih nampak mendominasi. "kamu udah ga sabar ya" ledek ibu mencolek hidung bangir Sina. wajah gadis itu memerah ditambah karena sentuhan blush on.

"Sina gugup, bu" Sina menepuk nepuk pahanya. bibirnya tergigit sedikit dikit. ibu pun duduk tepat disebelahnya "anak ibu yang cantik. bershalawatlah. agar kamu merasa tenang" Sina menurut. ia memejamkan kedua matanya seraya mengagungkan Nabi besar Muhammad Saw. tak lupa berdzikir seraya memuja Sang pembolak balik hati ini. masih dalam keadaan mata terpejam. salah satu kerabat datang tergesa gesa.

"mbak'yu, rombongannya sudah tiba" Sina membuka matanya cepat. jantungnya tiba tiba saja semakin berdetak di atas normal.

"yasudah, kamu disini saja ya, ndhuk" ibu mengusap punggung sina setelah akhirnya ia turun menemui keluarga mempelai pria. hanya ada dirinya dan Aufa di dalam kamar.

di dalam kamar, Sina hanya bisa berharap harap cemas seraya mendengar suara suara di bawah sana. ia mendengar suara dari wakil dari keluarga pria memberi sambutan. dan tak lama setelah itu sambutan dari perwakilan juru bicara keluarganya memberi sepatah dua patah kata. Sina tertunduk seraya berulang kali menarik hembuskan nafas. menyebut kalimat Allah berulang ulang sementara kedua tangannya bergerak abstrak memainkan ujung gaun pengantinnya.

"dan bapak Ibnu--selaku ayah dari Sabriana Cahaya--yang akan menikahkan langsung putri satu satunya ini dengan Azka Syandana Prama"

namanya Azka? nama yang bagus. semoga sebagus akhlaknya. Sina mendengar dari kamarnya. satu bocoran yang menyenangkan. kesan pertama ia menyukai nama itu. Sina terdiam memasang telinga lagi.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang