24. Tamu penebar luka

21.4K 1.1K 40
                                    

walimah berjalan dengan lancar. semua terlaksana dengan nyaris sempurna. pihak WO menjalankan tugas mereka secara profesional. yang lebih memuaskan bagi Sina ketakjuban dirinya berada di atas pelaminan megah dengan nuansa serba bunga mawar putih. sesuai dengan makna namanya. dekorasi didominasi dengan warna putih dan soft pink. secara khusus sina memilih warna itu. karena sewaktu SMP, ia pernah memimpikan menjadi seorang pengantin diantara mawar putih dan ribuan warna pink mengelilinginya. tak lupa sang pangeran surga yang mendampinginya.

Sejenak gadis itu berpikir. kebahagiaan tak melulu soal harta maupun tahta. tak melulu soal uang atau apapun yang bisa dibeli dengan benda mati tersebut. kebahagiaan hanya sekedar mensyukuri apa yang Tuhan berikan. Sina setuju dengan beberapa pepatah mengatakan 'bersyukurlah maka kamu akan bahagia. bukan bahagia dulu baru bersyukur' kurang lebih seperti itu. keluarga yang harmonis. suami yang bertanggung jawab namun menyebalkan adalah secuil kebahagiaan Sina. bahkan jika ia boleh memilih, dia tidak ingin acara walimah dibuat terlalu mewah. terkesan berlebihan menurutnya. tapi sebagai wanita ia tentu mengerti sekali keinginan Dana untuk bisa membahagiakan istrinya. dan siapa yang tahu, Dana menjadi satu satunya pria yang selalu membuatnya jatuh cinta berulang kali.

dan setelah seminggu kemudian, Sina juga Dana beserta dua keluarga besar Prama dan keluarga Raharjo berkumpul di kediaman yang kini resmi menjadi kediaman Sina dan Dana. kejutan kali ini, Dana membangun sebuah rumah dibilangan jakarta selatan. rupanya sejak dirinya di angkat menjadi manager perusahan, dia sudah merencanakan membangun rumah impian tersebut. kini dia juga Sina tinggal memanen hasilnya.

"jadi keputusan kalian untuk tinggal disini sudah bulat? sudah dipikirkan matang matang?" Prama meyakinkan kembali keputusan putra dan menantunya tersebut.

"iya pa. kami ingin belajar mandiri. kami ingin belajar mengatasi kerikil kerikil tajam yang sudah menunggu rumah tangga kami" jawab Dana bijak disertai kuluman senyum menawan.

"rumah ayah bakal sepi deh" Ibnu mendesah "tidak ada yang bisa ayah bully lagi nanti" Sina yang melihat ekspresi ayah seketika meleleh kemudian duduk disebelahnya.

"nanti sina bakal sering ke rumah ayah kok. trus ayah bebas ngebully sina lagi" hibur Sina memeluk lengan Ibnu erat.

"Ibnu, betul kata putrimu. kamu kan juga bisa mengunjungi mereka sesekali. mulailah dari sekarang agar mereka bisa membangun rumah tangga yang harmonis" prama menyarankan. Ibnu mengangguk kecil "baiklah. tapi kalian belum memberi kami satu hadiah lagi" ucapan Ibnu misterius. kedua pria paruh baya itu saling melirik aneh satu sama lain. senyum mereka layaknya seringai harimau yang menakutkan.

"segera beri kami cucu"

sekarang siapa yang lebih bersemangat? yap! siapa lagi kalau bukan Dana. kini yang berseringai tidak hanya dua, melainkan tiga.

ditengah kerumunan pria berbahaya, suara bel pintu menyelamatkan Sina. Dana yang hendak berdiri menuju sumber suara

"biar aku saja mas yang buka" Sina langsung berdiri dan keluar rumah menuju pagar. sina mendapati seorang wanita berdiri disana. bayangannya samar. Sina mempertegas penglihatannya. wanita itu membelakanginya.

"maaf, anda siapa ya?" wanita itu pun berbalik. sorot mata tajam itu menjadi penyambut kehadirannya.

"sudah lupa sama aku?" Sina tahu betul si pemilik suara tersebut. ia mengumbar senyum hangat seraya mendekat wanita tersebut.

"mba Maudy apa kabar? kangen ihh" Sina memeluk erat tubuh mungil wanita yang sudah lama tidak bertemu sejak dirinya menikah dengan Dana. Maudy tidak membalas pelukan itu. ia berdiri kaku seperti patung.

"ayo mba kita masuk. aku mau cerita ban,---"

"brugh!!" ucapan Sina terpotong bersamaan dengan tindakan Maudy mendorong tubuh Sina hingga gadis itu ambruk dalam keadaan meringkuk.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang