12. awal yang berakhir A

21.7K 1.3K 47
                                    


tepat dihadapan Sina adalah jendela besar mengarah pada pemandangan kota di selimuti langit yang masih dalam biru segar. gumpalan awan berarak seperti kapas. ia duduk di kursi dekat meja besar beralas kaca. tubuhnya terduduk kaku dikursi empuk yang seharusnya membuatnya nyaman. suhu Ac di ruangan tersebut menjalar mengabsen bulu bulu halus ditangannya hingga membuatnya merinding.

sosok yang ia tunggu belum menampakan diri juga. setelah setengah jam sebelumnya, Dana meminta dirinya segera ke ruangannya. tapi yang didapat hanya kekosongan. Sina tidak melihat tanda tanda keberadaan Dana disana. akhirnya ia memutuskan untuk menunggu.
selagi menunggu, Sina menyapu ruangan kerja miliki manusia Es tersebut. ruangan yang besar dan sangat rapi. Sina memandang pigura pigura yang menghiasi dinding kokoh disana. ada beberapa kaligrafi bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad. pandangannya berjalan pelan menyusuri, hingga mendarat pada meja dihadapannya. ada pigura berukuran kecil membelakanginya. Sina mencoba membalikan posisi pigura itu. kedua matanya memicing seraya mencermati 4 sosok yang ada dalam foto tersebut. belum sempat otaknya meloading, Sina dikagetkan dengan suara dentuman pintu. ia buru buru meletakan pigura itu pada posisi awal. walau tidak serapi sebelumnya.
sepertinya dalam foto tadi ada satu sosok yang begitu familiar.. ah! hanya perasaan saja.

"maaf membuatmu menunggu lama" Dana berjalan mantap menuju kursi kebesarannya. Sina mengangguk.

"ada perlu apa bapak meminta saya kesini?" bersama keberanian yang sudah ia siapkan sebelum pria itu tiba, Sina berhasil menatap Dana. dalam waktu sekejap, ia mengabsen setiap inci keindahan makhluk dihadapannya saat ini. wajahnya nampak bercahaya karena effek sinar tajam yang timbul dari balik jendela. semakin menguatkan kharismanya. wajah cekung yang unik itu membuat Sina ingin berlama lama bermukim disana. ingin menjadikan hidung bangirnya sebagai perosotan yang dijadikan mainan anak anak. itu bukan pujian, ingat! hanya mendikte kenyataan yang ada. ya keindahan yang nyata di dunia yang fana. buktinya, ia hampir di mabuk kepayang dibuatnya. pesona itu Dana seperti arak yang memabukan.

"saya ingin mengatakan sesuatu. mohon maaf sebelumnya jika nanti ucapan saya ada yang menyinggung perasaan kamu" Dana sudah mewanti wanti. jujur ia ragu untuk mengatakan hal ini. andai gadis itu tahu bahwa sedari tadi selama ia menunggu, Dana hanya berdiri dibalik dinding seraya mengatur nafas mempersiapkan mental dan keberaniannya.

"insya Allah, pak. katakan saja" Sina menjawab tenang. tapi siapa yang tahu bahwa perasaannya sedang tidak karuan. terlihat dari jemari gadis itu bermain abstrak di atas meja. apa yang hendak dkatakannya?

"kamu yakin?"

Sina ingin protes pada Dana, agar segera mengatakan maksud dan tujuannya, tanpa harus bertele tele. jika ditanya yakin atau tidak, jujur ia tidak yakin. pria misterius seperti Dana jika diumpamakan seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja.  dan entah mengapa keberadaan Dana dihadapannya selalu memberi reaksi tubuh yang aneh. seperti reaksi kimia yang mengejutkan.

" sebaiknya bapak katakan sekarang. pekerjaan saya sudah menunggu" Sina berhasil menutupi kegugupannya. merasa didesak, Dana menghrla nafas panjang.

"mana berkas data lengkap seluruh karyawan yang saya minta?" ujarnya santai.
detik betikutnya setelah kalimat itu berakhir, Sina hanya bisa menunjukan raut bodoh. matanya berkedip seraya menganga kecil. apa itu yang ingin ia katakan? semoga saja bukan.

"hanya itu?" Sina mengertkan dahi "bapak hanya ingin menanyakan itu?" Sina meramal isi kepala pria dihadapannya sekarang.

"iya. memang kamu pikir apa?" dengan wajah tanpa dosa Dana membenarkan posisi duduknya. ia menyandarkan diri pada kursi empuk disana. membiarkan Sina terbengong bodoh. menebak nebak bahkan mengumpat dalam hati seraya mengutuk Dana agar segera musnah dari bumi ini. manusia Es itu harus segera musnah. atau tidak,akan semakin banyak korban atas sikap menyebalkannya itu. jika hanya untuk menanyakan hal itu, untuk apa ia menunggu hampir setengah jam disini. berlama lama dengan kegugupannya. belum lagi kalimat kalimat pembuka yang ia lontarkan secara sok misterius. bukankah itu menyebalkan? ralat! sangat menyebalkan.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang