8. satu menuju Sempurna

20.6K 1.4K 20
                                    

"fa, berkas yang disana udah lo rekap belum?" Idzar menunjuk nakas yang letaknya tak jauh dari posisi ia duduk. Aufa menoleh. menghentikan aktifitas menulisnya.

"belum. emang ini apa?"

"yasalam.. " Idzar mendongak lalu bersandar pasrah pada kursi empuk di ruang kantor pengajar sekolah alam Al anwar. "itu list achievement siswa. jadi belum lo rekap sama sekali?" Idzar mulai panik panik lebay. sebagai ketua pengajar, ia memang diberi tanggung jawab penuh atas semua perkembangan siswa baik secara praktik maupun akademis. wajar saja jika Idzar shock seperti itu. menjalani 3 aktifitas membuatnya harus pandai pandai mengatur waktu. dari pekerjaannya di Prams Coorporation. kegiatan mengajar di sekolah alam Al anwar dan statusnya sebagai mahasiswa fakultas ilmu tarbiyah dan keagamaan.

"emang mau diinput kapan? bukannya itu buat minggu depan ya? " Aufa menampakan wajah cemas. dan rasa bersalah tentunya. ia pikir berkas itu akan diinput jauh jauh hari.

"rekapan minggu depan ada sama gue. gue ngehandle bagian itu karena kemungkinan gue ga bisa ikut hadir di kegiatan berikutnya. dan berkas itu mau di input hari ini" jelas Idzar masih dengan kesabaran yang luar biasa.

"oke oke" Aufa mengangkat kedua tangan ke udara lalu beranjak menuju nakas dimana berkas itu diletakan "bakal aku rekap sekarang" gerakannya sedikit grasa grusu. matanya bergerak gerak sibuk menumpuk beberapa berkas menjadi satu tumpukan yang rapi. jujur, perasaannya kali ini antara merasa bersalah, takut, dan cemas berkumpul jadi satu lalu menyerang daya pikirnya. Aufa tipikal gadis yang gampang panik jika menyangkut tanggung jawabnya. baginya Amanah adalah kepercayaan. dan kepercayaan membutuhkan kejujuran sebagai modal awal.

"sebaiknya lo minta bantuan Sadam. mumpung dia lagi nganggur" saran Idzar

"kayaknya ada yang nyebut nyebut nama gue nih. ada apa?" sosok pria bertubuh tinggi cungkring memasuki ruangan. pria itu Sadam. jangan berpikir wajahnya seperti pemeran Sadam di film petualangan Sherina. karena Sadam Subangkit ini memiliki wajah yang--kalau anak muda bilang itu--baby face. baby face berjanggut mungkin. karena Sadam mempunyai ciri khas janggut yang jarang jarang.

"eh, dam,dam bantuin Aufa ngerekap list achievement hari ini, dam" perintah Idzar seperti bos bos besar. tangannya menunjuk nunjuk ke arah Aufa yang sedari tadi sudah ambil start mengerjakan rekapannya.

"kenapa bukan lo aja sih?"

"gue sibuk. waktu gue ga banyak. udah buruan, si jenggot" cibir Idzar melotot pada Sadam.

"aah, ulet bulu!"

"muka pucet!"

"mata ilang!"

"bodo, yang penting ganteng" Idzar tak mau kalah. Sadam pun bukan manusia yang gampang menyerah. ia hendak membalas Idzar dengan memukulkan sarung yang sedari tadi ditangannya kemudian ia mengulurkan sarung tersebut agar memantul dan memecut kaki Idzar.

"yasalam.. Sadam.. !! jangan sampe ini stempel melayang ke jenggot lo nih" idzar melotot menyeramkan. sedang si manusia berjenggot Sadam terkekeh geli. tawanya terbahak bahak tidak karuan.

Aufa yang melihatnya tersenyum senyum sendiri. mereka seperti kakak beradik yang usil. selagi mengerjakan rekapan, Aufa memerhatikan Idzar diam diam melalui sudut matanya. Idzar tidak sekaku yang ia pikir. ia humble. tegas. berjiwa pemimpin dan mampu bersosialisasi dengan baik pada lingkungan. Aufa mendikte satu persatu keistimewaan Abidzar Ahda dalam hatinya.

dalam waktu satu jam, Aufa berhasil menyelesaikan rekapannya. dibantu Sadam juga pastinya. walau Sadam hanya mengerjakan dua lembar saja.

"thanks ya, fa. setelah ini tinggal gue input semaleman di rumah" ungkap Idzar memasukan lembaran lembaran pada tas punggung berwarna hitam.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang