lantunan surat Ar rum terdengar indah di salah satu frekuensi radio swasta. Dana memperbesar volume tape mobilnya. setiap ayatnya seolah mengabsen saluran indra pendengaran Dana menuju bagian bagian tubuh. tubuhnya bergetar namun masih mampu dikendalikan. sejenak ia memejamkan kedua matanya, tangannya aktif berada pada stir mobil. menyusuri jalanan kota yang selalu menyuguhkan kemacetan. menyuguhkan nyanyian abstrak yang berasal dari klakson kendaraan. menyuguhkan umpatan umpatan kasar ulah para pelaku pengendara yang merasa waktunya lebih berharga jika hanya untuk bermacet seperti ini. sebaiknya renungkan saja diri mereka sendiri. mereka bisa menghindari permasalahan lalu lintas ini, jika mereka mau berangkat lebih awal. itu juga yang seharusnya dilakukan Dana. namun nyatanya, Dana menjadi bagian dari pengendara di jalanan sana yang harus meratapi nasibnya bersama kemacetan ini.
surat Ar rum itu masih mengalun mengisi seisi ruang dalam mobil. cukup menjadi penenangnya kala hati ingin sekali meneriaki jalanan kota atau mungkin lampu lalu lintas di ujung sana dan mengumpatnya. Dana mengeluarkan kepalanya melewati jendela mobil. ia menghela nafas frustasi ketika mendapati deretan mobil memanjang jauh hingga jarak sekitar 5km. kalau tahu akan seperti ini, ia memilih untuk ikut bersama Idzar menaiki motor saja. menghemat waktu dan bahan bakar, pikirnya.
selagi menikmati kemacetan, pandangan Dana tertuju pada seseorang yang menarik perhatiannya. seorang gadis berjalan tergesa gesa menyusuri trotoar jalan. tanpa menegaskan lagi, Dana mengetahui siapa gadis di seberang sana. ia hafal betul dari cara ia berjalan.
tiba tiba saja dua sisi dirinya berdebat. apakah ia harus menemui gadis itu lalu memberinya tumpangan, atau ia biarkan saja berpura pura tidak melihat? tapi ia sudah terlanjur melihat. mana mungkin ia membiarkan gadis itu berjalan sendirian. dimana letak kemanusiaanmu? sisi lain dana menyudutkan dirinya. Dana melongokan lagi kepalanya keluar jendela. kondisi tidak berubah, mobilnya tidak jalan sejengkal pun. waktunya pun tidak banyak. sepertinya kemacetan belum berakhir sampai ia bisa mengajak gadis itu ikut bersamanya. semoga saja."aya"
gadis itu mencari sumber suara yang memanggil namanya. dari cara ia memanggil, ia tahu betul siapa orang yang memiliki kuasa penuh atas nama itu. dan dugaannya benar. ia melihat Dana berjalan tergesa gesa menyebrang jalanan di tengah kemacetan lalu menghampirinya.
"pak Dana?" Sina menyipitkan matanya karena pagi ini matahari sepertinya tiba lebih dulu memberi sinar yang menusuk. "bapak sedang apa disini? bapak jalan kaki juga?" pertanyaan bodoh macam apa itu? bisakah ia berpikir bahwasanya seorang Dana, berjalan kaki? tunggu sampai maroon5 mengeluarkan album religi.
"saya ingin memberi kamu tumpangan. mobil saya ada disana terjebak macet"
tunggu! Sina memutar otaknya sejenak. sepertinya itu bukan tawaran yang logis ataupun menguntungkan. coba saja pikir, ingin memberi tumpangan disaat kendaraan terjebak macet. dimana sisi menguntungkannya? bukankah itu malah membuatnya semakin telat lebih lama?"bagaimana kalau bapak ikut saya saja, kita berjalan kaki" Sina berusaha memberi solusi--yang setidaknya--lebih baik. ngomong ngomong, mendengar ungkapan 'kita' dari gadis itu, ada perasaan aneh dalam diri Dana. seperti ada seseorang yang menaburi bunga bunga dalam hatinya. bolehkah ia tersenyum hari ini? sebaiknya jangan dulu.
"tidak bisa. saya tidak terbiasa berjalan kaki" Sina baru tersadar bahwa sosok Dana kembali seperti semula. Es tetap saja Es. tidak bisa menghangat karena takut mencair.
"yasudah kalau begitu saya berjalan kaki saja" Dana terkesiap dengan keputusan itu "kamu menolak tawaran saya?" tanyanya disertai sorot mata sayu namun tajam. Sina butuh seseorang untuk menyadarkan dirinya dari pesona pria dihadapannya saat ini.
"maaf pak. tapi terimakasih sekali atas tawarannya" Sina tersenyum lalu melangkah pergi.
"saya tidak suka ditolak" baru dua langkah, Sina berbalik mendapati Dana tengah bersedekap angkuh memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya bertasbih
EspiritualWanita mana yang ingin menikah melalui proses perjodohan? kurasa tidak ada. ya, tidak ada! Namun prediksi ku meleset sampai akhirnya aku menemukan wanita yang kurasa ia didatangkan dari zaman Siti Nurbaya. -Azka Syandana Prama- Disaat wanita lain me...