9. Es yang menghangat

21.3K 1.4K 6
                                    

Sina terlihat menata meja kerjanya sedari tadi. tanganya begitu aktif bekerja pada meja persegi beralaskan kaca tebal. ia menata segala benda yang ada disana agar lebih terlihat sedap dipandang. ia menaruh pigura mini berwarna soft pink, sedetik ia tersenyum menatap wajah wajah dalam pigura tersebut. ayah, ibu juga dirinya. foto itu diambil saat dimana Sina melaksanakan Wisuda.  kegiatannya pun beralih menata peralatan ATK. segala alat tulis ia taruh pada benda berbentuk tabung berukuran kecil. benda itu ia letakan dekat pigura. tak lupa Sina menyempatkan diri untuk membeli pajangan sekedar mempercantik mejanya. pajangan berbentuk alquran berwarna pink metalic.

semua ini ia lakukan karena pagi tadi beberapa staff kantor ramai membicarakan bahwa siang ini Presiden Direktur Prams Coorporation akan melakukan kunjungan. Sina pikir, jabatan pak Dana adalah jabatan tertinggi di perusahaan ini. rupanya di atas langit masih ada langit.

tepat setelah Sina membuang sampah berupa sobekan kertas pada tempatnya. saat itu juga semua pegawai yang mengisi ruang HRD spontan berdiri hormat. pandangan mereka mengarah pada tiga orang yang kini memasuki wilayah bagian HRD. tubuh Sina bereaksi secara spontan turut bergabung bersama mereka untuk berdiri melakukan penyambutan.

tiga orang itu terdiri dari Presiden Direktur--yang bernama Arga Prama. dibelakangnya, ada Dana yang mengikuti. dan disebelahnya ada Maudy sebagai assisten manager. mereka berjalan santai namun pasti. disambut sapaan selamat siang serta senyum dari para pegawai.

"apa ada perkembangan dari divisi ini?" suara berat Arga itu mengisi keheningan juga ketegangan yang tercipta disana. ia memberhentikan langkahnya tak jauh dari posisi Sina berdiri. sebisa mungkin gadis itu tidak menunjukan kegugupannya. jujur, sekarang ini kakinya mengalami gempa. getaran getaran kecil begitu terasa menguasai daerah lutut. sina sempat memberi pukulan pada lutut kanannya agar berhenti berulah.

"tentu ada pak. setiap tahunnya kami mengadakan seleksi ulang atau semacam test bagi seluruh pegawai. seleksi itu bertujuan agar  perusahaan kami mampu menciptakan sumber daya manusia yang kompeten. dan melalui seleksi ulang tersebut, akan terasah lagi kemampuan kemampuan bekerja mereka sesuai dengan tata tertib yang harus di taati, prosedur yang harus dijalani dan visi misi perusahaan. karena kami memilki prinsip seperti pisau yang akan semakin tajam jika terus di asah. begitu juga hal nya dengan manusia, pak" penjelasan Dana begitu lugas. tegas dan berwibawa. tidak ada cacat sedikitpun. semuanya terucap spontan namun pasti. Sina hampir takjub dibuatnya. sungguh berbeda dari kesan pertama Sina melihat Pria itu. baginya, ia seperti bongkahan gunung es besar yang tumpah di lautan es. bayangkan betapa dinginya. juga sosok yang kaku. bahkan ia sempat menganggap pria itu sulit bersosialisasi. terbukti sekali sewaktu Dana menolongnya pada tragedi toilet pria seminggu yang lalu.  bahkan Dana pun membuang muka saat Sina mengucapkan terimakasih. alih alih mendapat respon yang baik, pria itu malah pergi begitu saja. mungkin ia malu. tapi bukankah yang seharusnya lebih malu adalah Sina? ya, urat malu Sina memang sudah hampir berkarat lalu putus.

"lalu usaha apa yang dilakukan untuk mendapat bibit bibit baru yang berkompeten? tidak mungkin hanya dengan mengadakan seleksi setiap tahun. karena setiap pegawai memiliki masa kerja tertentu bukan?" Arga berbalik. pandangannya menyapu seluruh ruangan. mengamati setiap penjuru. wajahnya sangat tegas namun hangat. tidak ada sisi angkuh sedikitpun. semua itu tersimpan dibalik umurnya yang kurang lebih hampir menuju 50 serta tubuhnya yang besar dan tinggi. berbeda sekali dengan Dana.

"kami melakukan seleksi ketat dalam memilih calon calon pegawai.  tidak hanya melalui test tertulis, psikotest, ataupun wawancara. tapi kami juga melakukan training dalam kurun waktu beberapa hari. training tersebut berguna agar pegawai mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungan kerja dan tentunya dengan pekerjaan mereka nantinya, pak" penjelasan Dana berikutnya mendapat respon baik dari Arga. Arga mengangguk paham. sepertinya ia mendapat jawaban yang sangat memuaskan dari pria berwujud Es tersebut.
kemudian Arga pun berjalan menuju pintu keluar diiringi Dana dan Maudy.
ketiganya berjalan melewati dimana Sina berdiri. sejenak, ia merasakan aura berbeda ketika Arga juga Dana melewati dirinya. jantungnya terasa aktif dalam bekerja. lidahnya kaku. bahkan untuk tersenyum pun terasa sulit. ia merasa Arga dan Dana tengah memperhatikan dirinya. mencoba memberanikan diri, Sina pun mendongakan wajahnya. dugaannya hampir tidak meleset. bukan Arga yang menatapnya. melainkan Dana. walau hanya dalam beberapa detik. ia bisa merasakan aura berbeda dari tatapan pria itu. sorot matanya bak sihir yang memiliki kekuatan es yang bisa membekukan siapapun. jika diibaratkan, Dana itu seperti ratu Elsa versi pria. dan rupanya imaginasi Sina mulai kebablasan. semua ini gara gara Dana si Manusia Es..

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang