17. telur, wortel atau kopi?

21.4K 1.3K 19
                                    


Dana menerima telepon dari Idzar yang sudah masuk bekerja lebih dulu. tadinya Dana ingin memberinya amanat untuk menghandle Prams Coorporation sementara. tapi Idzar menolak. ia masih ingin merahasiakan jati dirinya sebagai anak kedua dari direktur utama Arga Prama. ia lebih nyaman menjadi karyawan biasa sekaligus berstatus mahasiswa. mungkin hanya beberapa staff kepercayaan Dana yang tahu. dan mereka bisa menjaga rahasia pastinya.

"jangan biarkan dia resign. tunggu perintah dari gue. gue pengen dia berbicara langsung sama gue. koordinasikan dengan pak Sastra kepala HRD" Dana memutar tubuhnya. kini menghadap jendela. melihat pergerakan bunga daisy tertiup angin. "atau nanti gue yang hubungin pak Sastra, deh"

"trus lo kapan mulai kerja lagi?" suara idzar dari seberang sana.

"masih lama kayaknya"

"betah" celetuk Idzar. "jangan lama lama bang" Idzar memakai kaos kaki dan sepatunya selepas sholat. ponselnya ia kepit diantara telinga dan bahu.

"iya bawel" jawab Dana berbalik menemukan Sina berjalan menghampirinya. merasa tidak ingin diganggu, Dana mematikan teleponnya.

"telepon dari siapa?"

"dari Idzar. dia memberi tahu kalau Maudy ingin resign" Dana duduk di tepi ranjang beserta Sina. awalnya sina kaget ketika Dana menyebut nama idzar. tapi ia baru menyadari bahwa Idzar adalah adik iparnya, sekaligus adik dari suaminya. mas Dana. dan kenyataan lainnya yang ia sesali adalah Arga prama--selaku presiden direktur tempat ia bekerja--adalah ayah mertuanya. mengapa hidup dibuatnya sempit sekali ya?

"mba Maudy mau resign? kok bisa?" sina melonjak. satu lagi yang baru saja sina sesali, yaitu kabar buruk ini. padahal Sina ingin mengundang Maudy secara khusus untuk datang di acara Walimahnya nanti. tapi pada kenyataannya justru Maudy berniat menghindari moment menyakitkan itu.

"entahlah. aku ingin mendengarkan langsung alasan dia mengundurkan diri selepas aku menyelesaikan masa cuti nanti"

"kali ini aku setuju sama kamu. selepas masa cuti ku habis. aku juga bakal serbu mba Maudy. aku bakal desak dia. kalau perlu aku ancam dia agar membatalkan keputusannya" ujar Sina menggebu gebu. Dana yang melihatnya hanya menatap heran dalam waktu lama. alisnya saling bertaut.

"jangan menatapku seperti itu. tatapan kamu menyeramkan." sina risih mendapat tatapan aneh dari suaminya tersebut.

"kamu yakin lusa akan masuk kerja?" pertanyaan yang aneh. perlukah sina menjawabnya? terkadang Dana suka mengajukan pertanyaan yang seharusnya ia sudah tahu.

"tentu saja. bukankah kamu sendiri yang memberiku masa cuti hanya tujuh.. hari ?? heum?" pada kata tujuh hari dibuat berlebihan. ada penekanan disana. sengaja agar Dana merasa bersalah sudah memberi cuti istrinya seingkat itu. setelah ini pasti Dana menyesal karena tidak bisa berdua lebih lama lagi dengan Sina.

"kamu tidak akan bekerja, ay" Sina mulai berani menaruh tangannya bertumpu pada bahu Dana. menuntut penjelasan.

"jadi kamu akan menambah masa cuti ku?" sina nyaris bahagia. matanya berbinar. setelah ini pasti Dana akan menambah masa cuti dirinya. kemenangan sudah didepan mata.

"tidak juga" jawab Dana enteng sambil mengamati wajah istrinya dalam jarak dekat.

"lantas?"

" kamu tidak akan bekerja selamanya tuan putri" Dana mencolek dagu istrinya. Sina refleks menarik tangan dari pijakan tubuh dana, memberi sinyal protes. pasti ada yang tidak beres. pikirnya

"aku sudah membuat surat pengunduran diri kamu. sedang dalam proses. kemungkinan besok sudah jadi" Dana menarik lagi tangan istrinya agar kembali pada posisi sebelumnya. sebelum itu ia mengecup singkat jemari lentik sina satu persatu.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang