14. setengah menuju sempurna

19.5K 1.3K 27
                                    

Sina berjalan terburu buru menyusuri area produksi menuju ruang kepala HRD. ini kedua kalinya ia melewati area produksi, setelah sebelumnya ia melakukan kegiatan training di area ini. areanya sangat besar. terdapat banyak line. kurang lebih ada 20 line berjajar rapi. setiap stasiunnya diisi satu hingga dua orang karyawan. tentunya dengan bagian yang berbeda. berhubung area produksi ini adalah departemen Audio. ada stasiun kerja yang mengerjakan bagian speaker. stasiun kedua mengerjakan proses penyolderan komponen. stasiun lain mengerjakan bagian packing.
satu yang menarik perhatian sina selagi berjalan melewati para pekerja disana adalah stasiun yang mengerjakan tali temali. tali putih menyerupai benang tersebut dibuat simpul yang begitu rumit lalu dikaitkan pada spring yang amat kecil. setelah itu simpulan tali tersebut masih harus dililitkan pada part bernama casis. rupanya lilitan pada casis itu digunakan sebagai penggerak tuning pada radio. tuning adalah jarum penunjuk frekuensi yang terdapat pada bagian depan radio pada umumnya. Sina terkagum pada kinerja mereka. gerak tangannya begitu cepat. seolah berlomba melawan waktu.

sina melanjutkan perjalanannya menuju ruang kepala HRD sambil membawa selembar kertas. ketika melewati ruang gudang finish good, Sina melihat sosok yang sudah dua hari ini tidak masuk bekerja. seseorang yang dua hari yang lalu pula menemui ayahnya untuk melamarnya.

"idzar" Sina menghampiri Idzar yang tengah sibuk menulis nulis lembaran surat jalan yang akan diinput. karena ruang finish good tidak terlalu besar, terlebih ruang tersebut hanya berbatas sekat tembok tanpa atap. seperti labirin. jadi memungkinkan siapa saja masuk tanpa harus mengetuk pintu.

"eh, elo ngapain disini?" Idzar menengok kanan kiri memastikan tidak ada atasan atau kepala gudang yang melihat.

"lo kemana dua hari ga masuk kerja?" sina tak menjawab pertanyaan Idzar. ia berdiri di tepi meja.
"sibuk kuliah. mau ujian gue" Idzar berkelit seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"kata mba Maudy lo sakit. yang bener yang mana?" Sina bersendekap menuntut kejujuran dari idzar.
"iya, sama sakit juga" Sina mengernyit. menaruh curiga pada pria beralis tebal itu "sakit apa?"

"masuk angin" jawabnya disertai senyum lebar menampakan gigi putih nan rapi. sejenak Sina merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Idzar. apa karena penolakan dari ayah waktu itu?

"bukan gara gara gue, kan"? tebak sina aneh. direspon tawa hambar oleh pria itu. "pede sekali anda" jawabnya dengan nada mengejek "pasti lo pikir gara gara lamaran gue ditolak waktu itu ya?" sina mengangguk polos.

"bukanlah" Idzar masih tertawa menyebalkan "gue kan punya Tuhan. ya kali karena itu doang galau, terus ga mau ketemu lo lagi. lo kan ngangenin" Idzar mengedipkan satu matanya genit sambil tersenyum manis. jika ia tersenyum kedua matanya membentuk satu garis lurus.

"baru tahu ya kalau gue itu ngangenin" cibir Sina mengangkat bahu "gue juga kangen. kangen pengen berantem sama lo lagi kangen pengen maki maki lo lagi" selanjutnya ia tertawa puas. Idzar menampakan wajah sebal.

"hah! lucu!" balas Idzar sinis. "lo mau kemana sih?" lanjutnya. Sina pun berhenti menertawakan lelucon garingnya lalu menunjukan selembar kertas ditangannya.
"mau ke ruang kepala HRD, minta tanda tangan ini" idzar mengamati selembar kertas berukuran A4.
"lo mau cuti?"
"iya"
idzar membaca lebih lanjut "cuti menikah?" Idzar menganga terkejut.
belum sempat Sina menjawab, seseorang berjalan menghampiri mereka lalu berdiri tepat diantara mereka. sontak keduanya refleks terdiam kaku.

"sudah selesai bercakap cakapnya?" kalimat dengan nada dingin itu terlontar dari mulut Dana. ia berdiri angkuh sambil berkacak pinggang. Sina dan Idzar menunduk tak menjawab. aura dingin Dana sudah mendominasi sekitar. bahkan ini pertama kalinya Sina melihat Idzar menjadi pria pendiam tidak banyak omong. seorang Dana mampu mengubah karakter seseorang dalam waktu singkat.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang