25. generasi Cahaya

27.9K 1.2K 54
                                    

ini part ending ya ;)
happy reading..  ^^

***

"jadi ayah kamu menerima tiga proposal ta'aruf sekaligus?" Idzar hampir mengeluarkan makanan dari mulutnya. bisa bisanya Aufa memberi kabar mengejutkan ini sampai sampai nasi goreng yang baru disuapnya ingin melompat keluar.
Aufa mengangguk lemah sambil mengaduk ngaduk abstrak bakmienya.

"udah di istikharahin ketiganya?" tanya Idzar terlihat penasaran, setelah meminum air mineral hangat di meja.

"sudah. tapi,.. " Aufa menggigit bibir bawahnya. alisnya saling bertaut. apa tidak apa apa jika ia menceritakannya kepada Idzar? bola matanya bergerak ke kanan ke kiri.

"tapi apa, fa? kamu belum mau cerita ke aku?" daya menebak Idzar tepat sasaran. ada nada kecewa disana.

"semoga setelah aku ceritain, kamu bisa kasih solusi ke aku ya, dzar" pinta Aufa memelas. dari situ ia menganggap bahwa sosok Idzar adalah sosok laki laki penakluk masalah.

"iya Aufa,.." jawabnya meledek disertai cengiran kecil.

"setelah aku istikharah selama kurang lebih dua minggu, aku belum mendapatkan petunjuk apapun, dzar. apa karena aku belum pernah bertemu ketiga orang tersebut kali ya? walaupun ada satu sih, yang udah pernah aku lihat secara langsung wajahnya"

"ohya? siapa?" sahut Idzar meragu. ada keingin tahuan yang mendalam. tapi ada kekhawatiran juga yang terselip di hatinya.

"Abbas" jawaban itu membuat Idzar hampir tersedak. buru buru ia mengontrol diri.

"Abbas mana ya, aku seperti ga asing sama namanya deh"

"laki laki yang sempat akan menikah dengan almarhum sarah, dzar. kamu memang pernah mendengar namanya waktu insiden penculikan sina itu. tapi kamu belum pernah melihat wujud abbas itu seperti apa" jelas Aufa.

"lantas? bagaimana dengan dia? sudah ada petunjuk hatikah?" sejenak, Idzar berdoa agar Aufa menjawab tidak atau belum. entah ambisi dari mana. hanya saja, cerita Aufa hari ini seperti taburan garam di atas sebuah luka. perih.

"nihil. sama saja dengan yang lain" Idzar menghela nafas kecil. secuil kelegaan menari nari dalam tubuhnya.
Aufa terdiam setelah itu. menunggu bagaimana tanggapan Idzar. tapi nampaknya pria itu masih sibuk menikmati sisa dua suapan terakhir nasi goreng kambing kesukaannya.
mata Aufa berkeliling sejenak mengamati pengunjung warung makan sederhana yang tak jauh dari kampus. biasanya jam jam segini, Tsabit sudah standby disini untuk bertemu Idzar. tapi ia belum melihat tanda tanda keberadaannya.

"pasti kamu nunggu solusi aku kan?" Idzar menaik turunkan alisnya seraya mengulum senyum. ia menghabiskan segelas minumannya.
"oke. mungkin sedikit solusi dari aku ya. tapi sebelumnya aku tanya dulu sama kamu" Idzar melipat kedua tangan di atas meja. menatap Aufa tajam "apa kamu sungguh sungguh akan menikah dengan salah satu kandidat pilihan ayah kamu? walaupun sampai saat ini atau besok dan seterusnya kamu tetap tidak menemukan jawaban sekalipun?"

ada harapan lain dari pertanyaan itu. Aufa menipiskan bibirnya seraya memutar otak. menyinkronkan hati dan logikanya.

"engga tahu" jawab Aufa menggeleng kecil. Idzar tersenyum hangat.

"ikuti kata hati kamu aja fa. kalau sampai sekarang hati kamu belum menunjukan tanda tanda untuk salah satu dari mereka, yauda biar waktu yang menjawab sampai Allah membolak balikan hati kamu dan dilabuhkan dimana hati kamu nanti" solusi bijak yang dilontakan Idzar sedikit menggugah hati Aufa. setiap lontaran per katanya bak mantra pembeku.

"atau jangan jangan kamu sudah punya kandidat lain selain mereka bertiga?" Aufa mencerna sejenak dugaan itu. setelah sadar, ia terkesiap seraya merapatkan bibirnya. dugaan Idzar seperti tamparan kecil untuknya. sedang Idzar yang melihat ekspresi itu mengindikan bahunya sambil menahan tawa.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang