7. jodohkan aku

25.4K 1.4K 12
                                    

Sina menghela nafas panjang menatap layar laptop sekali lagi. namun untuk kesekian kalinya pikirannya tidak fokus pada apa yang dimunculkan layar datar tersebut.
banyak kejutan kejutan yang ia hadapai seharian ini. ketidak percayaannya bahwa Abbas tega menghamili seorang gadis. entahlah apa yang terjadi dengan mereka. Sina masih mengingat bagaimana seriusnya Abbas memperbaiki diri dan akhlaknya. bahkan Sina hampir tidak mengenali pria itu. namun nyatanya, Abbas malah berbuat yang tidak pantas. hati kecilnya sedikit membela. mungkin itu salah satu cobaan dia dalam berhijrah. ketika seorang hamba tengah berusaha menuju kebaikan, maka Allah mengujinya. Sina mencoba untuk ikhlas dan sabar. keduanya sangat sulit. tapi bukan berarti tidak bisa. ia menghela nafas panjang. tak hanya itu, Sina pun baru mengetahui kedekatan Idzar dengan Aufa. rupanya mereka teman satu kampus. dengan fakultas yang sama. fakultas ilmu tarbiyah dan keagamaan. keduanya sama sama kuliah sambil bekerja. kejadian itu baru diketahuinya ketika Sina asyik berbincang dengan Aufa, Idzar menghampiri mereka. dan saat itu pula Sina mengetahui kebenaran yang sempat tertunda.

Sina kembali memandang layar laptopnya. matanya menerawang jauh. bagaimana tidak, tampilan display laptopnya masih terpajang foto dirinya dengan abbas sewaktu berkunjung ke kota tua. dengan gaya sederhana. Sina memegang balon gas dalam jumlah banyak. dari jarak dua meter disampingnya Abbas berpose tengah memandang kagum Sina. bak foto prewedding yang indah. Sina menggelengkan kepalanya cepat lalu mengubah tampilan layar laptop tersebut dengan foto dirinya bersama Aufa. ia tidak ingin mengingat luka itu. luka terlalu dalam itu akan ia kubur bersama masa lalu.

seusai makan malam. Sina, Aufa, ayah juga ibu tidak langsung meninggalkam tempat. mereka masih betah di meja makan. hingga akhinya sina membuka pembicaraan.

"ayah.. ibu..." panggil Sina lembut. mereka pun menoleh. ayah mengerutkan dahinya. ia menebak ada sesuatu yang ganjil pada putri satu satunya itu.

"Sina ingin menyampaikan sesuatu. Sina sudah pikirkan ini matang matang" kini bertambah. Ibu pun turut membuat kerutan di dahinya.

"sesuatu apa, nak?" tanya ibu.

Sina menarik nafas panjang seraya memejamkan matanya lalu membuka mata itu perlahan

"Sina ingin ayah dan ibu menjodohkan Sina"

satu kalimat terlontar bak sihir. bak mesin pemberhenti waktu. karena seketika setelah kalimat itu terucap. ayah ibu bahkan aufa pun terpaku melongo tak berdaya. mereka harap putrinya itu hanya sedang kelaparan atau kekenyangan atau sedang tidak enak badan.

"dijodohkan? kamu minta dijodohkan?" ayah mengulang tak percaya. dibalas anggukan kecil namun mantap oleh Sina "dengan siapa, ndhuk?" sina terdiam sejenak. sedang ayah menunggu jawaban selanjutnya dari sina.

"tidak tahu, yah" jawab Sina melemah seraya menggeleng kecil.

"Sina, kamu salah minum obat ya? obat apa yang kamu minum? obat cacing ? apa buat nyamuk?" Aufa mulai konslet. pertanyaan bodoh itu menimbulkan ibu melotot pada Aufa agar tidak berkata aneh aneh disaat seperti ini.

"aku serius, fa. aku ga salah minum obat. aku ingin menyempurnakan agamaku. aku ingin menikah"

"ya tapi sama siapa, na?" Aufa agak ngotot.

"apa ini semua karena Abbas?" Sina dan Aufa menoleh bersamaan. bagaimana ayah bisa tahu tentang Abbas? Sina memberi tatapan sinis pada aufa. Aufa tahu sekali maksud tatapan itu tapi sungguh. ia tidak pernah sedikitpun membahas perihal abbas dihadapan orang tua Sina. lalu dari mana mereka bisa mengetahui semuanya?

"kok diem? bener, kan ucapan Ayah barusan?" tatapan ayah mulai dingin sedingin es. Sina tertunduk.

"maafin Sina yah, Sina menyesal sudah membohongi ayah dan ibu bahwa Sina sempat berpacaran dengan Abbas" pengakuan itu diterima dengan gelengan kepala ibu dan ayah. "tapi Sina sudah putus dengan Abbas. Abbas bukan laki laki baik, yah.. bu" kali ini Sina agak merengek. berharap ayah dan ibu memberinya rasa iba.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang