Aku terbangun diatas meja kerjaku,
Hari ini tepat 7 hari kepergian tuan Luis yang juga bertepatan pada hari ke 500 kepergian Lucia. Jika begitu aku harus menyiapkan dua bunga sekaligus. Aku akan memberikannya satu jam lagi saat jam makan siang dan aku juga akan meminta waktu lebih untuk melepas rindu pada orang-orang yang telah mendahuluiku.
Gilang datang dari meetingnya, menyapaku yang masih sibuk bekerja "ayo makan bersama, aku lapar"ucapnya mengusap perut. Aku masih menatap layar komputer "pekerjaanku belum selesai, lagipula sekarang bukan waktunya makan siang"jawabku menekan lama tombol delete setelah banyak kesalahan yang kutemui. "Mau makan siang jam berapa? Sekarang sudah pukul 1:00, aku tidak mengajakmu untuk makan sore"ucapnya dengan nada kesal. Aku berpaling kearah arlojiku lalu tersenyum setelah menyadari dirinya benar, untung saja ia mengingatkanku jika tidak aku pasti kehilangan makan siangku hari ini. "Baiklah, ayo pergi"ucapku melepas kacamata dan beranjak pergi menyusulnya yang telah mendahului.
Makanan akan jauh lebih nikmat jika tidak seorang diri. Ia datang bersama coffelate ditangannya, matanya memergokiku yang tengah melamun "kau pernah dengar kisah wanita yang menyesali hidupnya karena sering melamun?"ucap Gilang duduk disampingku, aku tertawa kecil sembari menoleh padanya
"Apa yang kau fikirkan?"tanyanya "tidak ada"jawabku tak ingin membagi masalah ini. "Benarkah? Masalah tidak ada gunanya jika dipendam sendiri"ucapnya lagi sembari menegguk coffelate yang dibawanya. Aku terdiam karena ucapannya "sebenarnya aku punya sedikit masalah, sesuatu telah terjadi dan aku hanya belum bisa mengkondisikan diriku diposisi seperti ini"ucapku mengangkat bahu, sembari menghela nafas pandanganku kembali diluar jendela. Kami memilih tempat duduk diujung dihadapan kami ada sebuah kaca besar dari sini bisa terlihat orang-orang diluar sana. Gilang mengangguk mengerti ia meletakan minumannya diatas meja beralih padaku seakan mencoba membantu perkara yang tengah kualami, "kau hanya perlu membiasakan diri, setiap masalah tak pernah jauh dari solusinya kau hanya perlu berfikir positif ketika mencari jalan keluarnya"tutur Gilang, aku tersenyum penuh kekaguman yang kusembunyikan tak ingin dirinya menjadi besar kepala didepanku."Kau mau bermain permainan menebak masalah seseorang?"usul gilang, aku mengangguk tortila ini belum sepenuhnya kukunyah. "Baiklah kalau begitu kita mulai dengan pria disebrang jalan sana"ucapnya merujuk pada pria bertopi yang tengah berdiri disebrang toko roti. Ia memintaku memulai permainan terlebih dahulu aku menelan dan menyuruput jus sebelum memainkan permainan ini. "Eum, pakaian yang dikenakannya casual ia pasti seorang anak komunitas, dilihat dari caranya memainkan ponsel lalu berhenti dan memainkannya kembali ia pasti sedang ragu untuk melakukan sesuatu, ia berniat mengirim pesan pada teman wanitanya tapi karena ragu tak akan dihiraukan oleh si wanita maka dihapusnya kembali tapi ia merasa harus melakukannya jadi ia berusaha menulis kembali"ucapku menduga-duga setidaknya aku berhasil memainkan permainan ini.
Ia menyengir mendengar tebakanku "kalau begitu, aku memulainya dengan pria yang berdiri disebuah halte dengan tas kulit ditangannya, pria itu belum memutuskan untuk naik bus meski dirinya sudah lama berdiri disana sejak tadi, kau tau apa yang membuatnya menunggu?"ucap Gilang diakhiri pertanyaan untukku, aku menggeleng mataku ikut memandangi pria itu
"Dia memiliki seorang teman bisa dibilang teman dekat, mereka sering menghabiskan waktu bersama, tapi akhir-akhir ini si pria lebih memilih sendirian. Orang yang terdekat dalam hidupnya pergi meninggalkannya ia terus larut dalam kepergian orang itu. Sampai lupa dengan si wanita yang ternyata selama ini berusaha menghubunginya. Kesedihannya membuatnya lupa dengan kehidupan dan orang-orang yang juga menyayanginya tapi ia lebih memandang seseorang yang telah pergi dan tak menghiraukan seseorang yang nyata dihadapannya. Karena menyesal ia menunggu teman wanitanya itu keluar dari bus seperti dulu mereka sering menumpangi bus yang sama"jelas gilang, aku membisu ucapannya bagai belati yang menusuk jantungku aku tersadar akan satu hal, itu bagai tamparan hebat untukku. "Lalu wanita itu?"tanyaku mengingat gilang tak menjelaskan kemana perginya si wanita ketika si pria memilih menjauh. "Eum"gilang kembali berfikir "dia meninggal tanpa sepengetahuan si pria karena itu dia terus menunggunya"lanjut gilang sembari menyantap burger keju kesukaannya, aku mengerinyit kesal dengan jawaban terakhirnya "hei, kau menebak terlalu jauh kau tau itu tidak masuk akal"ucapku melipat tangan, gilang menaikan alis tinggi "ini cuman permainan, apa harus aku menebak yang sesungguhnya sejak awalpun jelas tidak masuk akal ini kan hanya karangan"ucap gilang heran. Aku menghela nafas apa gilang pernah bersekolah dijurusan psikologi? permainan tadi, apa aku terlalu merasa cerita itu tentang diriku. Jika itu benar aku tidak mau menyesal seperti pria itu. Ini hanya sebuah permainan tapi kenapa gilang bisa mengarang dan begitu kena dihatiku.
Pastilah ini hanya kebetulan~
![](https://img.wattpad.com/cover/62978202-288-k205060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Crime Goals
Misterio / SuspensoSebuah kejahatan yang dilakukan oleh orang terkasih bersembunyi bahkan berbaur dengan identitas palsu berusaha ikut terlibat sebagai penyelidik dalam kasus kematian seorang gadis pewaris tunggal dari Luis seorang presdir kaya raya. Sabotase dan mani...