AKU menengadah diambang pintu memutarkan pandanganku kesegala penjuru ruangan, sepertinya dia belum tiba mengetahui itu aku lekas membawa diri pada meja no 5 tepat didekat dinding yang berwarnakan biru langit. Aku memilih sofa sekiranya cukup untuk memuat 2 sampai 3 orang lagi, aku memilihnya bukan tanpa maksud melainkan aku tak nyaman duduk saling berhadapan dengan orang yang tidak kukenal.
Ia tiba 5 menit setelah kedatanganku, begitu masuk kedalam kedai kopi ia langsung menemukanku saat membuka pintu. Kita memang belum pernah bertemu sebelumnya tapi aku bisa mengenalinya lewat foto yang dikirimkannya. Dengan segera ia melangkah mendatangiku "nona Adis?"tanyanya tak begitu yakin
Aku berdiri mensejajarkan diri dengannya "iya"jawabku tersenyum
"Derek"tuturnya menyodorkan tangan aku menyambutnya hangat. Pria dengan wajah berkharisma itupun menghela nafas lega "syukurlah aku menemukanmu" aku bisa membaca itu dari raut wajahnya.
"Maaf baru bisa bertemu denganmu sekarang"ucapku baru bisa bertemu 3 hari setelah ia mengirimkan email.
"Kau pasti orang yang sangat sibuk"guraunya aku tertawa kecil "itu tidak benar"kataku mengingat kala itu aku masih sedikit ragu untuk mengiyakan permintaannya untuk bertemu.Ditengah perbincangan mataku teralihkan pada sebuah map tebal yang diletakannya diatas meja. Aku tidak mengetahui apa isinya tapi bisa terlihat itu tidak dalam volume yang sedikit. Sempat terlintas jikalau dia orang penting. "Notaris?"aku terkejut ketika ia menyebutkan profesinya. Tidak dapat dipercaya diusia sepertiku ini ia sudah menjadi seorang Notaris dan sudah menangani soal perihal surat-surat wasiat "pasti kau Notaris termuda diantara Notaris lainnya"ucapku tersimpan kekaguman diselangi rasa iri. "Terkadang tidak selalu indah menjadi yang termuda"ucapnya tergelak Ia tipikal pria yang memiliki selera humor.
Perbincangan kami memasuki klimaksnya ketika maksud kedatangannya tak lain dari utusan tuan Luis, tangannya mulai membuka map yang sejak awal menjadi pusat perhatianku ia terlihat sedang mencari selembaran kertas diantara tumpukan kertas yang dimilikinya. Setelah yakin menemukannya disodorkannyalah padaku seolah memintaku untuk melihat isi selembaran itu.
Sesaat setelah itu, Derek mengucapkan sesuatu yang membuatku terhenyak mendengarnya "Beliau mencantumkan namamu didalam surat wasiatnya"
Aku terpelongo menatapnya dan benar saja namaku memang tercantum didalamnya sebagai penerima 35% dari harta beliau. Aku menggeleng-geleng sembari kuserahkan kembali surat wasiat itu ditangan Derek, "kau pasti bercanda"ucapku
"Aku serius, kau meragukanku sebagai seorang Notaris?"ucapnya
"Bukan begitu, tapi kau tau ini tidaklah masuk akal apa sudah kau pastikan ini surat wasiat yang asli"ucapku masih tak percaya pasti telah terjadi kesalahan dalam pembagian harta ini.
"Aku sudah bertahun-tahun menjadi Notaris, sungguhlah konsekuensi yang besar jika aku menyebarkan surat wasiat palsu apa kau berfikir aku akan senang menanggungnya"ucapnya kini berganti menjadi tersulut emosi
"aku tidak bisa menerimanya"tolakku ketika derek menanyakan alasannya aku tak bisa menjawabnya hanya saja aku merasa tak berhak atas sepeserpun harta tuan Luis tak ada hubungan kekerabatan hanya sebatas ayah dari sahabatku kenapa sekarang aku mendapat harta warisan darinya, bagaimana kata orang nantinya terhadapku terlebih lagi mengapa hartanya tak diwariskan seutuhnya untuk istrinya yang masih hidup, aku tak ingin menjadi buah bibir orang-orang. Dan aku pasti harus memasang wajah tembok dihadapan ibu Lucia jika aku sampai menerima harta suaminya.
"Aku hanya menjalankan amanah beliau saja, tolonglah"bujuk derek sekian kalinya, aku mulai merasa ia seperti mengetes wanita seperti apa aku ini. "Maaf, sampai kapanpun aku tak akan menerimanya"pungkasku tetap pada pendirian."Tapi.."ucap derek aku mendahuluinya sebelum ia melanjutkan perkataannya "maaf tanpa mengurangi rasa hormat, jangan pernah tanya alasannya kau tau aku tak punya hubungan keluarga ataupun kerabat jadi aku tidak akan pernah mau menerimanya, mengapa tak diwariskan sepenuhnya kepada ibu Lucia? sejak bersahabat dengan putrinyapun aku tak pernah mengharapkan kecipratan kekayaannya"ucapku menaikan volume suaraku.
"Kau fikir wanita macam apa aku ini, apa kau fikir dengan polosnya aku akan menerima seperti wanita gampangan"sekali lagi aku menggertaknya. Tak mampu meredam amarah aku mengeluarkan sifat raja hutan yang kumiliki.
![](https://img.wattpad.com/cover/62978202-288-k205060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Crime Goals
Mystery / ThrillerSebuah kejahatan yang dilakukan oleh orang terkasih bersembunyi bahkan berbaur dengan identitas palsu berusaha ikut terlibat sebagai penyelidik dalam kasus kematian seorang gadis pewaris tunggal dari Luis seorang presdir kaya raya. Sabotase dan mani...