Part 4 Chapter 1

48 2 3
                                    

Aku keluar menuju halaman depan perusahaan dengan tak henti-hentinya menggerutu, "ah dia itu menyebalkan sekali"ujarku sembari mengacak-ngacak rambutku dengan kesal, masih tak terima dengan ucapan yg dilontarkan Gilang tadi.

Ponselku kembali bergetar, aku segera merogok saku blazerku dan mengangkat panggilan dari Nick "aku segera kesana"singkatku untuk membuatnya mengakhiri ocehannya. 

Aku berjalan menuju parkiran, hingga kutemukan dirinya diluar mercedes hitamnya.

aku menyandarkan sedikit tubuhku dikap depan mobilnya, begitupun dengan Nick.

Nick menyalakan rokok dengan korek yang setelah itu ditaruhnya kembali disaku jasnya, sembari melipat tangan aku mendesah kesal sejak kecil aku tidak suka asap dari sebatang rokok. Dia melihatku mengibas-ngibaskan hidung, tangannya merogok saku celananya kini dan menyodorkanku sebungkus rokok miliknya seolah memintaku mengambil salah satunya, aku menatapnya sinis "kau gila"singkatku kesal, ia tersenyum lalu kembali memasukan rokok itu kedalam sakunya lagi.

"siang ini, aku akan kekepolisian memenuhi beberapa panggilan"ujarnya, aku tak bergeming sama sekali, saat ini suasana hatiku sedang buruk terlebih lagi saat Nick datang untuk membahas mengenai Lucia.

"kau mau ikut?"tanyanya, aku menghela nafas sembari menyapu-nyapu poniku letih disaat rasanya beban enggan meninggalkanku.
"tidak"jawabku menolak "aku banyak pekerjaan"sambungku lagi menyertakan alasan sebelum Nick menanyakannya. Nick membuang rokoknya lalu mematikannya dengan kakinya, aku melihat rokok yang belum terbakar habis itu.

"Lucia sering menceritakan tentangmu padaku"kata Nick sambil tersenyum, aku menyapu sikuku. "baginya kau adalah sahabat terbaiknya itulah mengapa wedding organizer yang telah kusiapkan ditolaknya dia hanya ingin pernikahannya di dekor olehmu"ujar Nick, aku mengendahkan pandangan berusaha menahan air mata yang rasanya ingin keluar. 

"aku juga sudah membeli rumah, untuk kami tinggali setelah menikah nanti"ujar Nick, aku segera menyeka air mataku yang berhasil turun. aku memang selalu mengeluarkan air mata jika seseorang mengingatkanku pada Lucia, karna bahkan sampai saat inipun aku masih berusaha untuk merelakannya pergi. Aku menarik nafas dan mengusap mataku yang kemerahan "aku harus pergi"ujarku berusaha menghentikan ini sebelum nantinya lebih banyak air mata yang terbuang ditempat ini. aku menoleh padanya untuk pamit namun aku begitu terkejut saat melihat dirinya, ia menatapku kini kulihat linangan air mata yang menuruni hidung mancungnya. 

"Nick"ucapku iba saat kulihat linagan air matanya bertambah banyak, "aku merindukannya"ucap Nick menghapus air yang membuat wajahnya basah. aku memengangi telapak tangannya berusaha menenangkan pria yang selalu lebih banyak mengeluarkan air mata untuk Lucia dibandingkan diriku. ia menatapku sendu "dia pernah bercerita padaku bahwa dia sangat mencintaimu"ujarku dengan tersenyum tak sadar aliran air turun dari sudut mataku, Nick ikut tersenyum padaku.  

Aku bisa merasakan suasana kesedihan disini, Terkadang kita merasa merindukan sosok seseorang itu tetapi bukan itulah yang sebenarnya kita rindukan melainkan kenangan bersama orang tersebut. Tak ada setetespun air mata yang tak kukeluarkan jika bersama dengan Nick, karena mungkin tuhan menakdirkan kami untuk memiliki kesedihan yang sama~.

Beloved Crime GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang