Part 2 Chapter 5

42 11 0
                                    

AKU berdiri ditempat ini lagi, memakai pakaian berwarna hitam kembali dan membawa lagi setangkai mawar putih. Meski bersikeras menahan nyatanya aku kembali menangisinya untuk kedua kalinya. Teringat lagi seseorang yang juga pernah ditangisi ditempat ini, rasanya baru kemarin aku menangisi putrinya dan sekarang aku harus menangisinya. Apa saat ini Lucia akan datang untuk menangisi ayahnya. Tentu tidak tuan Luis pasti bahagia menemui putrinya.

Mawar putih masih kugenggam, sejak datang entah kenapa rasanya begitu berat melangkah menuju peti ayah Lucia dan jauh terasa lebih baik berada disini menjauh dari orang-orang yang sebelumnya banyak mengeluarkan air mata karena putrinya.

Aku memandangi wajah tuan Luis pada fotonya yang diletakan diatas peti beliau terlihat jelas ibunda Lucia sedang menangis dengan membelai foto suaminya yang sudah melewatkan berapa kepala bersamanya.

Aku terisak memandang kesedihan ini, aku bagai tak lagi merasakan hatiku setelah sekian kali hancur berkeping-keping
Mataku terasa sakit, air mataku bagai mengering mungkin aku akan menangis darah saat ini. Tubuhku tersungkur jatuh terduduk dengan kuat aku mencengkrami rumput dihalaman belakang rumah Lucia tidak ada cara lain selain berkuat dari kepedihan. Aku menangisinya dari kejauhan, belum melihat wajahnyapun aku sudah membuang banyak air mata.

"Apa kau begitu merindukan putrimu, hingga kau berhenti berjuang. Sungguh apa aku pernah menyakiti perasaanmu Lucia hingga kau tak pernah membiarkanku berhenti menangis, katakan apa yang harus kuperbuat?"rintihku merasa ini layaknya fitnah dunia.

Aku bisa merasakan seseorang mendekatiku, entahlah siapa gerangan untuk saat ini aku tidak ingin mencari tahu. Dia masih berada disini disampingku menemaniku menangis hingga satu ucapan membuatku mengetahui siapa dirinya tanpa harus melihat rupanya "jika tidak untuknya, lalu untuk apa kau datang?"katanya

Aku mengingat kalimat itu dulunya, mataku kini tertuju pada kerumunan orang bersedih didepan sana melihat untuk terakhir kali sebelum memutuskan pergi, aku lekas berdiri lalu terdiam untuk menatap wajahnya, nampak mata Nick yang kemerahan kita merasakan sesuatu yang sama. Kuberikan mawar itu padanya "tolong berikan ini padanya"ucapku berlalu sebelum ia menyatakan keterberatannya.

Semua orang pasti menangisi kepergian sosok yang sangat berpengaruh. Wajahku lembab karena air mata yang mengering
Tidak ada seorangpun yang tidak kembali menangis~

Beloved Crime GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang